40. (S2) When The City Sleep

143 20 8
                                    

"Huaaa!!"

Suara tangis Tae Oh sore itu membuat Sehun yang tengah berada di lantai dua rumahnya tergopoh menuruni tangga. Hela nafas keluar seiring dilihatnya Kris yang tengah duduk bersila di atas karpet bersama Tae Oh yang sudah menelungkupkan wajah di lantai masih sambil menangis.

"Ada apa?" tanyanya, bersandar di ujung tangga sambil bersedekap dada.

"Papa." Tae Oh merengek, bergerak menuju sang papa dan memeluk kakinya.

Sehun mendelik, "Hyung."

"Dia memukul kepalaku, sayang."

"Lalu kau apakan dia?"

"Tangannya hanya ku cubit, tidak kencang, kok." Kris membela diri saat melihat wajah sangar Sehun.

"Tae Oh sudah minta maaf?" pria itu berjongkok, mengabaikan Kris dan memilih mengusap kepala anaknya yang menggeleng. "Minta maaf dulu."

"Tidak mau! Daddy jahat!"

Keributan seperti ini sering terjadi. Tae Oh memang tidak terlalu aktif seperti kebanyakan anak seumurannya yang lain. Tapi jika sedang bosan dan marah, dia suka tiba-tiba melemparkan apa saja atau memukul siapa saja yang ada di dekatnya. Sehun dan Kris kadang harus menghukum anak itu.

"Daddy tidak akan melakukan apa-apa kalau kau juga tidak bersikap nakal. Anak nakal tidak bisa berteman dengan Ironman."

Wajah anak itu kembali di tekuk mendengar kalimat Sehun.

"Ironman temanku!"

"Siapa bilang? Mana ada superhero yang mau berteman dengan anak yang suka memukul daddy-nya sendiri." Sehun berdiri, melangkah menuju sofa ruang tengah dengan Tae Oh yang membuntuti nya di belakang.

"Itu karena Daddy jelek!"

Kris melotot tidak percaya. Tae Oh ini makin hari makin lancar saja bicaranya. Bahkan banyak kosakata yang dia pelajari sendiri entah darimana.

"Kalau Daddy jelek, berarti El juga jelek."

Kepala Tae Oh menggeleng keras sampai rambutnya seperti melompat-lompat lucu dan membuat Sehun harus menahan gemas. Belum lagi pipinya yang menggembung tanda protes. Oh, selamatkan Sehun dari situasi menggemaskan ini. Dia memang lemah jika sudah di hadapkan dengan Tae Oh yang gembul dan berambut jamur itu.

"El anak papa. El mirip papa yang sangat tampan."

"Oh." Kris mengangguk-angguk.

Sehun harus menggigit bibirnya melihat kelakuan ayah dan anak di hadapannya ini. Sehun berniat untuk menghabiskan waktu sendirian di hari libur, tapi bagaimana bisa? Dia tidak ingin melewatkan hal sekecil apapun tentang Tae Oh dan Kris.

"Kalau begitu lain kali minta belikan Ironman dengan papa saja, jangan minta pada Daddy lagi," lanjut Kris sambil bersedekap dada dan merajuk.

"Tidak boleh!" Protes Tae Oh untuk kesekian kalinya, "Papa itu membuatkan makanan enak untuk El, jadi Daddy yang harus membelikan Ironman untuk El."

Kris kembali membuka mulutnya tidak percaya, menoleh pada Sehun dengan tatapan menuding. Pria yang lebih muda menaikkan sebelah alisnya.

"Apa? Aku tidak pernah mengajarkan hal seperti itu padanya. Memang anakmu saja yang sudah banyak pahamnya." Sehun berkilah. Tapi dia memang tidak pernah mengajarkan hal-hal seperti itu pada Tae Oh. Anak mereka yang sebentar lagi berusia lima tahun itu suka mendengarkan. Dia bisa tiba-tiba menghilang dari kamar dan duduk sendirian di depan tv sambil menonton tayangan edukasi. Dia suka menjawab pertanyaan-pertanyaan random yang kadang di lontarkan oleh si narator acara tersebut. Seperti misalnya,

See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang