Sehun termenung di depan bingkai jendela kamar yang terbuka. Perkataan Kris tadi pagi menjadi sumber utama kegelisahannya. Sebenarnya tidak seberapa serius, hanya saja memikirkan akan kembali ke Seoul membuat perasaannya getir. Entah kenapa, Sehun ketakutan. Tidak seperti takut pada ketinggian atau cerita hantu. Lebih kepada tentang cerita lain di masa lalu.
Selama hampir delapan tahun tidak menginjak Seoul membuat Sehun terbiasa. Dia tidak ingin merindukan kampung halaman, pun mengingatnya menjadi sulit. Setiap kenangan kecil disana, melukainya. Sehun telah menyerah pada Seoul bertahun-tahun lalu.
Dia tau akan ada waktunya ia ingin pulang. Mungkin saat tua. Ketika usia menghapus segala rasa sakit. Ketika pulang adalah satu-satunya pilihan. Sehun tidak menyangka akan secepat ini. Ia bisa memilih tetap tinggal dan melanjutkan semua impian nya di Montreal. Menjadi dokter. Tapi sebagai seorang pendamping hidup, Sehun tidak mungkin membiarkan Kris sendirian. Dia tentu memiliki tanggung jawab. Kris ingin bersamanya tanpa ada jarak. Dan pria itu bisa diandalkan untuk semua hal.
Menghela nafas ketika suara pintu terbuka di belakang punggung, Sehun menoleh dan tersenyum pada Kris yang telah usai dengan segala kesusahannya menidurkan Tae Oh di jam siang.
"Aku membuatmu berfikir terlalu banyak, benar?" Tanya Kris, berdiri menjulang di samping tubuh Sehun.
"Begitulah," jawab Sehun enggan berkilah.
Kris menunduk, mengecup pucuk kepala bersurai kecoklatan milik suaminya. "Kau tau, aku hanya tidak ingin berjauhan. Aku sudah cukup merana selama kau tinggal di Onewhero. Bertemu denganmu di sela waktu luang, benar-benar tidak menyenangkan," sungut Kris.
Sehun terkekeh kemudian berdiri dan mengambil cangkir teh di atas nakas. Selesai mandi tadi, Kris memang menyiapkan secangkir teh hijau untuk meringankan tubuh lelahnya.
"Tidak masalah, kan, kalau aku mempertimbangkannya lagi?"
Kris menatap lantai dan mengangguk beberapa kali. Sehun tersenyum, melangkah ke depan pintu sampai suara berat itu menggetarkannya.
"Aku sangat mencintaimu."
Sudah ribuan kali Sehun mendengar kalimat yang sama. Dan dia terus saja terjatuh untuk hal itu. Kris sangat tau kelemahannya. Hingga tubuhnya kembali memutar arah, meletakkan lagi si cangkir berukir anggrek ke atas nakas dan mengakhiri langkahnya di pelukan sang suami dengan bibir yang ikut bertaut sebagai bentuk penyesalan.
Kris balas memeluknya. Merengkuh pinggang ramping Sehun dan menekannya lebih dekat. Membiarkan sesaat saja keharmonisan itu terjalin. Sampai Sehun menyerah untuk mengambil nafas.
"Aku akan pulang," ucap Sehun di sela hela nafas yang terengah.
"Kau mungkin akan bertemu dengan teman lama--"
"Aku bisa mengandalkan mu, 'kan?"
Kris menatap mata yang telah mengambil seluruh dunianya. Sepasang iris biru malam yang begitu menakjubkan. Hanya Sehun yang memilikinya.
"Tentu. Kau yang paling tau bagaimana aku sangat mencintaimu." Kris tidak pernah bosan mengucapkannya.
Sehun mengangguk, kembali menyamankan diri dalam pelukan Kris. Sehun selalu berhasil membuat Kris kebingungan. Terlarut dalam satu pemikiran yang sama selama bertahun-tahun.
Karena jika sejuta kali pun kalimat itu terlontar. Sunyi selalu membalasnya.
###
"Ini sudah yang ketiga kalinya, Rui."
Remaja dengan seragam sekolah itu menunduk. Memainkan jemarinya yang tertaut di belakang badan. Satu kakinya tak berhenti mengetuk lantai, menyuarakan kegugupannya saat ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Teen Fiction"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...