Waktu berjalan dengan cepat. Murid-murid kelas tiga sudah melewati masa ujian mereka dan hanya tinggal menunggu pengumuman kelulusan. Sedangkan bagi anak kelas satu dan dua, ujian kenaikan kelas sudah didepan mata. Para murid pintar memenuhi perpustakaan sedangkan murid yang masih terlena masa remaja memilih duduk di kedai tteokpoki sambil bercengkrama.
Sehun menjadi salah satu penghuni perpustakaan yang paling sering terlihat berada di sana. Setiap hari. Dia belajar dengan sangat giat, kadang sendirian, kadang di temani Wendy atau temannya yang lain. Bahkan tidak menyadari jika jaraknya dengan Jongin sudah semakin jauh. Sejak hari pengakuan itu, mereka tidak lagi bersinggungan mata apalagi berdiri berhadapan. Hanya saling melewati dan mendiamkan.
Chanyeol dan Jongdae yang sibuk dengan ujian dan urusan kuliah juga menjadi jarang mengobrol dengannya. Sehun sekarang terbiasa sendirian saat makan di kantin atau duduk di bangku panjang halaman belakang sekolah. Jongin mungkin sudah dilarang Seolhyun untuk membolos hingga tidak lagi terlihat di tempat ini.
Masa bodo lah.
Tapi tetap saja, dia anak muda yang gampang bosan. Setelah seharian belajar, malam ini Sehun keluar dari asrama. Disepanjang jalan, yang dapat ia lihat hanya anak-anak remaja yang menghabiskan malam akhir pekannya dengan suara ribut dan bersikap layaknya anak ayam yang baru saja lepas dari kandang. Mereka terlihat bahagia di balik pakaian dan perhiasan yang bermerk. Mereka terlihat menikmati hidup di balik kerasnya ibu kota.
Hongdae lebih di dominasi oleh para mahasiswa yang masih saja berpikir untuk menghabiskan masa muda mereka dengan bersenang-senang sebelum dihadapkan pada kehidupan nyata yang lebih sulit dari skripsi. Mungkin juga karena keberadaan Universitas Hongik yang berdiri angkuh di bagian barat.
Sehun menghentikan langkah saat netranya mendapati kumpulan mahasiswa yang sedang berebut bola basket di tengah lapangan kecil. Mencari sedikit hiburan di penghujung musim dingin tidak ada salahnya.
Satu tangannya dimasukkan ke dalam kantung hoodie. Seulas senyum tipis terbentuk di bibirnya. Suasana hatinya sangat baik hari ini, jika melupakan semua hal buruk yang terjadi. Di sekolah tadi siang, Guru Ahn yang memang menangani beasiswa para murid memberitahukan padanya bahwa nilai yang ia dapatkan di beberapa semester sangat memuaskan. Ia bahkan bisa memasuki universitas manapun baik di Korea Selatan atau di luar negeri jika ia bisa mempertahankan nilai-nilai plus itu sampai satu tahun kedepan.
Setidaknya ia bisa mengetahui sedikit apa itu menikmati hidup.
Senyumnya semakin terkembang saat mendengar sorakan antusias remaja-remaja yang lebih dewasa darinya di pinggir lapangan saat teman-teman yang mereka dukung berhasil memasukkan bola ke dalam ring.
Karena perutnya meraung lapar, Sehun beranjak meninggalkan lapangan, kembali menyusuri jalan yang ramai hingga kembali berhenti ketika tidak sengaja melihat siluet tubuh seorang wanita yang sangat di kenalnya. Tengah berdiri di dekat minimarket bersama dengan ibu-ibu lain. Itu Nyonya Kim. Dia mendekat, berniat menyapa sebelum telinganya mendengar kalimat yang keluar mulus dari bibir wanita yang sudah ia anggap ibu itu.
"Apakah kelainan seksual itu menular?"
"Memangnya kenapa?"
"Temannya Jongin, dia sepertinya memiliki kelainan seksual. Aku takut jika Jongin juga ikut terpengaruh."
"Bukankah lebih baik dihindari dari sekarang? Katakan pada Jongin untuk menjauhinya."
Miris sekali wahai dunia. Orang yang sedang jatuh cinta disamakan dengan penyakit menular. Sehun hampir tertawa ketika tubuh ibu akhirnya berbalik dan menemukan dirinya.
"Sehun?"
Tubuhnya tetap membungkuk sopan untuk menyapa.
"Selamat malam, nyonya," katanya. Sekilas membuat ibu terkejut dengan panggilan itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Novela Juvenil"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...