24

134 13 4
                                    

Sorry up nya lama otak saya macet banget gila😔

Btw, kalian kelas berapa? Cuma nanyaXD

Happy reading:)

***

"Pana." Cullen memanggil. Matanya menatap Pana tak percaya. "Lo sakit jiwa?"

"Mulut lo!" sembur Pana sewot. Dia duduk di samping Gavrill persis di depan Cullen. Tangannya terulur mengambil botol mineral di atas meja lalu menenggaknya habis.

"Lagian elo waras nggak sih? Masa pake gelang pink kinclong ginian?" Cullen memaki. Merasa geli sendiri padahal bukan dia yang mengenakannya.  "Copot aja lah mata gue sakit liatnya."

"Enak aja. Terserah gue lah." Pana berdecak kesal. Sejak pagi dia sudah menjadi pusat perhatian karena memakai gelang pemberian Seka dan sekarang dengan entengnya Cullen menyuruh melepaskannya? Bisa-bisa Seka marah padanya karena menganggap dia tidak menghargai pemberian cewek itu.

"Dari Ghaiska ya lo?" tebak Cullen tepat. Pana hanya melirik lalu melempar kulit kacang pada Cullen membuat siempunya mengumpat.

"Lo di kasih gelang juga?" tanya Gavrill sambil mengangkat alisnya.

Saat ini mereka berada di rooftop sekolah. Membolos pelajaran jam ke tiga hingga empat karena terlalu malas mengikuti pelajaran Bu Rohmah yang terkenal galak. Tentunya Erita dan Seka tidak mengetahuinya, kalo mereka tahu khususnya Erita cewek itu bisa marah pada Gavrill.

"Juga?" Pana mengernyitkan dahinya. Dia menoleh menatap Gavrill bingung. "Ghaiska ngasih lo gelang?"

"Hm." Gavrill mengangguk. Dia menunjukkan tangan kanannya yang terpasang gelang berwarna hitam dengan bandul inisial 'G'. Terlihat sederhana tetapi cukup bagus menurutnya. "Sebelum lo berangkat dia ngasih gelang ke gue sama Erita."

Gavrill saja sempat terkejut saat Seka memberinya gelang. Dia ingin menolak namun Seka bilang gelang ini sebagai tanda persahabatan dan permintaan maaf sikapnya selama ini. Lagipula Erita juga di kasih jadi dia tidak keberatan menerimanya.

Pana tertegun. Dia pikir ... perlakuan Seka hanya khusus untuknya. Dia kira cewek itu hanya memberi hadiah kepadanya. Pana menatap bergantian gelang miliknya dan Gavrill dengan pandangan iri. Apalagi gelang Gavrill lebih bagus darinya. Dan yang paling penting berwarna hitam. Sedangkan dia berwarna pink seperti perempuan belum lagi bandul bunga menambah kesan feminim yang sangat kental.

Pana berdiri. Lalu beranjak pergi secara tiba-tiba membuat Gavrill dan Cullen memusatkan perhatian padanya.

"Pana, lo mau kemana woy?! Baru juga dateng main pergi aja!" panggil Cullen yang di balas gebrakan pintu keras membuat cowok itu tersentak kaget. "Santai kali!" omelnya kesal.

"Cuma masalah gelang aja di ributin. Gue aja yang nggak di kasih biasa aja tuh." Cullen mendumel. Menganggap Pana sangat lebay hanya karena gelang saja yang bahkan harganya tak seberapa. "Lo mau kemana Gav?" tanya Cullen saat Gavrill ikut berdiri.

Gavrill menoleh sekilas lalu meluruskan pandangan. "Nonton drama." ucapnya sebelum beranjak pergi.

***

"Erita, kepala aku mau meledak." seru Seka begitu guru yang mengajar keluar kelas. Dia memegang kepalanya pusing setelah mengerjakan tugas bahasa Inggris yang tidak kira-kira banyaknya. Mana tidak boleh liat google dan hanya boleh membuka kamus saja. Seka harus mencari satu persatu kata dan mengartikannya dahulu. Mengingat dia sangat payah dalam pelajaran tersebut.

Itupun Seka dapat menyelesaikannya karena batuan Erita. Walau Erita lemah lembut seperti itu ternyata bisa pelit juga. Sepanjang mengerjakan soal Erita memasang gestur waspada sambil menutupi jawabannya dengan buku atau kotak pensil. Seolah jika cewek itu lengah sedikit saja Seka bisa menyontek semua jawabannya. Mendapatkan contekan dari Erita butuh perjuangan yang keras, Seka sampai merengek pelan bahkan nyaris menangis saat meminta jawaban. Dia terpaksa melakukannya, waktunya hampir habis membuat Seka panik. Hingga pada akhirnya Erita tidak tega dan memberikan jawabannya.

SekalanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang