48. (S2) I Love You

130 18 12
                                    

Sehun sedikitnya mengerti kenapa tubuhnya terasa semakin lemah akhir-akhir ini. Dia kurang tidur dan makan pun juga tidak teratur. Sehun tidak mau sakit, tapi isi kepalanya penuh. Dia diam dan terlihat baik-baik saja padahal tidak begitu. Sehun kesepian, dia masih sangat kehilangan tapi tidak berani meminta bantuan. Baginya, hanya Kris yang bisa dia pinta punggung untuk bersandar. Tapi pria itu kini tidak ada. Sehun lagi merasa hampa.

Sering kali di malam yang cukup sunyi, Sehun merenung sendirian di depan jendela. Mencari tau kembali arti hidupnya kini tanpa sang suami. Lalu wajah polos Ellios adalah satu-satunya pilar kokoh yang mempertahankan batas antara ego dan logika Sehun. Dia tidak bisa meninggalkan anak itu, dia tidak ingin memberi luka yang sama. Dia harus selalu menjadi orang pertama yang Ellios lihat setiap kali membuka mata.

Dia sudah berusaha tapi meski Ellios berkeliaran dan membuat gaduh, Sehun masih merasa sepi. Rumah ini mereka cari dan beli bersama-sama, rasanya tidak lagi berarti jika hanya dihuni olehnya saja. Dia ingin rumah yang sesungguhnya, yang ada Kris disana. Tapi rela merupakan satu-satunya jalan yang kini harus Sehun lewati. Dia tidak bisa terus bergantung pada Kris yang sudah pergi. Masih ada hari ini dan esok yang menanti.

Juga setoples kue wortel yang entah sejak kapan mulai rutin menyinggahi istana kecil miliknya ini. Seolah tau kapan kue itu habis, seseorang akan mengetuk pintu rumahnya dan memberi toples baru yang isinya penuh. Sehun kadang terdiam, kadang kesal dan sesekali merasa terenyuh.

Dia kenal siapa pembuat kue wortel enak yang sekarang juga sangat disukai oleh Ellios ini. Seorang ibu yang dulu dia jaga hatinya, dia pegang janjinya hingga sekarang. Ibu yang dulu memintanya menjauh, namun sekarang membuat Sehun cukup kebingungan. Dia ingin mengucap terimakasih, tapi janjinya masih dipegang hingga tidak berani langkah kakinya menuju pintu kediaman keluarga Kim yang dulu dia masuki seperti rumah sendiri.

Sehun sudah lama melupakan sakit hati, dia sudah berdamai dengan keadaan. Tapi bukan berarti dia ingin kembali pada kisah masa lalu yang kelam. Dia masih tidak ingin kembali pada Jongin meski pria itu berkali-kali mengucapkan kalimat cinta yang mendalam.

"Manusia itu berubah, Jongin. Hati mereka lebih rapuh dari yang mereka sendiri pikirkan. 24 jam bukan waktu yang lama untuk menjadikan seseorang bukan lagi orang yang kau temui kemarin. Apalagi delapan tahun, kisah kita sudah berakhir bahkan sejak hari pertama aku meninggalkan Korea."

Di seberang sofa tunggal tempatnya duduk, Sehun menatap Jongin yang menunduk. Resah oleh keputusannya sendiri. Datang ke kediaman keluarga kecil Wu yang masih saja terasa hangat untuknya. Demi nama cinta yang dia bawa sepenuh hati, mempertaruhkan harga diri dan cincin yang masih melingkar erat di jari manis Sehun, Jongin dengan yakin melangkah masuk. Namun kini dia kelu, Sehun dan luka yang ada di kedua bola matanya membuat Jongin ingin mengundurkan diri.

"Kisah kita mungkin sudah berakhir sejak delapan tahun lalu, tapi apakah hati kita juga begitu?" Tanyanya sedikit ragu. Takut jika jawaban Sehun meruntuhkan keyakinan yang telah ia bangun sejak pagi.

Netra Sehun menatap hamparan langit biru di balik jendela ruang tamu. Cerah hari ini, Ellios berangkat ke sekolah dengan suasana hati yang bagus, membawa bekal buatan papanya yang selalu mendapat pujian dari teman sekelasnya, menyerahkan kotak bekal kosong dengan wajah sumringah dan menerima pujian lebih menyenangkan lagi dari sang papa.

"Kenapa baru sekarang membicarakan perihal hati setelah delapan tahun lalu kau buat aku hampir mati rasa karena mencintai orang yang tidak tepat sepertimu?"

Jongin rasa, serangan yang harusnya Rusia tujukan untuk musuh justru salah sasaran dan malah menghantam tubuhnya dengan sangat kuat. Dia ingin bersimpuh meminta maaf, tapi kuatnya tembok pembatas yang Sehun bangun membuat usaha itu akan terlihat sia-sia nantinya.

See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang