Pusing

408 38 0
                                    

"Kukira nangka ternyata manisan pepaya, kukira berharga ternyata cuma pelampiasan semata".

Mama dadakan.

*****

"Non ini gimana tuan telfonin saya terus" Kata pak Heru yang tetap fokus menyetir tapi sesekali melirik ponselnya yang terus bergetar dan nama Rayhan terpampang di sana.

"Yaudah pak kalau gitu turunin saya disini aja" Kata Dewi yang langsung mendapat gelengan dari pak Heru.

"Gak non. Saya gak akan nurunin non disini. Saya janji saya gak akan angkat telfon dari tuan" Kata pak Heru agar Dewi tak turun.

"Bukan hanya gak akan telfon dari mas Rayhan aja tapi bapak juga harus janji kalau gak akan ngasih tau keberadaan saya sama mas Rayhan" Kata Dewi yang meminta agar pak Heru berjanji.

"Iya non. Saya janji". Pak Heru akhirnya tetap fokus pada kegiatan menyetir nya dan menghiraukan telfon dari Rayhan.

Sekarang Dewi menyenderkan kepalanya yang terasa pusing karena memikirkan masalah tadi. Dewi memilih menghilang sementara dari Rayhan agar emosi nya bisa mereda terlebih dahulu. Dewi takut dalam keadaan marahnya dia mengucapkan hal yang tidak dia inginkan.

Dewi sedikit lega karena orang tuanya sedang berada diluar kota jadi mereka tidak akan tahu kalau dia sedang bertengkar dengan Rayhan. Dewi memilih untuk pergi ke Apartemen yang diberikan Putra agar Rayhan tak bisa menemukan nya.

Membutuhkan waktu hampir 1 jam karena memang apartemen Dewi cukup jauh dari kantor Rayhan. Dewi memilih untuk mematikan ponselnya agar tak ada yang bisa mengganggunya. Yang dia inginkan sekarang adalah ketenangan agar dia bisa berpikir dengan jernih.

"Pak Heru langsung pulang aja. Kalau mas Rayhan tanya saya dimana jawab aja gak tau" Kata Dewi sebelum turun dari mobil dan pergi ke Apartemennya.

Pak Heru tanpa banyak bicara langsung pergi meninggalkan gedung apartemen Dewi. Mungkin nona nya itu hanya ingin sendiri dan tak ingin di ganggu pikir pak Heru.

Setelah sampai di apartemen nya Dewi segera merebahkan tubuhnya yang terasa lelah dan juga pusing. Dewi memijat pangkal hidungnya berharap pusing yang dia rasakan mereda, tapi nihil bukannya mereda pusing yang Dewi rasakan semakin menjadi-jadi.

Dewi akhirnya memilih bangun dan mandi karena badannya terasa sangat lengket dan berharap pusingnya sedikit berkurang. Menghabiskan waktu hampir 30 menit Dewi baru keluar dari kamar mandi dengan keadaan yang lebih segar dari tadi.

Dewi sekarang merasa lebih segar dari tadi dan pusingnya juga sudah lumayan berkurang. Sekarang Dewi bingung harus berbuat apa. Karena memang apartemen nya jarang ditinggali jadi tak banyak barang disini. Hanya ada 1 kamar tidur dan satu set kursi meja dan di dapur hanya ada beberapa gelas dan piring. Dewi berjalan menuju kulkas dan tara... Tidak ada apa-apa di kulkas nya, bahkan air putih pun tidak ada.

Kalau begini Dewi bisa kelaparan, Dewi yang memiliki pedoman marah boleh tapi gak boleh kelaperan pun memilih untuk memesan makanan lewat online. Dewi tidak ingin terlalu berlarut dalam kesedihan, dia hanya ingin menikmati kesendirian nya untuk sekarang. Untuk masalahnya dengan Rayhan itu akan dia pikirkan nanti yang sekarang harus dipikirkan adalah perutnya yang terus berbunyi.

Sambil menunggu makanan tiba Dewi memilih untuk menonton TV dahulu. Tapi kenapa di TV isinya cuma istri yang tersakiti.

"Kalau gue jadi mereka udah gue bunuh tuh suaminya" Monolog Dewi yang kesal karena di TV istri nya terlalu lemah dan kebanyakan nangis. Dewi tambah kesal saat ada adegan dimana suami sah membandingkan istri sah nya dengan pelakor.

"Apa nanti mas Rayhan juga gitu ya hiks" Sekarang tiba-tiba Dewi malah ikut menangis padahal tadi dia habis marah-marah.

Dewi terus saja menangis hingga suara bel yang membuat Dewi berhenti menangis. Dewi membuka pintu dan kurir pengantar paket memberikan pesanan Dewi. Dewi segera membuka semua makanan yang dia pesan sebelumnya dia menaruh beberapa bahan makanan di kulkas dan juga mengambil piring dan juga sendok.

Setelah semuanya siap Dewi segera melahap semua makanan yang ada di depannya. Entah kenapa hari ini Dewi merasa lapar sekali hingga semua makanan yang tadi dia beli habis tak bersisa. Dari ayam geprek, nasi uduk, nasi padang, nasi pecel dan juga es kopi habis dimakan oleh Dewi. Dewi sampai heran dengan dirinya sendiri.

"Ini kenapa gue makan nya banyak banget sih ck ck ck" Kata Dewi yang membuat bungkus makanannya ke tempat sampah.

"Tapi gue masih pengen ngemil" Dewi memegangi perutnya yang terasa kenyang tapi mulutnya masih ingin makan.

Dewi berjalan kearah belanjaan nya tadi dan untungnya dia tadi membeli cemilan dan juga beberapa buah yang bisa dia makan tanpa harus melihat memasak. Tak terasa jam sudah menunjukkan pukul 4 sore Dewi segera sholat dan tak lupa berdoa untuk keutuhan keluarganya walaupun sekarang dia sedang pergi meninggalkan rumah.

Dewi tau ini salah tapi untuk pulang sekarang bukanlah pilihan yang tepat. Sekali lagi Dewi tekankan dia hanya ingin sendiri tanpa ada yang menganggu. Setelah selesai dengan kewajiban nya sebagai seorang muslim Dewi memilih untuk rebahan sambil menunggu adzan magrib.

Dewi ingin membuka ponsel nya tapi takut Rayhan menghubunginya, dia bingung kalau gak pegang ponsel dia gabut kalau pegang ponsel takut nanti ada telfon dan chat dari Rayhan.

Dewi akhirnya memilih untuk membaca Al-Quran sambil menunggu adzan magrib.

*****

Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarakatuh😇.
Maaf ya baru up soalnya lagi sibuk pkl hehe😁.
Oh ya takut lupa nanti author ucapin sekarang aja ya...
Selamat Hari Raya Idul Fitri 1443 Hijriah
Minal Aidzin wal faidzin mohon maaf lahir dan batin🙏.

Maaf ya kalau ceritanya makin gaje soalnya author juga lagi bingung buat alur ceritanya😁.

Wassalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Mama dadakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang