21

164 15 2
                                    

Harusnya up pas hari Minggu, tapi gimana lagi baru sleseee sekarang ngetiknya. Monmaap....

Happy reading:)

***

Berkat 'atraksi' yang di lakukan Seka kemarin, orang-orang menertawakannya walau tidak secara terang-terangan. Membuat Seka nyaris menangis lagi. Saking malunya dia memakai masker serta topi yang menutupi kepalanya. Rambutnya yang panjang dia biarkan tergerai menutupi sebagian wajahnya saat dia menunduk.

Seka berjalan menuju kelas. Sedikit terpincang karena lututnya terasa nyeri. "Ghaiska sorry. Badan lo yang mulus ini jadi luka gara-gara si bangsat itu." Seka bergumam pelan. Memaki Cullen atas kesialan yang dia alami. Sampai kapanpun dia tidak akan memaafkan Cullen.

"Siapa yang lo sebut bangsat?"

"Cull–" ucapan Seka terhenti. Dia menoleh lalu tersentak kaget saat melihat Gavrill berada di sampingnya. "Gavrill?!" panggilnya terkejut.

"Siapa yang lo sebut bangsat?" tanya Gavrill ulang. Tidak memperdulikan Seka yang nyaris jantungan. Niat awalnya menghampiri Seka karena cewek itu sendirian, dia tidak menyangka akan mendengar cewek itu mengumpat.

Seka gelagapan. Dia membuka mulut ingin menjawab Cullen, tapi tidak jadi setelah mengingat Gavrill adalah teman Cullen. "K-kamu salah denger kali."

"Maksud lo gue budeg?"

"Nggak gitu." Seka menggeleng panik. Dia memutar otak berpikir keras tapi pada akhirnya hanya membuka mulut lalu kembali terkatup. Reaksinya terlihat lucu. Gavriil mengernyitkan dahinya. "Kamu nggak budeg, aku yang budeg." Seka menjawab cemas.

"Lo yang budeg?" Gavriil mengangkat alisnya.

"Iya. Aku yang budeg." Seka mengganguk pasrah. Dia celingak-celinguk memerhatikan sekitar lalu bertanya. "Erita nggak bareng kamu?"

Gavrill sadar Seka mengalihkan pembicaraan tapi dia tetap menjawab. "Toilet."

"Oh." Seka mengangguk-angguk. Lalu bergeser memberi jarak. Membuat Gavrill menatapnya heran. Di balik masker Seka nyengir canggung. "Jaga jarak ntar Erita cemburu kalo aku deket-deket sama kamu."

"Kemarin gue gendong lo atas keinginan Erita. Gue pikir dia nggak akan cemburu cuma jalan bareng ke kelas." Gavrill berucap datar.

"Kan beda." Seka sedikit malu mengingat Gavrill telah menggendongnya. Dia berkata gugup. "Kemarin itu aku nggak bisa jalan karena–"

"Malu." Gavrill menyela.

"Luka bukan malu." Seka mengoreksi.

"Yakin?"

"Iya."

"Waktu di UKS gue liat lo jalan bareng sama Pa–"

"IYA MALU!" tanpa sadar Seka berteriak histeris. Dia seperti maling kepergok mencuri saja.

Gavrill terkekeh. Membuat Seka tercengang. Matanya melebar. Seolah itu adalah kejadian langka karena melihat Gavrill tertawa karenanya.

BUSET GANTENG BANGET! PANTESAN GHAISKA TERGILA-GILA SAMA NIH COWOK!

"Lo kenapa?" tanya Gavrill ketika Seka melongo.

"Kamu ganteng hehe." tentunya Seka hanya berucap dalam hati. Dia tersenyum tipis. Sedikit membungkuk, dia berkata tulus. "Gavrill makasih, ya. Udah bantuin aku ke UKS."

"Hm." Gavrill berdeham. Dia memerhatikan penampilan Seka lalu berkomentar. "Topi, masker, buat apa?"

"Gara-gara aku jatuh kemarin semuanya pada ketawa." Seka menjelaskan. Walau mukanya tertutup masker, Gavrill bisa menebak Seka sedang cemberut. Terbukti dari nada suaranya yang terdengar merajuk. "Sebenarnya aku nggak mau berangkat tapi Kak Alve ada di rumah."

SekalanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang