35. (S2) Coffe Shop Dreams

146 19 5
                                    

Sehun POV

Old Montreal menjadi salah satu yang paling sering ku kunjungi. Sepanjang jalan, aku bebas menikmati imajinasi berada pada masa kerajaan Eropa jaman dulu. Bangunan klasik yang terawat serta pejalan kaki yang ramah sering kali menghilangkan rasa bosan. Aku tidak memiliki tujuan. Hanya mengikuti bayangan di aspal yang terus berjalan mendahuluiku.

Pagi hari disini lebih dingin daripada di Onewhero. Jika bukan karena urusan pekerjaan, aku masih betah tinggal disana.

Ini sudah satu tahun sejak aku kembali tinggal di Montreal. Setelah tahun sebelumnya ku habiskan dengan bercengkrama bersama kebun pribadi milikku di Onewhero, Selandia Baru. Titel dokter yang kudapat dari Universitas McGill membuatku diterima untuk bekerja di St. Marie Hospital. Aku menikmati pekerjaanku sekarang, tentu saja. Tapi kadang ketenangan Desa Onewhero membuatku rindu.

Aku tidak bisa membuat biskuit Aznac yang lezat itu. Mencarinya di Kanada pun sangat sulit. Kadang aku meminta Aunt Selena mengirimkannya jika suamiku sudah diserang sakit kepala karena tidak bisa menemukan biskuit aznac seenak buatan Aunt Selena. Lautan hijau padang rumput disana berganti drastis dengan katedral-katedral kuno disini. Walau sebenarnya pemandangan kota Montreal lebih terlihat familiar untukku.

Jauh sebelum dua negara ini, aku tinggal di benua lain. Tanah kelahiranku, Korea Selatan.

Ada dua kota yang ingin aku lupakan kenangannya. Pahit yang tertinggal masih menjadi sebuah noda hitam jauh di dalam hati. Tapi disana masih ada ibuku yang cantik dan baik hati juga bibi Sunny yang suka mengomel. Jadi indahnya biar disisakan untuk mereka saja.

Lampu merah menyala menandakan aku harus menunggu beberapa saat sampai mobil-mobil itu kembali berhenti. Aroma kopi dari seberang jalan membuatku semakin tidak sabar. Selain bangunan kuno, coffe shop pun mudah ditemui di sepanjang Old Montreal. Aku berencana menghangatkan tubuh sebelum dua jagoanku datang dan membuatku repot dengan segala canda mereka.

Lonceng diatas pintu berdenting pelan ketika aku masuk. Aroma kopi semakin kuat di seluruh penjuru ruangan. Aku memesan latte dan memandang berkeliling untuk menemukan tempat duduk. Pengunjung menjadi lebih banyak di musim liburan. Beberapa turis bercengkrama dengan bahasa yang tidak ku mengerti. Akhirnya sebuah bangku di sudut menarikku, menyamankan diriku untuk melihat pejalan kaki di luar coffe shop.

Seorang anak kecil berlarian di sekitarku. Ia terlihat lucu dengan jaket merah muda berbulu yang hampir menenggelamkan seluruh tubuhnya. Ku lirik pada meja yang di penuhi beberapa orang di depan sana. Wanita yang kukira ibunya tak melepaskan mata sedikitpun dari anak kecil yang berlarian tadi, khawatir jika ia tersandung atau mengganggu pengunjung lain.

Aku juga pernah memiliki perasaan seperti itu.

Aku bukan seorang ibu. Aku pria berusia 25 tahun yang memiliki seorang anak laki-laki super aktif. Kadang aku dan suamiku harus ekstra perhatian pada setiap langkah kakinya. Suamiku menjadi yang paling memperhatikan segala hal disela kesibukannya yang padat. Dari hal besar sampai yang terkecil sekalipun. Aku bersyukur, anakku memiliki ayah yang luar biasa.

Latte hangat tersaji. Seorang pelayan wanita yang sangat ku kenal tersenyum ramah.

"Kau terlihat sangat tampan hari ini, dokter Wu."

"Terima kasih Helena. Kau pun cantik."

Wanita itu tersenyum lagi sebelum melanjutkan pekerjaannya. Coffe shop ini menjadi salah satu yang paling sering ku kunjungi di masa kuliah dulu. Meski cukup jauh dari McGill University, beragam kopi yang mereka sajikan terasa berbeda dari coffe shop lain. Jadi tidak heran jika beberapa pelayan mengenalku. Orang Kanada sangat ramah.

See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang