Jam kosong seperti ini selalu di gunakan oleh para murid untuk bermain bola di lapangan, mengobrol, makan cemilan, atau sekedar membuat keributan. Seperti apa yang sedang dilakukan Jongin dan Sehun di depan kelas. Mereka bernyanyi dengan suara sumbang, memegang gagang sapu sebagai mikrofon, bertingkah layaknya bintang pop dunia dan dengan bodohnya teman sekelas mereka malah berseru kegirangan.
Seorang siswa kemudian mulai memukul meja dengan irama. Jongin dan Sehun berdiri ke atas kursi masih dengan gagang sapu di tengah masing-masing.
"Wow!! I feel good! Teroreroreroret!" Sehun mulai bernyanyi lagi.
"I knew that I would, now," Jongin menyambung.
"I feel good, I knew that I would, now." Sehun mulai meliukkan badannya dengan acak. Para siswi yang melihat itu hanya bisa menggelengkan kepala dan ikut tertawa.
"So good! So good! I got you!" Kali ini seluruh kelas yang ikut bernyanyi. Beberapa anak kelas sebelah bahkan sudah mulai berdatangan untuk menyaksikan live musik dadakan dari duo biang onar sekolah.
Kelas mereka ada di lantai dua gedung pertama sedangkan ruang guru ada di gedung sebelah hingga keributan yang terjadi tidak mengundang kedatangan guru yang saat ini memang sedang sibuk mengadakan rapat untuk membahas festival sekolah yang akan diadakan bulan depan. Kelas Sehun memang sering menjadi tempat singgah anak kelas lain karena ada saja yang akan mereka lakukan. Entah itu dari Sehun dan Jongin atau teman mereka yang lain. Bisa dibilang, kelas ini adalah kelas paling berisik sepanjang sejarah.
Asik bernyanyi dan berjoget, Jongin dan Sehun tidak sadar jika para murid yang tadinya berkumpul mulai membubarkan diri, bahkan teman sekelas mereka juga menghentikan kegiatannya. Sehun yang pertama kali menyadari hal itu segera menoleh ke arah pintu kelas. Kakinya menendang tulang kering Jongin ketika melihat siapa yang sudah berdiri disana. Jongin baru saja akan mengumpat ketika namanya disebut dengan pelan namun tegas.
"Kim Jongin, Oh Sehun. Ke ruang OSIS sekarang."
Keduanya menghela nafas bersamaan. Turun dari kursi dan meletakkan sapu tadi sembarangan. Mengikuti langkah Park Jinyoung dan Park Chanyeol menuju ruang OSIS di lantai satu.
Satu hal yang mereka lupa. Ruang OSIS berada tepat di bawah kelas mereka.
###
Sehun mengacak rambutnya dengan ekspresi wajah frustasi. Melenguh keras dan membuat Jongin ikut menghentikan kegiatannya.
"Berisik!" dengus Jongin.
"Aku benar-benar akan gila!" seru Sehun tanpa peduli jika di ruangan itu masih ada Jinyoung dan Chanyeol yang duduk tidak jauh darinya.
Setelah di panggil ke ruang OSIS, kedua pemuda itu diberi hukuman menyalin peraturan sekolah sebanyak 300 lembar di bawah pengawasan Jinyoung langsung. Sedangkan Chanyeol hanya menghabiskan waktu saja disana sambil membaca beberapa buku. Sehun masih meremas rambutnya, berkali-kali mengatakan kalau dia sebentar lagi akan gila.
"Kalau tidak ingin gila, jangan melakukan hal gila," ujar Jinyoung tanpa menoleh dari tumpukan kertas di atas mejanya.
"Aku hanya bernyanyi dan bersenang-senang." Sehun membela diri.
"Dan membuat keributan," imbuh Jinyoung. "Ini sekolah, bukan tempat karaoke."
"Kalian saja yang membosankan," gumamnya yang lantas mendapat delikan tajam dari Jinyoung. "Ah! Aku ingin ke toilet." Tanpa meminta persetujuan, Sehun segera berlari keluar dari ruangan.
Jongin yang melihat itu juga tidak tinggal diam, dia berdiri dengan tergesa sampai lututnya terbentur bawah meja.
"Akh! Sialan!" Jongin mengumpat.
"Kim Jongin," tegur Chanyeol.
"Kakiku sakit Hyung, aku harus ke UKS sebelum infeksi." Meski pincang, Jongin berjalan cepat keluar dari ruangan. Meninggalkan Jinyoung yang menghela nafas lelah melihat kelakuan dua adik kelasnya itu.
"Untunglah sebentar lagi aku pensiun sebagai ketua OSIS," ujarnya.
Chanyeol tertawa setengah hati. Dia menghampiri sepupunya itu, menepuk bahunya dengan berat.
"Syukurlah untukmu. Sedangkan aku masih tetap akan menjadi teman mereka."
Jinyoung menatapnya dengan wajah sedih. Kali ini gantian menepuk pundak pria itu.
"Aku turut prihatin."
###
Hari Minggu, Sehun biasanya akan menghabiskan waktu berdiam diri di asrama. Tapi hari ini hujan dan cuaca menjadi sangat dingin. Perut Sehun berbunyi karena lapar. Kantin pasti buka, tapi hari Minggu biasanya hanya ada menu sederhana seperti nasi dan sup tahu. Setelah memakai jaket dan memasang sepatu, Sehun keluar dari asrama, berencana memakan Ramyun di minimarket seberang sekolah.
Lingkungan asrama cukup sepi, mungkin karena cuaca dingin atau karena beberapa anak memilih untuk pulang ke rumah orangtua mereka. Sehun menutupi kepalanya dengan tudung Hoodie agar tidak basah, tidak membawa payung karena tangannya sedang malas memegang sesuatu. Lagipula berjalan kaki ke minimarket hanya memakan waktu lima menit.
Sesampainya disana, Sehun memilih Ramyun pedas favoritnya. Menyeduhnya sebentar dan duduk di depan jendela kaca berembun sambil menikmati makanan hangat itu. Dia mendesah lega, mi instan di cuaca seperti ini benar-benar pilihan yang tepat. Embun itu mengambil atensinya, Sehun menyentuh kaca berharap dapat mengusap butiran air hujan yang menempel dibaliknya.
Hujan selalu menarik untuk Sehun. Tentang ketukan ramainya di kaca jendela asrama. Tentang gemuruh petir yang menemani tidurnya. Hujan memiliki sesuatu yang bisa membuat Sehun tersenyum tanpa alasan jelas.
Lalu payung coklat di seberang jalan mengalihkannya dari hujan. Payung coklat yang dimiliki oleh banyak orang, namun orang yang saat ini memakainya sangat dikenal oleh Sehun. Dia mengenakan mantel krim dan celana panjang hitam, sepatu serta sebelah bahunya basah karena tetesan dari air hujan. Payung itu cukup besar untuk melindunginya seorang diri. Namun saat ini, dia sedang berdua. Bersama gadis cantik yang menjadi buah bibir di sekolah selama beberapa Minggu ini. Park Seolhyun.
Sehun mengabaikan cup mi instan yang masih mengeluarkan aroma enak didepannya, memilih untuk mengikuti langkah kedua orang itu dengan manik biru malam miliknya yang selalu mendapat pujian dari Chanyeol. Sehun meringis ketika melihat mereka tertawa dengan bahagia. Candaan apa yang Jongin lontarkan hingga gadis itu tersenyum dengan sangat cantik?
Matanya terus mengawasi mereka hingga menghilang di tikungan. Hela nafasnya berat, terdengar nyaring hingga seseorang yang sejak tadi berdiri di belakangnya ikut merasakan sesak itu.
"Sehun."
Panggilan itu membuat Sehun memutar kepalanya dengan cepat, menemukan Chanyeol dengan jaket abunya berdiri menjulang disana.
"Hyung?"
"Sedang apa?" Chanyeol berbasa-basi sedangkan dia melihat dengan jelas cup mi instan Sehun yang masih tersisa setengah.
"Makan," jawab Sehun seadanya, menunjuk mi instan miliknya dengan dagu lancip itu. "Hyung sedang apa?" Sehun mengembalikan pertanyaan.
"Ingin membelikan mu cemilan," ungkapnya sambil mengangkat sekantong plastik berisi cemilan. "Aku menelpon mu tapi tidak diangkat."
Sehun merogoh saku celana dan Hoodie-nya. "Ah, handphone ku tertinggal di asrama."
"Lanjutkan makan mu," ucap Chanyeol.
Sehun menatap mi instan itu dengan tidak selera, diam-diam melirik sekali lagi ke tikungan yang di lewati Jongin bersama Seolhyun, kemudian menggeleng. "Sudah kenyang. Aku ingin makan cemilan saja." Cengirnya.
Pria yang lebih muda berdiri, merangkul lengan Chanyeol dengan manja. "Terimakasih Hyung!"
Chanyeol mengusap rambut Sehun, tersenyum dengan lembut. "Sama-sama," sahutnya sebelum keluar bersama dari minimarket menuju asrama.
Just close your eyes
You'll be alright
###
Bersambung...
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Teen Fiction"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...