"Ellios!!"
Dari jendela dapur yang terbuka, Sehun berteriak memanggil anak semata wayangnya yang bermain bola bersama anak lain di dekat kebun pir jepang milik aunty Alesa.
Ellios melempar bola yang di pegangnya pada salah satu teman sebelum berlari menuju rumah, melompati rumput liar setinggi dengkulnya yang sengaja tidak Sehun tebas karena bisa dibentuk menjadi pagar.
"Why?" tanya Ellios saat tiba di depan jendela, hidung nya bergerak beberapa kali mencium aroma manis yang menguar.
"Sapa nenekmu di dalam," jawab Sehun, sibuk dengan piring-piring miliknya.
Ellios mengangguk, kemudian menghilang di balik pintu dapur. Ia bermain bola tanpa alas kaki tadi, Sehun akan mengamuk jika dia tidak mencuci kaki sebelum memasuki rumah.
Ketika melewati dapur, ia bisa melihat pie apple yang baru di keluarkan ayahnya dari oven. Kali ini tenggorokan nya yang bergerak lucu. Ia berhenti guna melihat Sehun memotongi pie.
"Sepertinya enak."
Sehun mendelik. "Sepertinya?"
Ellios tersenyum lebar, kedua jempol nya terangkat ke arah Sehun. "Pie apel buatan appa selalu enak."
"Tentu saja," dengus Sehun. "Cepat ke dalam, nenek sangat merindukanmu."
"Ayay captain!"
Sehun tersenyum. Suara domba di belakang rumah membuatnya kembali melongok melalui jendela. Sehun mengangkat tangannya menyapa kakek Tom yang di balas dengan lambaian dari orang tua itu.
Sejak tadi pagi sampai siang ini cuaca cerah meski masih berangin. Kakek Tom semangat memandikan domba-dombanya bahkan sebelum Sehun bangun. Sekolah mulai di libur kan hingga Sehun bisa bangun siang karena tidak perlu mengantar Ellios.
"Jangan terlalu memanjakan nya bu," kata Sehun ketika tiba di ruang tamu bersama pie beraroma manis yang menggiurkan. Ellios selalu menjadi orang pertama yang mengambil sendok dan menyantapnya.
"Tidak apa-apa. Lagipula tidak setiap bulan ibu bisa membelikannya hadiah."
Sehun mendesah, "mainan nya sudah banyak. Seluruh koleksi Gundam milik Kris juga dia bawa. Kamarnya penuh dan berantakan."
Ibu mengibaskan tangan menyuruh Sehun berhenti, "Itu wajar. Kau juga begitu dulu."
"Aku tidak pernah memiliki banyak mainan. Anak-anak di panti juga selalu berebut untuk satu mainan baru."
Ibu tersenyum.
Sehun sudah menceritakan banyak hal pada ibu. Semua hal yang ia alami. Ibu menangis lagi untuk ketidak tahuannya. Tapi yang sudah berlalu tidak akan bisa diperbaiki. Sehun sudah melewatinya, dan merelakan segalanya. Karena itulah yang jalan hidupnya inginkan.
Rumah sederhana miliknya yang dibelikan oleh Kris bertahun-tahun lalu di Onewhero menjadi persinggahan yang nyaman lagi untuk Sehun. Tanpa beban kuliah. Tanpa embel-embel dokter. Tanpa keinginan untuk kembali ke Montreal. Meski begitu, Sehun tetaplah seorang Wu.
Bekerja di salah satu pusat pelayanan masyarakat yang tak terlalu jauh dari rumah, Sehun sanggup membiayai sekolah Ellios. Keluarga Wu tidak pernah absen menambah nominal di rekening Sehun dan sesekali datang untuk memanjakan cucu semata wayang mereka. Tidak masalah untuk Sehun. Karena sampai kapanpun, Ellios adalah bagian dari keluarga Wu.
"Ibu seharusnya beristirahat saja di rumah. Biar kami yang datang berkunjung ke Jeju," kata Sehun dengan segenggam kacang yang kemudian ia masukkan ke dalam mulut.
"Tapi anak ibu ini tidak pernah datang." Ibu mendelik sebagai respon.
Sehun merapatkan mulutnya. Ibu yang kesal sudah sampai hati menyinggung kebenaran.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Teen Fiction"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...