Hamil

478 46 0
                                    

"𝙰𝚔𝚞 𝚝𝚎𝚛𝚕𝚊𝚕𝚞 𝚖𝚎𝚗𝚐𝚐𝚊𝚗𝚝𝚞𝚗𝚐𝚔𝚊𝚗 𝚑𝚊𝚛𝚊𝚙𝚊𝚗𝚔𝚞 𝚙𝚊𝚍𝚊𝚖𝚞, 𝚑𝚒𝚗𝚐𝚐𝚊 𝚊𝚔𝚞 𝚕𝚞𝚙𝚊 𝚋𝚊𝚑𝚠𝚊 𝚔𝚊𝚞 𝚓𝚞𝚐𝚊 𝚖𝚊𝚗𝚞𝚜𝚒𝚊" 🌹.

Mama Dadakan.

*****

"Ini beneran dok saya hamil?" Tanya Dewi yang belum percaya.

"Iya bu. Dan usia kandungan ibu sudah memasuki minggu ke 4. Jadi ibu harus menjaga kandungan ibu. Karena di trimester pertama rawan terjadi keguguran" Nasehat dokter Risa.

"Kalau gitu saya permisi dulu ya dok. Makasih buat nasehatnya" Dewi pamit dan menjabat tangan dokter Risa.

"Iya bu. Hati-hati dijalan".

"Iya dok. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumsalam".

Dewi keluar dari ruangan dokter spesialis kandungan dengan senyum sumringah. Dewi bahagia karena tak perlu menunggu lama Allah sudah memberikan titipan padanya berupa malaikat kecil yang sekarang berada dalam kandungannya.

"Sehat-sehat ya sayang dikandungan mama. Mama janji mama bakal jagain kamu" Dewi mengelus perutnya yang masih rata.

Dewi berjalan kearah apotek untuk menebus vitamin yang sudah diresepkan oleh dokter Risa.

"Ibunya lagi hamil ya?" Tanya petugas apotek yang melayani Dewi.

"Iya ni mbak. Alhamdulillah" Jawab Dewi dengan senyum sumringah. "Emang udah kelihatan ya mbk?".

"Udah bu. Ya walaupun perutnya belum keliatan tapi auranya terpancar banget. Ibu jadi makin cantik" Puji petugas Apotek tadi.

"Mbak bisa aja" Dewi tersenyum malu karena dipuji.

"Udah berapa bulan bu kandungan nya?" Tanya petugas apotek sambil memberikan vitamin yang sudah dikemas.

"Alhamdulillah udah 4 minggu mbak" Jawab Dewi sambil memberikan kartu kredit nya.

"Wah masih di trimester pertama ya bu".

"Iya mbak".

"Dijaga hati-hati bu kandungannya. Soalnya trimester pertama rawan banget sama keguguran" Nasehat petugas Apotek tadi sambil memberikan kartu kredit Dewi kembali.

"Makasih mbak nasehatnya. Kalau gitu saya permisi dulu ya mbak. Assalamu'alaikum".

"Wa'alaikumussalam".

Dewi berjalan dengan sesekali mengelus perutnya dan tersenyum kembali saat mengingat dokter memberitahukan kehamilannya. Mungkin saat ini Dewi terlihat seperti orang gila yang senyum-senyum sendiri, tapi Dewi tidak bisa menghilangkan rasa bahagianya.

Hingga saat melewati sebuah lorong rumah sakit senyum Dewi luntur seketika saat melihat orang yang tak asing baginya sedang bersama wanita lain. Dan laki-laki itu juga mengelus perut buncit wanita yang sedang menggandeng lengannya.

Dewi berusaha menetralkan nafasnya yang mulai memburu. Hatinya sakit bahkan sangat sakit. Dewi tak pernah mengira jika laki-laki yang selama ini ia anggap baik ternyata hanyalah laki-laki br*ngsek.

Dengan berusaha menenangkan dirinya Dewi berjalan mendekat kearah laki-laki dan wanita tadi. Semakin dekat Dewi semakin bisa mendengar dengan jelas apa yang mereka bicarakan.

