Emang setan nih orang.
Rasanya Seka ingin sekali membenturkan kepalanya ke dinding. Frustasi melihat perubahan Gavrill yang sangat menyebalkan di matanya. Mau sampai kapan cowok itu berpura-pura heh?
Walau wajah Gavrill saat ini terlihat semakin tampan saat memasang ekspresi lembut, dia tidak boleh lupa jika alasan cowok itu kemari pasti karena Erita. Dia sudah bisa menebak. Kalau keputusannya untuk menjauhi mereka, Erita adalah pihak pertama yang merasa menderita. Mereka sudah berteman sejak kecil terbiasa selalu bersama hingga beranjak dewasa. Mustahil Erita tidak akan merasa kehilangan. Tapi siapa yang perduli?
Dia sudah malas terlibat dengan mereka semua. Sekarang yang dia inginkan hanya hidup dengan tenang tanpa gangguan mereka.
"Aku enggak marah sama sekali." Seka menjelaskan sabar. Dia harus menjaga image nya sebagai orang yang 'tabah' di depan pembantunya. Bisa gawat jika dia menunjukan sikap tak suka pada Gavrill. Bisa saja hubungannya dengan Gavrill dapat terbongkar. "Tiga hari ini aku jagain Kak Alve di rumah.'
"Tapi kamu menghindar." Gavrill mengernyitkan dahinya. Dia memicingkan matanya kesal. "Aku kirim pesan, telepon, kamu nggak jawab. Sekarang giliran aku kesini kamu usir aku."
"Kamu... kamu, nggak cinta sama aku lagi, ya?"
Sialan.
Apa maksudnya ucapan Gavrill itu?
Walau dia sadar sepenuhnya jika Gavrill sedang akting, Seka tidak bisa menahan degup jantungnya yang berdetak kencang. Dia sosok yang lemah jika berhadapan dengan cowok tampan. Terutama saat cowok itu berkata dengan nada merajuk manja.
Si bangsat ini bener-bener bikin gue gemes setengah mati sampe pengen nyekek dia.
Seka tidak bisa berhenti merutuk dalam hati. Tangannya terkepal menahan diri untuk tidak luluh dalam sekejap mata. Dia mengalihkan pandangan, lalu sedikit terkejut saat netranya bertubrukan dengan Alve. Terlalu sibuk mengurusi Gavrill, dia sampai lupa jika disini masih ada Alve. Sementara Alve, dia hanya diam saja memerhatikan. Tidak menampilkan ekspresi apapun selain memasang wajah datar.
"Aku nggak ada waktu megang hp." Seka tersenyum paksa. Dia menarik tangannya yang di genggam Gavrill sedari tadi. "Belakangan ini aku sibuk rawat Kakak. Nggak sempet jawab siapapun yang hubungi aku."
"Tapi tadi malem aku liat kamu online dan kamu nggak bales chat dari aku, Ka."
"Itu kemarin aku nggak enak badan, jadi aku hubungi dokter buat cek kondisi badan aku."
"Yang aku lihat kondisi badan kamu sehat-sehat aja." Gavrill sedikit membungkuk. Mensejajarkan tubuhnya dengan Seka membuat Seka mundur terkejut. Dia mengusap rambut Seka lembut. Tatapannya terpaku pada bawah mata Seka yang menghitam. Nampaknya cewek itu kekurangan tidur memikirkan perkataan Cullen tempo hari.
"Sorry buat omongan Cullen kemarin. Gue ngerti pasti ucapan Cullen nyakitin lo. Tapi gue pikir dia mungkin nggak bermaksud ngomong gitu." bisiknya.
Seka terdiam.
"Gue akuin walau awalnya kita deket sama lo gara-gara Erita, tapi gue beneran tulus temenan sama lo. Mungkin karena sekarang lo jadi baik, gue nggak masalah deket sama lo." melihat Seka yang masih diam, Gavrill tersenyum maklum. "Gue nggak akan maksa lo buat maafin Cullen atau apapun. Tapi gue harap lo mau berangkat sekolah dan temenan sama kita lagi."
"Akhir-akhir ini Erita juga sering nangisin lo. Dia sedih pas lo nggak bales pesan atau telepon dia." Gavrill menghela napas panjang. Seolah dia sedang memikirkan masalah yang rumit. "Selain itu ada beberapa hal yang bikin gue bingung. Entah apa alasannya, selama tiga hari nggak ada lo rasanya sepi." dia menjeda ucapannya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekalantha
Teen FictionSeka Alantha tidak mengira setelah jatuh dari tangga dia bertansmigrasi ke dalam novel yang dia baca. Menjadi tokoh antagonis yang dibenci semua orang. Ghaiska Lavana. Cewek galak, agresif, dan kasar. Akan mati ditangan tunangannya dan kakak kandun...