Sehun yakin dia salah dengar karena suara deburan ombak dan detak jantungnya lebih kencang. Potongan adegan Kris yang berjalan menjauhinya berganti sekejap oleh wajah serius pria itu. Mereka kini saling bungkam. Menyelam dalam tatapan yang bertaut.
Sehun menyiapkan dirinya andai saja Kris tertawa dan berkata bahwa ia bercanda. Tapi hal itu tidak kunjung terjadi. Tatapan Kris seolah memiliki magis yang dapat menariknya. Memberitahunya seberapa serius ungkapan itu keluar dari mulut seorang Kris Wu.
"Maaf kalau ini membuatmu tidak nyaman."
Mereka saling mundur satu langkah. Canggung kemudian. Sehun tentu saja terkejut. Seorang Kris Wu berkata di depan matanya bahwa ia menyukai Sehun. Dengan raut wajah seperti itu dan suasana seperti ini.
"Aku terkejut." Sehun mengaku.
Kris terkekeh dengan helaian rambut yang melambai tertiup angin. "Aku benar-benar menyukaimu."
"Kau menggodaku?" Canda Sehun.
Tawa Kris meledak. "Anggap saja begitu."
Sehun enggan mengakui bahwa ada perasaan menggelitik aneh pada perutnya. Ia senang, lega sekaligus malu. Senang itu mendominasi. Ada seseorang yang tau kenyataan dan berkata menyukainya lebih dulu. Sehun merasa diakui. Hal seperti ini yang ia harapkan dari Jongin.
Ia melirik lagi pada Kris yang kini sibuk menulis sesuatu di pasir. Pertanyaan yang sama kembali mengemuka. Apakah ia harus menjawab pernyataan Kris tadi?
"Ini." Kris menunjuk pada tulisan asing yang ia bentuk di pasir. "Ini namamu dalam bahasa China."
Sehun ikut berjongkok di samping Kris. Ada dua aksara China yang sama sekali tidak dimengerti oleh Sehun.
"Wu Shixun."
"Wu?"
Kris mengangguk, "Oh adalah Wu. Dan Wu adalah Oh."
Sehun menatapi wajah tersenyum itu. Kris adalah pria yang baik. Sehun berani berkata bahwa tidak ada yang mampu menolaknya karena ia sendiri sekarang seolah berdiri di pertigaan jalan. Ada Kris di satu sisi dan Jongin di sisi jalan yang lain.
Jongin tentu saja membelakanginya. Enggan sekedar menatap. Dan Kris tersenyum disana dengan uluran tangan yang siap menyambut Sehun. Pilihan sudah tidak lagi membingungkan.
Seharusnya.
"Kau melamun lagi." Tangan Kris terulur mengusak surainya. "Tidak usah dipikirkan. Aku tidak menunggu jawaban. Aku tau..." ada jeda saat ia kembali menatap Sehun mencoba menyampaikan sesuatu yang sulit Sehun tangkap. "...hatimu sedang terluka. Apakah sakit?"
Dari kejauhan, pendar biru itu saling bersaing adu terang. Mereka sama-sama menunggu untuk ketidakpastian. Sama-sama terluka meski satu hati telah benar-benar rusak. Sedangkan hati yang lain berusaha agar tidak retak.
"Sangat sakit." Sehun menelan ludah susah payah. Menahan gejolak emosi yang akan keluar. Ia tidak boleh menangis sekarang.
"Bolehkah aku menjadi obat yang kau butuhkan kapanpun rasa sakit itu muncul? Memang rasanya akan pahit tapi perlahan, kau akan sembuh."
Dia tidak boleh menangis saat uluran itu menyambut nya dengan sukarela. Bersama angin pantai dan aroma asin air laut Busan.
Andai saja aku bertemu denganmu lebih dulu
Tidak akan sesulit ini membalas tulus mu.
###
Seminggu setelah sekolah kembali di mulai, Sehun tidak terlihat lagi di sekolah. Chanyeol menjadi satu-satunya yang khawatir. Jongin mungkin merasakan hal yang sama, namun mampu ia kendalikan dengan baik. Entah amarah atau kebimbangan seperti apa yang dia rasa
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Genç Kurgu"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...