"Mas aku gak sabar deh lihat anak kita nanti" Kata wanita tadi sambil mengelus perut buncit nya.

"Mas juga gak sabar sayang" Laki-laki tadi ikut mengelus perut buncit wanita yang ada disampingnya.

Dewi menghadang jalan laki-laki tadi dan wanita tadi. Laki-laki tadi yang melihat Dewi berada di hadapannya segera melepaskan pegangan wanita yang berada di sampingnya.

"Dek" Panggil laki-laki tadi dan berusaha memegang tangan Dewi tapi langsung ditepis begitu saja oleh Dewi.

"Mas tega ya sama adek!" Dewi sudah tak bisa membendung air matanya lagi. Laki-laki yang selama ini ia cintai telah menghianati pernikahan mereka dan juga cintanya.

"Dek mas bisa jelasin" Kembali Rayhan berusaha memegang tangan Dewi tapi langsung ditepis kembali oleh Dewi.

"Jelasin apa mas! Semuanya udah jelas. Adek kira adek satu-satunya wanita dalam hidup mas! Ternyata enggak! Mas udah hianatin adek! Oh bukan atau adek aja yang terlalu bodoh udah nerima mas!mas tau adek sekarang lagi ngandung anak mas! Dan mas malah bersama wanita lain! Oh bukan atau mungkin adek yang wanita lain!"Dewi tersenyum kecut diakhir kalimatnya. Air mata nya sudah tak dapat dibendung, dadanya terasa sesak karena sakit yang dia rasakan.

"Dek... Mas minta maaf" Rayhan berhasil memegang tangan Dewi.

"Adek kira mas laki-laki baik ternyata mas cuma laki-laki br*ngsek. Mulai sekarang mas jangan pernah temuin adek lagi ataupun anak adek!" Dewi melepaskan tangan Rayhan dan segera pergi dari sana. Dewi menghapus air matanya dan dia berjalan cepat keluar rumah sakit.

Saat sampai di depan pintu rumah sakit kepala nya terasa pusing dan terasa sangat berat. Hingga rasanya tubuhnya jatuh dilantai rumah sakit yang dingin.

Dewi bangun dari pingsannya dan yang pertama kali dia lihat adalah kamar apartemen nya. Dewi kembali mengerjapkan matanya agar dapat melihat dengan jelas. Dan benar saja Dewi memang berada di apartemen dan dia bahkan masih menggunakan mukena yang tadi dia gunakan untuk sholat. Dewi memegang pipinya dan terasa basah saat melihat kebawah Dewi melihat mukena yang tadi menjadi bantalannya untuk tidur basah.

"Ini gue mimpi sampai nangis beneran" Dewi berjalan kearah kaca dan benar saja matanya terlihat bengkak.

"Gila-gila" Dewi menghapus sisa air mata di pipinya dan segera pergi mengambil wudhu karena tak lama setelah dia bangun tadi adzan berkumandang.

Mungkin ini kenapa ibunya dulu melarang dirinya dan Putra tidur setelah Asar.

Setelah sholat magrib Dewi memilih untuk keluar dan pergi ke taman yang berada tak jauh dari apartemen nya untuk menghirup udara segar.

Dewi merasa iri saat melihat beberapa pasang kekasih ya bermesraan. Memang hari ini bukan malam minggu tapi tetap saja ada yang berpacaran. Dewi kembali teringat dengan mimpinya tadi. Dia berpikir apakah mimpi itu akan terjadi.

Tak terasa air matanya kembali jatuh saat mengingat mimpi tadi. Dewi berusaha membendung air matanya tapi percuma air matanya tak mau berhenti dan malah semakin deras.

"Dek".

*****
Assalamu'alaikum warahmatullahi wabarokatuh epribadeh 😁.

Gimana lebarannya? Dapet THR berapa nih hehe.

Pada mudik gak nih? Author sih sebenernya pengen mudik tapi bingung mau mudik kemana soalnya rumah nenek cuma berjarak beberapa kilo aja hehe😁.

Oh ya jangan lupa ya vote

Mama dadakan Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang