2

327 21 0
                                    

Ayo, Vote & komen dulu....

***

Sejak awal Seka mengira ini adalah mimpi. Berfikir setelah bangun tidur dirinya akan kembali ke dunia asalnya. Namun semua hanya angan-angan Seka, nyatanya dia tetap di sini. Hidup sendiri di dunia yang bahkan Seka tidak kenal satu orang pun. Semakin dia berharap semuanya hanya halusinasinya saja, Seka semakin dibuat kecewa oleh kenyataannya. Jadi, Seka akan menjalaninya saja.

Kalau hidup alhamdulillah.

Kalau mati ya, wassalam.

Ting!

Bunyi notifikasi terdengar, satu pesan masuk dari Gavriil. Seka geleng-geleng kepala saat melihat nama kontak yang sangat alay menurutnya. Padahal Ghaiska sudah di selingkuhi tapi tetap saja bucin.

Ayang😙
Plng brng srh mma.

"Butuh lima menit gue baru paham." Seka menggaruk pipinya yang terasa gatal. Tangannya memasukan hp ke saku bajunya tanpa membalas pesan dari cowok itu. "Bodo amat. Gue mau pulang sendiri pokoknya." ucapnya cuek.

Seka turun dari ranjang. Dia membuka pintu UKS perlahan. Kepalanya celingak-celinguk memerhatikan sekitar yang ramai. Jam pulang sekolah sudah berbunyi. Pasti dua dedemit itu akan kesini sebentar lagi. Seka harus segera pergi. Mana mau dia pulang bersama cowok itu? Terlebih ada Erita yang sksd terhadapnya. Walau ini tubuh Ghaiska yang sedari kecil berteman baik, tapi kan sekarang yang menempati tubuhnya adalah Seka. Dia tidak suka berdekatan dengan orang asing. Waktu di toilet tadi itu pengecualian. Anggap saja itu tidak pernah terjadi.

Merasa aman Seka berjalan tergesa-gesa menuju gerbang sekolah. Sesekali dia akan menengok kanan kiri takut ketahuan. Membayangkan ekspresi Gavriil dan Erita yang kebingungan saat dia tidak ada di UKS, Seka tertawa jahat dalam hati.

HAHAHAHA MAMPUS LO!

BRUK!

Sial.

"M-aaf gak sengaja." Seka membungkuk. Memunguti jajanan seseorang yang berserakan kedalam kantong kresek. Salahnya juga berjalan sambil menunduk, dia jadi menabrak orang lain. Setelah selesai Seka menyerahkan kresek itu pada cowok yang hanya berdiri diam sejak tadi tidak membantu sama sekali.

Tak dapat respon, Seka mendongak menatap cowok yang sedang menatapnya lurus. "Ambil."

Bukannya mengambil, cowok itu justru menelpon seseorang.

"Dia sama gue gak sengaja ketemu." ucapnya sambil melirik Seka yang memasang wajah lugu.

Taroh bawah aja kali, ya? Tapi nanti dia marah.

"A-aku taruh sini, ya." Seka meletakan kantong kresek dibawah kaki pemuda itu. Sebelum kakinya melangkah ingin pergi, pergelangan tangannya dicengkeram kuat. Seka melotot kaget.

"A-ada apa?" Seka berkata gugup. Entah kenapa dia merasa orang dihadapannya ini berbahaya. Salah satu orang yang harus dia jauhi.

"Kenapa gak lo aja yang kesini?"

"T-tolong lepas. Saya gak kenal sama kamu." Seka berusaha melepaskan genggamannya. Pergelangan tangannya terasa perih ketika cengkeramannya bertambah kuat. "S-sakit."

"Nyusahin lo."

Bagus, bagus. Telponan aja terus. Anggap aja gue gak ada, tapi jangan salahin masa depan lo gue tendang.

"Iya. Gue kesana."

Dengan kesal gadis itu mengangkat kaki, menendang aset masa depan cowok itu keras membuat sang empunya berteriak kesakitan.

SekalanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang