23. Seorang Ibu

160 23 16
                                    

Kris tiba di tempat itu. Sebuah restoran seafood sederhana di sudut jalan Cheongdam-dong. Sejak beberapa Minggu lalu, dia bisa melihat pemuda itu bekerja disana. Dengan sangat rajin dan cekatan. Sehun tersenyum pada siapa saja yang datang, berbicara dengan ramah. Dia membuat restoran yang dimiliki oleh dua orang yang sudah cukup tua menjadi lebih hidup. Suaranya kadang terdengar sangat ceria menyebutkan pesanan.

Anak itu bekerja paruh waktu dengan sungguh-sungguh.

Tapi hari ini, dia melamun. Melukai jarinya dengan pisau dan melakukan cukup banyak kesalahan sampai pemilik restoran memintanya untuk istirahat sebentar agar bisa mencari udara segar. Sehun menghela nafas setelah berjongkok di bagian belakang restoran sambil menyesap tembakau yang entah kenapa dia bawa hari ini.

Dia tidak seharusnya membawa masalah pribadi ke dalam pekerjaan. Dia tidak ingin membuat orang lain khawatir. Apalagi Kris sudah berbaik hati memberinya pekerjaan ini.

"Jadi kau diskors?"

Tubuh Sehun hampir melonjak ketika mendengar suara berat itu. Dia mengeluh protes pada Kris. Pria itu beberapa kali selalu muncul saat dipikirkan.

"Apakah Hyung seorang Goblin?"

"Apa kau baru saja meniup lilin?"

Sehun menunjukkan sebatang rokok di sela jarinya, "bukan lilin. Hyung keberatan?" Dia bertanya takut jika Kris merasa terganggu dengan asap rokoknya.

Pria itu mengibaskan tangan acuh, "silahkan saja, anak muda."

Sehun mendengus, "lalu tau darimana kalau aku diskors, orang tua?"

"Dari bibi," rujuknya pada pemilik restoran. "Kau diskors makanya bisa mengambil pekerjaan full time untuk beberapa hari ini."

"Betul sekali."

Kris tidak ingin bertanya lebih jauh masalah apa yang sedang Sehun alami. Dia diam dan sunyi itu membuat Sehun tidak nyaman.

"Aku melukai seseorang," katanya.

"Iya."

"Sampai berdarah-darah."

"Iya."

"Hampir mati. Untungnya tidak jadi."

"Iya."

"Hyung percaya?"

"Tidak."

Sehun mendongak untuk menatap Kris yang masih berdiri di samping tubuh berjongkok nya.

"Hyung, leherku sakit."

Kris tertawa gemas sebelum memilih untuk ikut berjongkok di samping Sehun. Bohong jika dia tidak khawatir pada Sehun yang matanya terlihat sembab meski selalu berusaha ditutupi dengan alasan begadang untuk belajar. Kris masih bisa membedakan mata bengkak karena kurang tidur dan karena menangis.

Kedua tangannya tergenggam, menahan keinginan untuk mengusap pipi Sehun yang kembali menyesap sisa rokoknya.

"Anak baik sepertimu tidak mungkin melukai orang lain," ujarnya. Mendapat tawa sarkas dari yang lebih muda.

"Jangan mudah percaya dengan penampilan luar orang lain, Hyung. Kau akan celaka."

"Tapi penampilan luar mu lebih urakan," celetukan Kris di hadiahi delikan sinis dari Sehun. "aku melihatnya dari matamu. Kau anak baik."

"Terimakasih," ucap Sehun tulus setelah beberapa detik terdiam menahan air mata itu kembali mengalir. Dia tidak ingin menangis dengan memalukan di depan Kris hanya karena sebuah pujian.

Bugh!

"Akh!" Sehun meringis karena pukulan Kris di punggungnya.

"Jadi angkat pantat mu dan kembali bekerja. Kasian paman dan bibi kewalahan melayani pelanggan yang semakin hari semakin banyak karena ingin melihat pelayan tampan ini."

See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang