Semuanya berubah. Tidak ada lagi keributan di kelas yang biasa dilakukan oleh duo biang onar Sehun dan Jongin. Tidak ada lagi teriakan pak Seoham dari speaker sekolah menyerukan nama mereka yang berdiri di lapangan. Tidak lagi rekat hubungan mereka di mata para murid. Bahkan duduk pun berjauhan sekarang. Tidak ada yang berani bertanya, membiarkan semuanya berjalan begitu saja. Meski beberapa orang masih merasa bahwa itu urusan mereka dan menyebar kisah yang berlebihan.
Tapi mereka abaikan. Kebenaran biar mereka saja yang tau. Sehun masih berteman dengan siswa lainnya, pun Jongin yang semakin hari semakin lengket dengan kekasihnya. Sebulan sudah berlalu sejak liburan di Jeju. Tidak ada satupun dari mereka yang mau mengalah. Keras kepala dan keras hati adalah ciri khas anak remaja.
"Wajahmu membuatku tidak memiliki selera makan." Jongdae membanting sumpitnya ke atas meja, mengundang atensi hampir seluruh pengguna kantin.
Sehun berdecak, ikut melepaskan sumpit dari genggaman tangannya dan memilih meneguk sisa cola dalam kaleng.
"Memangnya wajahku kenapa? Tampan begini," sahutnya.
"Merengut seperti itu tampan darimana nya? Kalau kebelet buang air, sana ke toilet!
Sehun baru saja ingin membuka mulutnya untuk membalas perkataan Jongdae saat netranya menangkap sosok Jongin bersama nampan penuh makanan menuju meja yang telah ia dan Jongdae tempati. Lalu kembali berdecak. Sosok lain di samping Jongin selalu bisa membuat mood nya menurun drastis.
Siapa lagi kalau bukan Park Seolhyun.
"Aku sudah selesai."
Tepat setelah Jongin dan Seolhyun duduk di depannya, Sehun beranjak dan melangkah pergi, bahkan melewati tubuh Chanyeol yang juga akan duduk disana.
"Hari yang sangat cerah, 'kan? Meskipun musim dingin," Jongdae terkekeh tanpa perduli keterdiaman yang terjadi.
"Sehun sangat tidak menyukaiku," lirih Seolhyun, Jongin mengusap kepalanya dan mengatakan untuk abaikan saja kelakuan pemuda itu.
Chanyeol menoleh pada Jongdae yang tertawa lalu berkata, "Terimakasih karena sudah sadar diri setiap hari." Dan ia kemudian bangkit, ikut menjauh dari keramaian kantin, mengabaikan delikan tajam dari kedua mata elang Jongin.
###
Umumnya, manusia memiliki rasa ingin tau yang besar. berita terbaru di televisi, trending topik teratas di sosial media, bahkan penasaran akan kenapa semut sering terlihat beriringan di sepanjang tembok. Tidak heran jika kini orang-orang seringkali berjalan sambil menunduk, sibuk dengan selancaran mereka di besi canggih bernama smartphone.
Sehun salah satunya. Langkah nya tak lebih lambat dari siput, matanya tak lebih awas dari seekor kucing liar. Tak ia lewatkan kata perkata yang kini dibaca dengan hikmat. Bukan sebuah smartphone, melainkan surat kabar yang terbentang dari tangan kiri sampai ke tangan kanan. Halaman yang dipenuhi deretan lowongan pekerjaan menjadi fokus utama. Lucu, kan? Saat yang lain menarikan jemari mereka di atas layar gadget, Sehun yang pada dasarnya jauh lebih muda malah memegang kertas koran yang sudah langka.
Bibir tipis Sehun bergerak-gerak lucu tiap kali membaca isi surat kabar, kadang akan mendesis kesal saat tak sesuai dengan yang ia harapkan. Ia hampir membuat masalah dengan pejalan kaki lain saat terlebih dahulu ujung surat kabar yang dibawanya menyenggol punggung besar seseorang di depan. Sehun lantas berhenti, mendongak untuk sekedar tau bahwa sekarang dia berada di kumpulan penyebrang jalan.
Surat kabar ia hiraukan sejenak, melangkah cepat saling mendahului saat lampu berubah hijau. Café di seberang jalan menjadi tujuannya.
Lonceng berdentang nyaring saat pintu terbuka. Setelah memesan menu yang ia inginkan, Sehun memilih duduk di dekat akuarium besar di bagian belakang. Sehun mengulum senyum saat melihat mulut kecil para ikan bergerak terbuka dan tertutup, seolah mereka sedang beradu argument siapa yang lebih pantas menyerap air lebih banyak.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Teen Fiction"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...