Beberapa siswa yang lewat tidak bisa menahan senyum mereka melihat kedua orang yang sekarang berdiri di lapangan sekolah, dihukum karena ketahuan membolos di tempat biasa. Yang membuat Jongin sekarang menunduk dalam dengan wajah merah karena malu adalah bagian belakang celananya yang sobek.
Saat mendengar langkah kaki mendekat ke tempat mereka tengah bersantai, Jongin dan Sehun tanpa pikir panjang berniat untuk memanjat tembok agar bisa lolos dari guru atau anak osis siapapun itu. Sialnya, Jongin yang lebih dulu memanjat tembok tidak melihat jika ada paku disana hingga celananya sobek. Sehun yang melihat itu terbahak-bahak hingga tidak sadar jika Pak Seoham sudah berdiri dibelakang mereka, menjewer telinga keduanya dan menyeret mereka ke tengah lapangan di bawah teriknya matahari siang ini.
"Sialan! Gara-gara kau mengajakku membolos," gerutu Jongin, tangannya tidak henti untuk menutupi bagian belakang celananya yang sobek.
Sehun yang sebenarnya juga sangat kepanasan tetap saja tidak bisa menahan tawanya.
"Aku tidak menyuruh mu untuk setuju membolos denganku," sanggah Sehun.
Jongin yang tidak terima kemudian menendang kaki Sehun yang tentu saja dibalas oleh si empu kaki. Lalu terjadilah aksi tendang menendang hingga mereka hampir bergulat di lapangan.
"Oh Sehun! Kim Jongin!" Suara pak Soeham dari speaker membuat mereka kembali berdiri dengan tegak, menghadap matahari yang berkali-kali mendapat umpatan dari Sehun.
Chanyeol dan Jongdae yang sejak tadi memperhatikan Sehun dan Jongin dari lantai tiga gedung kelas mereka hanya bisa menggelengkan kepala. Biar di hukum sampai pingsan pun, dua orang itu tidak akan pernah jera.
"Mereka lucu, ya," ujar Jongdae menimbulkan tanda tanya di kepala Chanyeol. "Sekarang terlihat selalu bersama, tapi setelah lulus SMA nanti, akan bagaimana? Bahkan yang terikat darah saja masih bisa berjauhan."
Kalimat itu seolah memukul telak kepala Chanyeol. Ditatapnya lagi Sehun dan Jongin yang kembali beradu mulut. Dua sahabat yang selama dua tahun ini sudah dikenalnya. Tertawa dan melakukan hal bodoh bersama. Tidak terpisah. Lalu benar kata Jongdae. Bagaimana takdir akan membawa kisah mereka?
###
Duk!
Satu tubuh masih berdiri tegap sedangkan yang satu lagi terjungkal ke lantai. Keduanya mendapat perhatian dari beberapa murid yang lewat.
"Kim Jongin, mata mu dimana?" Sungut Wendy, korban yang terjungkal akibat bertabrakan dengan tubuh besar Jongin.
"Disini." Jongin menunjuk kedua matanya yang di hadiahi umpatan dari si gadis. Jongin mengulurkan tangan, membantu Wendy agar segera berdiri sebelum orang lain salah paham mengira dia bukan pria gentle yang membiarkan seorang gadis jatuh begitu saja.
"Lagipula kenapa terburu-buru begitu?"
Wendy menepuk bagian belakang rok nya yang sedikit kotor sebelum menjawab pertanyaan Jongin.
"Bukan urusanmu."
Decakan lidah Jongin terdengar nyaring. Gadis itu memang selalu bersikap dingin padanya. Lebih sering mengumpat daripada mengobrol baik-baik.
"Pantas saja Sehun memutuskan hubungan denganmu," decih Jongin.
Wendy bersedekap dada, "kenapa memangnya?" Dengan wajah pongah.
"Kasar begitu, laki-laki mana yang betah?" Jongin ikut menyilang kan kedua tangannya di depan dada.
"Ini bukan kasar, tapi bentuk pertahanan diri dari laki-laki semacam kau misalnya."
"Aku kenapa?"
"Tidak peka. Kurang ajar. Sukanya menyakiti perasaan Se--"
"Sudah?"
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Teen Fiction"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...