Halo!
Saya up lagi. Ayok vote duluuu....
Happy reading:)
***
"Tunggu." ucap Gavriil ketika Seka hendak keluar dari mobil. Seka menoleh pada Gavrill. "Kenapa?"
Sepulang sekolah Gavriil mengajak Seka kerumahnya karena suruhan Maya -Mama Gavriil. Sudah lama 'Ghaiska' tidak datang berkunjung setelah mengetahui tunangannya berselingkuh dengan sahabatnya sendiri. Erita yang tadi datang ke kelasnya hanya tersenyum kecewa saat Gavriil menolak halus ajakannya pulang bersama. Gantinya dia memesankan taksi online untuk Erita pulang.
"Jangan pernah ngomong apapun sama nyokap kalo gue udah selingkuhi lo." kata Gavrill datar. Seka hanya mengangguk. Dia segera keluar dari mobil. Mereka berdua berjalan memasuki rumah yang terlihat megah.
"Halo sayang." ucap Mama Gavrill senang ketika melihat Seka datang. Bibirnya tersenyum hangat. Dia memeluk Seka erat. "Kamu apa kabar? Kenapa gak main kesini lagi?"
Seka tersenyum kikuk. "A-aku sibuk Tan."
"Tan? Panggil Mama bukan Tante." koreksi Maya.
"I-iya Mama." Maya tersenyum manis. Dia merangkul pundak Seka lalu mengajaknya duduk di sofa. Menghiraukan Gavrill yang berdecak kesal. Lagi-lagi dia diabaikan ketika ada Seka. Cowok itu memilih pergi ke kamarnya.
"Kamu mau minum apa? Udah makan apa belum?" tanya Maya.
"Mama gak perlu repot-repot." Seka tersenyum canggung. Pandangnya beralih pada bocah laki-laki berumur enam tahun yang berjalan ke arahnya sambil membawa mobil-mobilan.
"Mama." panggil Garvi. Bocah itu duduk ditengah-tengah Maya dan Seka setelah meminta Seka geser. "Kakak geser dong sempit nih."
"Iya." Sekali lihat Seka merasa dari tampangnya bocah itu sangat menyebalkan. Dia tidak suka anak-anak. Tidak terhitung banyaknya anak kecil yang menangis di kehidupannya dulu saat melihatnya. Wajahnya yang terkesan jutek dari lahir membuat anak-anak ketakutan. Lebih parah dia seringkali di sangka penculik oleh orang tua mereka.
"Itu Kak Iska salim dulu." kata Maya sambil mengelus rambut Garvi. Dengan patuh Garvi menyalimi tangan Seka.
"Mama aku mau susu." Garvi merengek. Anak itu mendongak menatap Maya memohon.
"Iya Mama buatin dulu. Kamu jangan nakal sama Kak Iska, ya." ucap Maya lembut. Tatapannya beralih pada Seka. "Mama titip Garvi bentar ya, Ka."
"Iya, Ma."
Setelah itu Maya berlalu pergi ke dapur. Kini Seka hanya berdua dengan Garvi yang asik mainan mobil-mobilan. Anak itu saling menabrakkan mobilnya satu sama lain. Mulutnya komat-kamit tidak mau diam. "Aaaa kecelakaan!! Brum. Brum. Brum. Duaarr!!"
Seka diam mengamati.
"Kak Iska." panggil Garvi sambil menoleh pada Seka. Seka tersenyum paksa. Bocah itu menunjukkan mobil-mobilannya yang berbentuk kotak di bagian belakangnya. "Know box?
This is a box."Ya, ya, ya. Terserah lo lah. Bergaya amat pake english segala.
Seka mengangguk-angguk saja. Dia tidak terlalu paham dengan bahasa Inggris. Yang dia tahu hanya yes no saja. Karena itu ketika ada orang yang bicara dengan bahasa inggris Seka merasa jengkel. Seolah-olah dia diejek secara tak langsung.
Garvi turun dari sofa. Duduk lesehan di karpet berbulu kemudian mengambil korek kayu yang tergeletak dimeja. Mata Seka melotot saat Garvi mengambil batang korek itu untuk mainan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Sekalantha
Teen FictionSeka Alantha tidak mengira setelah jatuh dari tangga dia bertansmigrasi ke dalam novel yang dia baca. Menjadi tokoh antagonis yang dibenci semua orang. Ghaiska Lavana. Cewek galak, agresif, dan kasar. Akan mati ditangan tunangannya dan kakak kandun...