...
...
...
...
...
...Jongin masih berada di rumah mewah milik keluarga kecil Wu meski waktu sudah menunjuk hampir tengah malam. Dia hanya berniat membuatkan sedikit bubur untuk Sehun yang pingsan sore tadi. Pria itu kelelahan dan kedinginan. Dia sempat sadarkan diri namun memilih tidur lagi.
Jongin ingat bahwa Sehun memiliki kebiasaan bangun tengah malam untuk mencari makanan ketika menginap di rumahnya dulu. Jadi ia membuat bubur agar ada sesuatu yang bisa Sehun makan nanti. Lagipula, pria itu belum makan sejak siang, atau mungkin seharian ini.
Setelah membersihkan dapur, Jongin memilih mengistirahatkan dirinya di ruang tengah, di samping perapian. Sejak sore, ia hanya menunggu Sehun.
Mata Jongin berpendar ke seluruh ruangan. Di atas perapian, potret besar keluarga Wu terpajang angkuh. Disana ada Sehun dalam rangkulan Kris. Jongin tersenyum pahit dan kembali melihat seluruh ruangan. Rumah yang besar ini terasa hangat meski hanya diisi oleh tiga orang. Mungkin karena obrolan mereka, mungkin juga karena candaan mereka. Atau keharmonisan itu sendiri.
Jongin tidak ingin membayangkan bagaimana waktu yang Sehun lewati dengan seluruh kehangatan itu di rumah ini.
Dia cemburu.
Tapi apa yang bisa di lakukan sekarang? Bahkan berharap bisa berteman baik dengan Sehun saja mustahil.
"Kau tidak akan pernah pantas."
Suara Sehun yang mengatakan hal itu masih terngiang di telinganya. Jongin tidak bisa membantah dan membela diri. Delapan tahun lalu, banyak hal yang telah dia lakukan untuk menyakiti Sehun. Dia seorang pendosa. Lalu balasan baik apa yang dia harap?
Kris sudah melakukan semuanya untuk Sehun.
Apalagi yang bisa dia lakukan?
Duduk di ruang tengah keluarga Wu dan membayangkan keharmonisan mereka?
Jongin yang bodoh melakukannya.
Suara langkah kaki di anak tangga mengambil atensi Jongin. Ia bangkit dari sofa dan melihat Sehun menuju salah satu kamar.
"Ellios?" gumam Sehun ketika tak mendapati seorang pun di kamar itu.
"Mertuamu membawanya tadi sore." Bisa Jongin lihat Sehun yang terkejut saat mendengat suaranya. Pria yang masih pucat itu menatap Jongin tanpa ekspresi.
"Apa yang kau lakukan disini?"
"Menema--"
"Pergi."
Diam sebentar dengan tatapan yang masih bertaut sebelum Jongin meraih mantelnya di lengan sofa dan melangkah keluar dari ruang tengah. Sehun memutar tubuhnya dan berniat kembali ke kamar.
"Aku sudah membuatkan bubur jika kau lapar."
Sehun berhenti di anak tangga pertama. Suara pintu yang tertutup menandakan jika Jongin sudah benar-benar keluar dari rumahnya. Sehun kembali memutar langkah menuju dapur dan menemukan panci bubur di counter. Tanpa ekspresi apapun, Sehun mengangkat panci dan menuang seluruh isinya ke bak sampah di sertai bunyi berisik dari panci yang jatuh ke lantai.
Sehun tidak perlu Jongin. Tidak perlu kebaikan hati pria itu. Walau kenyataan air matanya menetes lagi tidak bisa dibantah.
.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Novela Juvenil"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...