10

213 18 1
                                    

Tidak di novel, tidak di kehidupan nyata, ternyata nasibnya sama saja. Jika ada tugas kelompok, Seka hanya duduk sendirian dipojok kelas. Menggenggam erat buku tulisnya sambil menatap teman sekelasnya yang sedang sibuk mencari kelompok.

Des, gue sekelompok sama lo ya!

Ogah. Gue gak mau sekelompok sama orang goblok yang cuma numpang nama kayak lo!!

Sungguh kejam dirimu.

Gue kurang satu orang siapa yang mau masuk cepet!

Gue Ran! Gue belum punya kelompok huhuhu.

Siapa yang mau masuk kelompok gue? Tapi syaratnya harus pinter, tak memenuhi syarat tak boleh masuk. HEHEHEHE.

Kelompok khusus cewek. Cowok nggak boleh gabung.

Teriakan itu bersahutan. Membuat kelas ramai.

Kalo dulu gue nggak dapet kelompok karena gue pendiem sama miskin, sekarang gara-gara tukang buli. Seka berkata dalam hati. Ekspresinya muram. Dia seperti orang dungu yang hanya celingak-celinguk memerhatikan. Teman-temannya sudah mendapat kelompok semua. Hanya dirinya saja yang sendirian.

"Sudah dapat kelompok semua?" Bu Rohmah bertepuk tangan berusaha menginterupsi kelas yang ramai.

"Sudah Bu!"

"Oke. Sekarang tugas ka- loh Ghaiska kamu nggak dapat kelompok?" pertanyaan Bu Rohmah seketika membuat kelas hening.

Seka mendongak. Wajahnya datar tanpa ekspresi. Dia berkata, "S-saya sendirian saja." 

"Tidak bisa. Ini kelompok bukan individu. Kenapa kamu nggak gabung sama yang lain?" Seka menunduk tidak mau menjawab.

Bukannya dia tidak mau bergabung, tapi masalahnya mereka mau tidak sekelompok bersamanya? Seka cukup tahu diri untuk bergabung dengan mereka. Dari gerak-geriknya saja mereka terlihat tidak suka dengannya. Ya, memang siapa yang mau berteman dengan pembuli?

Bu Rohmah menghela napas. Wanita paruh baya itu mengedarkan pandangan. "Rani, Ghaiska masuk ke kelompok kamu, ya? Kamu juga kurang satu orang."

Rani mendongak gugup. Merasa takut Ghaiska akan marah jika dia menolaknya. "T-tapi Bu, saya udah pas 5 orang. Satunya Lani dia nggak berangkat hari ini."

"Yang tidak berangkat tidak dianggap. Sementara Ghaiska masuk ke kelompok kamu dulu."

"Nggak bisa Bu. Saya sama Lani tetanggaan. Saya nggak enak sama dia nanti kalo berangkat."

"Yasudah." Bu Rohmah mengangguk. Matannya berkeliaran ke penjuru kelas. "Eli, Ghaiska mas-,"

"Maaf Bu, udah penuh."

"Yang lain siapa yang kurang?"

"Nggak ada penuh semua!"

Bu Rohmah memijat pelipisnya pening. "Yasudah lah. Ghaiska kamu boleh sen-,"

"GHAISKA SAMA SAYA BU!" teriakan itu mengagetkan semua orang termasuk Seka. Cewek itu menoleh cepat saat Pana duduk disampingnya. Disusul Gavrill dan Cullen yang duduk di hadapannya.

Seka berkedip bingung. Dia membuka mulut ingin bertanya namun disela Pana cepat.

"Jangan geer. Gue cuma kasian. Muka lo keliatan nelangsa banget kayak gembel belum makan berhari-hari." ucap Pana angkuh. Melihat Seka yang menatapnya intens, Pana memalingkan pandangan. "Apa sih ngeliatin gue mulu?! Nanti naksir tahu rasa lo."

Seka mengalihkan pandangan. Kini tatapannya beralih pada Gavrill dan Cullen. Dia merasa bingung. Tumben sekali mereka berdua mau berdekatan dengannya.

"Anggap aja ucapan maaf dari gue udah njambak lo." ucap Gavrill tenang.

"Kalo si Pana dari tadi nggak merengek kayak bayi bagong gue males sekelompok sama lo." Cullen berkata ketus.

Eh?

"Siapa yang ngrengek?!" Pana menoleh cepat. Dia menendang kaki Cullen diam-diam. "Jangan dengerin nih orang sesat."

"Apa sih lo nendang-nendang." Cullen balik menendang Pana membuat siempunya meringis.

"Gue pelan woy!"

"Makasih." Seka tersenyum. Walau dia tahu mereka terpaksa tapi dia senang. "Gavriil, Cullen makasih." 

"Ka, lo nggak makasih sama gue?!"

"Iya, makasih."

Gavriil diam mengamati. Matanya terpejam sejenak. Dia tidak tahu apa yang direncanakan Ghaiska sekarang. Dia tidak pernah kepikiran jika Ghaiska berteman kembali dengan Erita. Perubahan sifatnya yang sekarang membuat dia was-was.

Tapi yang pasti jika cewek itu melakukan hal di luar batas pada Erita, dia tidak akan memaafkannya.

***

Bab ini dikit cuma 500 kata lebih.  Sebenarnya saya lagi males up tapi udah lama ga up ya udah seadanya ya.

Ayo Vote dan komennnn. Votenya jangan bolong-bolong dong urut dari prolog. Sedih banget yang vote dikit😥

Thankyou<3







SekalanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang