26

133 11 1
                                    

Hai!

Siapa yang nungguin nih?

Seperti biasa monmaap up nya sangattt... lama. Saya abis pindah rumah + kuota abis, ini aja nyolong di adek😭 Kalo lupa sama alur bisa baca beberapa bab sebelumnya. Saya aja sering kelupaan soalnya.

Oke,

Happy reading:)

***

Bunyi musik yang keras memasuki indra pendengarannya begitu Seka menginjak pintu masuk. Dia mencengkeram ujung jaket Alve erat. Rasa takut mulai menjalar saat beberapa laki-laki sudah berumur memandangnya dengan tatapan sulit di artikan. Jantungnya berdegup kencang. Bulir-bulir keringat dingin menyusuri dahinya.

Apalagi ketika matanya tak sengaja menatap pemandangan plus-plus yang biasanya hanya dia dengar dari teman-teman sekelasnya dulu, kini secara live dia melihatnya dengan jelas. Membuat Seka segera menunduk dan beristighfar dalam hati.

Astaghfirullahaladzim.

"Kak Alve ngapain kita kesini?" tanya Seka gelisah. Merasa bingung mengapa Alve membawanya ke tempat ini. Pikiran negatif berkeliaran di otaknya namun Seka segera menyingkirkannya. Alve tidak mungkin melakukan hal yang dapat membuat orangtuanya murka kan?

"Kakak, ayo pulang."

"Diem." Alve membentak. Dia menarik tangan Seka menuju sudut ruangan, bergabung dengan teman-temannya yang sudah berkumpul. Ada empat cowok disana dengan masing-masing cewek berpakaian terbuka disisinya.

"Wih ini cewek yang lo bilang, Al?" cowok berambut pirang itu menatap Seka terpesona. Wajah Seka yang panik dan berkeringat justru terkesan cantik dan imut baginya.

Seka menatapnya takut. Dia bergerak menghindar saat salah satu dari mereka ingin mencolek dagunya.

"Cantiknya~" ucap Andre -teman Alve sambil tertawa.

Alve duduk di sofa yang kosong. Lalu menatap tajam Seka yang masih berdiri disisinya sambil memegang jaketnya. "Lepasin tangan lo."

Seka menggeleng. "Pulang." ucapnya pelan.

"Tuh cewek nggak lo suruh duduk bro?" tanya Riski. Cowok dengan wajah putih itu mengepulkan asap rokok ke udara. Membuat Seka terbatuk-batuk saat dia tidak sengaja menghirupnya.

"Ki, matiin rokok lo. Kasian cewek gue jadi batuk haha." Gilang tertawa jahil. Seka meliriknya sekilas cowok itu sepertinya sudah sedikit mabuk. Terbukti dengan nada bicaranya yang melantur. "Ngomong-ngomong, nama lo siapa cantik?" tanyanya sambil mengulurkan tangan mengajak berkenalan.

Seka hanya menatap uluran tangan itu tanpa menjabatnya. Tapi mengingat tidak sopan mengabaikan ucapan orang yang lebih tua darinya, pada akhirnya dia menjawab. "Romlah."

"Romlah?" beo Gilang. Dahinya berkerut, hanya sesaat kemudian dia tertawa terbahak-bahak. "Lo hidup di zaman apaan sih? Norak amat nama lo."

"Nenek moyang kamu."

"Anjir! Nyebelin banget adik lo, Al." Gilang menganga lebar.

Seka mengalihkan pandangan pada Alve yang diam saja. Menatapnya memohon dia berkata lirih. "Kakak, ayo pulang." ucapnya takut saat salah satu teman Alve yang sedari tadi diam menatapnya lekat.

"Dia cewek yang lo d?" Bima -cowok yang Seka takuti membuka suara.

"Ya." Alve mengangguk. Melirik ke adiknya sekilas dia kembali menatap Bima. "Lo bisa habisin waktu sama dia semaleman. Inget cuma semalem, besok lo harus pulangin dia ke rumah gue."

SekalanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang