47. (S2) Good Night My Moonlight

167 21 9
                                    

Sehun menyesap batang terakhir dari nikotin yang menemaninya malam ini. Seisi kamar penuh dengan kepulan asap tipis namun menyesakkan. Botol wine kosong juga menjadi salah satu penghuni kamar yang terdiam sepi. Sudah lewat tengah malam, Sehun sendirian karena Ellios kembali dia titipkan di rumah mertua. Sehun rasa dia semakin jauh dari jagoan kecil itu karena kondisinya sekarang.

Kepalanya penuh, dadanya sakit dan perutnya bergejolak aneh efek dari banyaknya alkohol yang di konsumsi. Kopi di counter dapur sudah tadi lagi tersentuh, setiap kali membuka mata di pagi hari Sehun akan lebih memilih meminum wine milik Kris yang masih tersisa banyak di lemari. Rokok yang dulu dia tinggalkan kini kembali menjadi teman menyendiri pria itu.

Di atas sofa samping jendela kamar, Sehun meringkuk, memandangi foto diatas nakas. Tidak ada bintang malam ini, bulan juga entah dimana. Hanya ada kabut tebal yang menyelimuti awan malam. Kelam. Sehun semakin memeluk dirinya sendiri. Dia tidak mau cengeng lagi, sudah cukup. Ada Ellios yang harus dia besarkan dengan baik. Anak itu sangat membutuhkannya.

Tapi setelah mendapat telpon tadi siang dari rumah sakit, Sehun rasa ini sudah keterlaluan. Dia berteriak pada apa saja, mencoba mencari tau apa yang harus dia lepaskan lagi agar bisa tetap bertahan di bumi. Dunia gila, Sehun hampir gila. Dia mau pindah ke Mars tapi Kris sudah tidak ada. Sehun kelelahan tapi malam masih saja berganti menjadi siang.

Bagaimana dia harus menghadapi hari esok?

Tuhan, dia juga manusia. Tapi kenapa bebannya di buat seolah dia adalah robot tanpa rasa?

Tuhan, ini kah yang harus dia tebus untuk kehidupan kemarin yang sangat bahagia?

Alam semesta, Sehun tidak pernah benci meski dijatuhkan berkali-kali. Jadi jangan jahat padanya hanya karena jatuh cinta.

###

"Jongin." Suara ibu membuat Jongin menoleh pada pintu kamar yang terbuka.

"Ada apa bu?" tanya Jongin yang sedang sibuk mengancingi kemeja abunya.

Ibu mendekat dengan kotak makanan di tangan.

"Kau akan pergi?"

Jongin mengangguk, "bertemu Chanyeol hyung sebentar."

Ibu menatap kotak makanan di tangannya dan menimang beberapa saat sebelum menyodorkannya pada Jongin.

Jongin menerimanya dan mengangkat alis bertanya, ibu hanya tersenyum. Jongin membuka kotak dan menemukan kue wortel di dalam sana. Dia tau siapa yang sangat menyukai kue wortel.

"Ibu tiba-tiba kepikiran pada Sehun. Dia pasti masih sangat sedih." Nyonya Kim mengusap lengan Jongin sambil menerawang pada ingatan dulu. "Anak itu sangat menyukai kue wortel. Kau bisa mengantarkan ini padanya?"

"Tapi bu, aku..." Jongin ragu untuk mengatakan bahwa dia tidak bisa sedekat dulu dengan Sehun. Dia bukan lagi Jongin yang akan di bukakan pintu lebar-lebar oleh pria itu. Tapi melihat wajah ibunya, Jongin jadi tidak tega. "Baiklah, akan aku antarkan."

"Terima kasih nak." Senyum Nyonya Kim taunya mengembang.

Dulu, ada kesalahan yang mungkin tidak termaafkan telah dia lakukan pada anak remaja yang sendirian di kerasnya ibukota. Ibu hanya terlalu takut pada masa depan anak sulungnya hingga melupakan masa depan anak itu. Ibu tidak pernah berbohong saat berkata kalau sangat menyayangi Sehun. Dia anak baik dan punya senyum yang manis. Ibu mana pun akan menyukainya.

Jika sekarang ibu ingin memperbaiki semuanya, apakah sudah terlambat?

"Sampaikan juga kalau ibu sangat ingin bertemu dengannya."

"Iya, bu. Aku pergi dulu."

###

Dan disinilah Jongin, di depan kediaman Sehun lagi. Jongin tidak tau apakah pria itu ada di rumah atau masih di rumah sakit siang ini. Dia bisa saja menitipkan kue itu pada penjaga di rumah jika memang Sehun belum pulang, tapi ada pesan yang harus dia sampaikan sendiri.

See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang