Kejutan yang pahit

450 38 0
                                    

Hanya karena aku tidak menyapamu bukan berarti aku tidak memperhatikanmu.

Cr. Telegram

*****

P

utra sekarang berada di apartemen Dewu untuk mengambil baju ganti Dewi dan tentu dirinya juga.

"Assalamu'alaikum halo bu" Putra mengampit ponsel diantara telinga dan bahunya.

"Wa'alaikumussalam Put. Dewi sehat-sehat kan firasat ibu kok gak enak ya" Kata ibu dari seberang telfon.

Putra sempat terdiam sejenak memikirkan sebegitu kuat kah ikatan seorang ibu dengan anaknya.

"Put" Panggil ibu saat Putra tak segera menjawab pertanyaan.

"Eh iya bu. Dewi baik-baik ajak kok bu Alhamdulillah". Maaf ya Allah hamba-Mu yang tampan ini bohong lagi sama ibu. Putra berbicara dalam hati dengan tangan yang meminta mohon dan menatap kearah langit.

"Ibu mau ngomong sama Dewi boleh?".

Putra sedikit kelabakan saat ibunya ingin berbicara dengan Dewi. Putra segera memutar otaknya mencari jawaban agar ibunya tak curiga.

"Em gini bu. Dewi lagi keluar tadi sama temennya. Nanti kalau udah pulang biar Putra suruh Dewi telfon balik ibu".
"Yaudah kalau gitu ibu titip salam buat Dewi ya. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumussalam".

Putra bernafas lega setelah ibu memutuskan sambungan telfon. Dia segera mengemas apa yang dibutuhkan dan segera kembali ke rumah sakit.

Saat melewati jalan menuju rumah sakit putra melihat penjual makanan kesukaan Dewi. Putra memberhentikan mobilnya dan segera turun membeli makanan tadi.

"Berapa pak?" Tanya Putra saat pesanannya sudah jadi.

"50 ribu mas" Penjual tadi memberikan bungkusan yang berisi makanan kepada Putra.

"Ini pak uangnya" Putra menerima makanan yang di pesannya dan memberikan uang 50 ribu.

"Terima kasih mas".

"Sama-sama Pak".

Putra segera meninggalkan tempat tadi dan mengambil langkah lebar ke arah mobilnya uang terparkir di pinggir jalan.

Setelah masuk kedalam mobil Putra segera melajukan mobilnya ke klinik dimana Dewi dirawat. Hanya membutuhkan beberapa menit Putra sudah sampai di rumah sakit yang di tuju.

Putra mengeluarkan tas yang berisi keperluan nya dengan Dewi untuk beberapa hari dan tak lupa makanan yang tadi dia beli.

Putra segera pergi ke kamar dimana Dewi dirawat.

"Assalamu'alaikum" Salam Putra lirih sambil membuka pintu kamar inap Dewi.

Putra membuka gorden yang membatasi ranjang Dewi

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Putra membuka gorden yang membatasi ranjang Dewi. Dan yang pertama Putra lihat adalah Dewi sedang bermain ponsel.

"Kalau lagi sakit jangan main HP" Putra langsung mengambil ponsel yang Dewi pegang membuat si empu cemberut

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


"Kalau lagi sakit jangan main HP" Putra langsung mengambil ponsel yang Dewi pegang membuat si empu cemberut.

"Oppa!" Dewi berbicara dengan nada yang sedikit manja.

"Wae?".

Putra menaruh makanan yang tadi dia beli di meja samping ranjang Dewi dan juga keperluan Dewi di lemari.

"Kamu udah makan belum?" Tanya Putra.

Dewi menggeleng dan memainkan jarinya.

"Kalau gitu kamu makan ya. Oppa beliin makanan kesukaan kamu nih".

Putra membuka makanan yang tadi dia beli tapi Dewi langsung memintanya untuk membuangnya.

"Oppa beli apa sih. Baunya gak enak. Buang aja saja!" Dewi menutupi hidungnya menggunakan selimut yang dia pakai.

"Ini makanan kesukaan kamu lo dek" Putra memperlihatkan makanan tadi kepada Dewi.

Dewi langsung berusaha menjauhkan karena sekarang perutnya terasa sangat mual.

"Huek oppa buang ih" Dewi menutupi hidungnya dan tangan yang satunya memegang perutnya yang terasa mual.

Putra yang melihat reaksi Dewi segera menjauhkan makanan yang tadi dia beli.

"Udah Oppa buang tuh. Masih mual gak?" Tanya Putra saat masuk kembali ke kamar inap Dewi.

"Udah gak".

Putra mengangguk kemudian duduk di samping Dewi.

"Oppa" Panggil Dewi.

"Wae?" Putra bertanya sambil menaikan kedua alisnya.

"Dewi kenapa sih harus dirawat?" Tanya Dewi yang tak tahu untuk alasan apa dia di rawat.

"Kamu mau denger kabar baik atau kabar buruk nya dulu?" Tanya Putra yang membuat raut wajah Dewi langsung berubah seketika.

Bahkan terlihat wajah Dewi hampir menangis. Putra yang melihat raut muka Dewi berubah langsung panik.

"Loh dek kenapa kok malah mau nangis sih?" Tanya Putra yang memeluk Dewi.

Dewi hanya menggeleng dalam pelukan Putra.

"Hey jangan nangis dong" Putra mengangkat kepala Dewi dan menghapus air matanya.

"Oppa tadi pasti hiks mau bilang hiks kalau Dewi punya sakit hiks kronis kan hiks" Setelah mengatakan nya Dewi kembali menangis dengan kejer membuat Putra serasa ingin menceburkan diri ke laut.

*****
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh guys😁.

Apa kabar nih? Maaf ya up nya lama😅.

Oh ya untuk kata kejer itu yang gak paham itu itu kayak kencang gitu. Karena author lagi ngelag jadi pakai kata itu aja ya😅.

Jangan lupa like sama komen ya biar author makin semangat bikin ceritanya😄.

Mama dadakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang