Votenya dulu hayoo....
Happy reading:)
***
Seka menopang dagu, tangannya bergerak menulis catatan di bukunya dengan rapi. Sesekali menggeser bangkunya ketika Pana dengan sengaja menutupi penglihatannya. Seperti pura-pura menguap sambil merentangkan kedua tangannya, berdiri di tempat dengan alasan pegal karena terlalu lama duduk dan bergerak random seperti orang menyembah.
Satu kali. Dia masih sabar.
Dua kali. Seka menghela napas kasar.
Tiga kali. Seka menggeram kesal.
Empat kal-,
Seka menendang bangku Pana kasar. Dia berkata sewot. "Ish! Bisa diem nggak sih?!"
Hening.
Atensi teman sekelas teralih ke sudut kelas, melihat Seka yang wajahnya memerah. Seka mengatupkan bibirnya rapat. Sial.
Guru yang mengajar menoleh ke sudut kelas lalu bertanya, "Itu yang di belakang kenapa ribut?"
"M-maaf, Bu." Seka menunduk. Dia menggertakkan giginya geram ketika Pana menoleh padanya sejenak lalu menggoyangkan jari telunjuknya, mengejek.
Si Pana itu emang bajingan.
"Kamu kenapa, Ka?" tanya Erita heran. Seka menoleh ke samping menatap teman sebangkunya sejak tiga jam yang lalu.
Iya. Sekarang mereka sekelas.
Saat Seka bertanya kenapa Erita pindah ke kelasnya Erita menjawab; Karena kita baru baikan, aku pengen deket sama kamu kayak dulu lagi.
Tidak ada yang tahu Erita akan pindah kelas termasuk Gavrill. Itu sebabnya saat Erita duduk di bangku sampingnya dengan kompak Gavrill, Cullen dan Pana segera berpindah duduk di barisan Seka. Cullen dan Pana duduk didepannya, sementara Gavrill duduk di seberang Erita.
"Pana, Er." Seka menekuk alisnya kesal. Tanpa sadar dia merengek pada Erita. "Dia ngusilin aku."
Pana menoleh lagi lalu memasang wajah tak percaya telah dituduh. Jarinya telunjuknya mengarah kepadanya. "Gue? Gue salah apa?"
"Badan kamu gerak-gerak terus NUTUPIN PAPAN TULIS PANA!" jawab Seka diakhiri ngegas.
"Ghaiska." guru itu kembali menegur. Suaranya halus tapi menyiratkan peringatan. "Perhatikan pelajaran saya. Sekali lagi saya dengar kamu ribut, keluar dari kelas saya."
Dia kena marah lagi. Seka diam-diam menendang bangku Pana membuat Pana mengaduh lalu tertawa pelan.
Erita tertawa lembut. Suaranya merdu membuat Gavrill yang sedang menulis langsung menatapnya. Erita mengusap kepala Seka pelan. Kebiasaannya dulu ketika Ghaiska memasang ekspresi menggemaskan dihadapannya. "Iska tenang. Kamu bisa pinjem catatan aku."
Seka melirik buku milik Erita lalu menggeleng. Catatan Erita bahkan masih sedikit, Seka juga baru tahu ternyata Erita sangat lamban dalam menulis. "Catatan kamu baru sedikit, aku udah lewat bagian itu." Seka berkata jujur.
Mendengar perkataan Seka, Cullen menoleh kebelakang, menatap Erita kemudian berkata. "Er, aku boleh pinjem buku kamu?"
"Boleh." Erita mengangguk. Dia menyerahkan bukunya pada Cullen yang langsung di ambil siempunya. Cullen kembali meluruskan pandangan.
Udah bulol ternyata. batin Seka melihat Cullen yang kini menyalin catatannya pada buku Erita secara diam-diam.
"Kamu nggak nulis lagi, Ka?" tanya Erita saat Seka menutup bukunya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekalantha
Teen FictionSeka Alantha tidak mengira setelah jatuh dari tangga dia bertansmigrasi ke dalam novel yang dia baca. Menjadi tokoh antagonis yang dibenci semua orang. Ghaiska Lavana. Cewek galak, agresif, dan kasar. Akan mati ditangan tunangannya dan kakak kandun...