Bab ini pendek. Dimohon bacanya pelan-pelanXD
Happy reading:)
***
Untuk pertama kalinya, Cullen dan Pana melihat Erita yang tak pernah menangis kini menangis histeris saat Seka meninggalkannya. Mereka di buat tertegun. Bahkan sesaat Gavrill juga sedikit terkejut.
"Gue pikir lo udah keterlaluan." Pana menatap Cullen tajam. Mereka berdua berada di halaman belakang rumah sakit. Sementara Gavrill sudah pergi membawa Erita yang jatuh pingsan setelah menangis. "Sikap lo tadi udah ngerusak hubungan Ghaiska sama Erita."
"Gue cuma nggak mau Erita terluka." Kenapa dia terus di salahkan? Dia hanya tidak ingin Erita kembali sedih karena Seka. Siapa yang tahu sikap cewek itu tiba-tiba dapat berubah? "Lagipula gue nggak nyuruh dia buat menjauh dari kita. Gue cuma ngasih tahu kalo dia nggak boleh terlalu percaya sama Kakaknya!"
"Tapi cara lo salah! Bisa nggak lo nggak usah ngehina dia?!" bentaknya keras. Pana menarik kerah baju Cullen kencang. Wajahnya memerah emosi. Terutama saat ekspresi wajah Seka yang terluka terlintas di dalam benaknya. "Lo sadar omongan lo terlalu kejam? Yang lo lakuin barusan justru buat hubungan pertemanan Ghaiska sama Erita hancur! Secara nggak langsung lo penyebab Erita terluka!"
"BAGIAN MANA OMONGAN GUE YANG SALAH?! SATU SEKOLAH BAHKAN TAHU GIMANA SIFATNYA GHAISKA DULU!" Cullen balas berteriak. Mendorong tubuh Pana hingga cekalan pada kerah bajunya terlepas. Dia menunjuk wajah Pana murka. "JANGAN MENTANG-MENTANG DUA BULAN INI DIA JADI BAIK, LO SEOLAH LUPA SAMA SIKAP DIA YANG DULU!"
"SEMUA ORANG BISA BERUBAH CULLEN! LO NGGAK BISA NUDUH GHAISKA TERUS! SIKAP LO YANG SEKARANG JUSTRU BUAT KONDISI SEMAKIN RUMIT!"
"Berubah?" Cullen terkekeh sinis. "Lo pikir gue bakal percaya gitu aja?"
"Lo marah karena gue ngerusak hubungan Ghaiska sama Erita atau marah karena cewek yang lo cintai gue buat sedih?" Cullen terkekeh sinis. Dia menepis tangan Pana kasar. "Pana, lo terlalu bego. Bisa-bisanya lo jatuh cinta sama Ghaiska."
"LO!"
"APA?! LO MAU NGELAK KALO LO NGGAK CINTA SAMA GHAISKA?!!" Cullen mendesis sinis. "Berapa tahun kita temenan? Lo pikir gue nggak tahu perasaan lo ke Ghaiska?"
Pana terdiam.
"Gue tahu semuanya." Cullen tertawa. "Semua perilaku lo akhir-akhir ini nunjukin kalo lo naksir Ghaiska."
"Pana, lo inget ucapan lo ke gue dulu?" Cullen memiringkan kepalanya. Dia menyeringai lebar saat wajah Pana memucat. "Len, bisa lo relain Erita sama Gavrill? Sekarang Erita udah jadi pacar Gavrill. Gue harap pertemanan kita nggak rusak cuma gara-gara cinta lo ke Erita."
"Lo jilat ludah lo sendiri. Nyatanya sekarang lo sama aja kayak gue." Cullen tertawa terbahak-bahak. "Sama-sama naksir tunangan sahabat sendiri HAHAHAHA!"
Tenggorokan Pana tercekat. "Ghaiska udah nggak cinta Gavrill." katanya ragu. "Dia bilang dia udah nggak cinta sama Gavrill." Pana menggeleng.
"Lo percaya?" Cullen tersenyum remeh. Dia menekan bahu Pana. Menyorotnya tajam. "Tiga tahun. Tiga tahun dia ngejar-ngejar Gavrill. Dan lo percaya pas dia ngomong udah nggak cinta Gavrill lagi?"
Hening.
"Satu sekolah pun tahu gimana gilanya dia saat ngejar Gavrill. Udah berapa kali cewek yang keluar sekolah karena di buli Ghaiska?" Cullen menepuk bahu Pana dua kali. Memberi Pana tatapan menghina. "Semua itu karena mereka berani deketin Gavrill."
Tangan Pana terkepal erat.
"Karena Ghaiska cinta mati sama Gavrill, dia nggak rela kalau Gavrill direbut orang lain."
***
"Karena Ghaiska cinta mati sama Gavrill, dia nggak rela kalau Gavrill direbut orang lain."
Ucapan Cullen terngiang-ngiang di telinganya. Pana menatap punggung Cullen yang sudah menjauh. Detik selanjutnya tembok disisinya retak saat Pana memukulnya keras. Membuat tangannya terkelupas mengeluarkan darah. Pana terkekeh pelan. Mengabaikan rasa sakit di tangannya, dia mulai bergegas pergi menuju ruang rawat Seka.
"Ghaiska, lo nggak mungkin gitu kan?" gumamnya lirih. Dia memejamkan matanya yang terasa panas. "Lo bilang lo udah nggak cinta Gavrill. Gue harap lo tepatin omongan lo sendiri, Ghaiska."
***
Saat membuka pintu ruang rawat Seka yang dia lihat hanya seorang suster yang sedang membersihkan kamar. Pana mengerjap bingung. Dia melihat kesekitar, mencari keberadaan Seka. Namun cewek itu tidak ada.
"Sus," panggil Pana. Suster itu menoleh balas menatapnya. "Pasien yang di rawat disini, dia dimana?"
"Pasien sudah pergi lima belas menit yang lalu. Dia dipindahkan ke rumah sakit lain."
"Pindah?"
"Ya. Saya kurang tahu alasannya. Tapi saya liat keluarga pasien terlihat buru-buru."
Pana terdiam. Dia segera keluar mencari keberadaan Seka. Cewek itu belum lama pergi. Semoga saja dia dapat menemukannya. Pana berlari mengelilingi rumah sakit. Sesekali dia menubruk seseorang membuat dia dimarahi. Pana tidak peduli. Matanya berkeliaran ke penjuru arah.
Tidak ada.
Ghaiska, lo dimana? tanya Pana dalam hati.
Semua tempat di rumah sakit sudah dia datangi kecuali–
Kamar Alve.
Ya, dia harus ke kamar cowok itu. Mungkin saja Ghaiska berada disana. Pana mengangguk-angguk. Dia berbalik, bergegas menuju kesana. Hanya untuk kembali kecewa saat kamar itu kosong. Tidak ada seorangpun disana.
Pasrah, Pana merogoh sakunya. Mengambil hpnya lalu menghubungi Gavrill. Mungkin saja temannya itu tahu Ghaiska berada dimana.
Gavrill Genio
Gav, lo tahu Ghaiska sekarang dimana?
Tadi gue ke kamarnya.
Kamarnya kosong.
Suster bilang Ghaiska pindah ke rumah sakit lain.
Setelah selesai menghubungi Gavrill, Pana bersandar pada dinding pasrah. Kepalanya tertunduk dalam. Dia terkekeh sedih. Cewek itu bahkan sampai pindah rumah sakit tidak ingin mengganggu hubungan Erita dan Gavrill.
"Ghaiska, lo pasti pergi gara-gara omongan Cullen yang kejem kan?" Pana berbisik serak. Dia menutup wajahnya putus asa. Kepalanya sakit. Sekalinya dia jatuh cinta untuk pertama kalinya, dia hanya diberikan rasa sakit yang mendalam. Membuat dia sesaat kesulitan bernapas.
"Ya, pasti lo pergi karena Cullen. Ucapan lo yang takut ngerusak hubungan mereka, bukan cuma alasan kalo lo masih cinta sama Gavrill kan?"
***
Satu Minggu lebih 6 hari ... Belum 2 Minggu kan ya? HAHAHAHA!
Bolehlah votenya dulu~
Siapa tahu ada yang mau request bab selanjutnya mungkin bisa saya kabulkanXD
Besok saya usahain up lagi, kalo vote lebih banyak dari bab kemarin:)
Jangan lupa follow saya juga yaaaa
Muehehe
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekalantha
Teen FictionSeka Alantha tidak mengira setelah jatuh dari tangga dia bertansmigrasi ke dalam novel yang dia baca. Menjadi tokoh antagonis yang dibenci semua orang. Ghaiska Lavana. Cewek galak, agresif, dan kasar. Akan mati ditangan tunangannya dan kakak kandun...