Sehun terbangun ketika matahari sudah terbenam. Lampu di kamar Jongin juga sudah menyala, ia mengambil handphone untuk sekedar mengecek pesan masuk dari Chanyeol dan Jongdae yang menanyakan keadaannya. Setelah membalas pesan-pesan itu, Sehun bangkit dari kasur dan melangkah ke kamar mandi. Dia hanya membasuh wajah agar lebih segar, demamnya sudah mulai reda, sebelum turun ke lantai satu.
"Oppa!" Seruan cempreng itu menyambutnya ketika tiba di ruang tengah.
Jian dan Jinan, dua adik kembar Jongin yang masih berusia 7 tahun. Mereka berhambur memeluk kedua sisi tubuh Sehun hingga hampir jatuh. Ibu menegur mereka agar lebih berhati-hati.
"Oppa kenapa lama sekali tidak kesini? Oppa tidak rindu kami?" Jinan bertanya dengan wajah cemberut. Yang satu ini sangat mirip dengan Jongin.
"Oppa 'kan sekolah, harus belajar supaya pintar. Makanya jarang main kesini. Jian dan Jinan juga sudah mulai sekolah?" Sehun berjongkok agar bisa mensejajarkan tingginya dengan kedua anak itu. Mereka mengangguk bersamaan, membuat Sehun tidak bisa menahan gemas dengan mencubit pipi keduanya dengan pelan.
"Oppa akan menginap?" Kali ini Jian yang bertanya.
"Iya, Oppa menginap."
"Yey! Tidur dengan kami saja. Jangan dengan Jongin Oppa, dia suka mengorok."
Jongin yang sejak tadi tidak perduli dengan ocehan kedua adiknya itu kini menoleh dan melotot. Sehun meliriknya sebentar sebelum mengangguk membenarkan.
"Benar. Jongin oppa mengorok dengan sangat keras. Mulutnya juga bau."
Pria yang duduk di sofa itu akhirnya berdiri, membuat kedua adiknya berlari menghindari nya, bersembunyi di belakang tubuh Sehun. Dia pikir Jongin hanya akan menangkap adik-adiknya itu dan menggelitik mereka seperti biasa, namun yang kemudian terjadi membuat Sehun hampir kehilangan nafas.
"Dia milikku," kata Jongin, menarik Sehun ke dalam pelukannya.
Oh Tuhan, Sehun akan pergi ke gereja dengan rutin setelah ini.
Pelukan Jongin terasa cukup erat. Aroma sabun dari tubuh pria itu masuk secara bertubi-tubi ke hidungnya. Sehun menyukainya. Menyukai pelukan ini. Menyukai ucapan Jongin yang berkata 'dia milikku' meski bukan dalam artian sebenarnya. Sehun ingin berlama-lama, tapi kedua adik Jongin sudah menarik sebelah tangannya hingga terjadilah insiden tarik menarik Sehun.
"Sehun oppa milik kami!"
"Dia sahabatku bahkan sebelum kalian lahir."
"Bohong! Ibu! Oppa ingin merebut Sehunie!"
Sehun yang masih di tarik hanya bisa pasrah, menunggu bantuan dari ibu yang saat ini masih sibuk memasak makan malam di dapur bersama asistennya.
"Sudah, sudah! Sehun sedang sakit, nanti dia tambah sakit kalau di tarik seperti itu."
Satu laki-laki dan dua anak perempuan itu akhirnya berhenti menarik tubuh Sehun yang memang sudah kembali pusing. Dia berjalan pelan ke arah sofa, mendudukkan tubuhnya disana.
"Pusing? Mau aku ambilkan air minum? Maaf, aku lupa kalau kau sedang sakit." Jongin berkata dengan khawatir.
Sehun tersenyum, "aku mau jus mangga, jangan pakai es dan harus sangat manis."
Wajah khawatir Jongin seketika berubah ketika mendengar itu. Dia bersiap memukul kepala Sehun sebelum Jian berteriak dan memarahinya.
"Jangan sakiti Sehun oppa!" Teriaknya, sedikit banyak membuat Sehun terharu dan memeluk tubuh kecil anak itu. Sedangkan Jongin memilih untuk mengalah dan membuatkan pesanan Sehun.
KAMU SEDANG MEMBACA
See You In Autumn 2022 || KAIHUN ✓
Teen Fiction"Aku akan menceritakan semua kisah tentangmu pada bintang-bintang. Menjawab tanya mereka mengapa ini disebut cinta dan luka," gumam Sehun yang tengah duduk di atas rumput hijau, di samping orang yang telah membawa separuh kenangannya pergi, bersama...