1

357 23 0
                                    

Vote & Komen ...

***

"Gavriil, kamu salah paham." Erita mendekat ke arah Seka panik. Tangan kanannya terangkat mengelus punggung Seka untuk mengurangi rasa sakit. "Ghaiska gak nyakitin aku sama sekali. Justru aku nemuin dia kekunci di kamar mandi."

Gavriil?

Seka yang sedang meringis kesakitan mendongak. Menatap ngeri cowok jangkung yang balas mentapnya tajam.

"Berkali-kali aku peringatin kamu. Jangan deket-deket sama Ghaiska, Erita." Cowok itu mengusap wajahnya kasar. Memikirkan perempuan yang dia sukai bisa saja di celakai oleh Ghaiska, membuatnya kalut. "Ghaiska, bisa aja nyakitin kamu."

"Maaf."

My Love Boyfriend

Judul novel yang Seka baca terakhir kali sebelum dia mati. Menceritakan seorang perempuan yang lemah lembut bernama Erita yang menyukai tunangan sahabatnya sendiri. Suatu ketika di acara ulang tahunnya, Ghaiska memperkenalkan tunangannya pada Erita. Dengan anggun dan lembut Erita memperkenalkan diri membuat Gavriil sang peran utama jatuh cinta pandangan pertama.

Jangan heran kenapa Gavriil mudah jatuh cinta pada orang asing. Karena sifat Ghaiska itu mirip 'binatang buas'. Terlalu posesif dan agresif. Apalagi jika ada yang mendekati Gavriil, dia akan membulinya hingga keluar sekolah.

Berawal dari perkenalan singkat itu, Gavriil mulai mengamati Erita dari jauh. Setiap hari datang kerumah Ghaiska dengan alasan rindu, padahal ingin bertemu Erita. Mau bagaimanapun Erita seorang perempuan, diberi perhatian oleh lawan jenisnya membuat Erita terbawa perasaan.

Lama-lama Erita mulai merasa nyaman, lagi pula Gavriil sangat tampan. Erita sudah jatuh cinta hanya melihat wajahnya saja. Dia tidak peduli cowok yang dia sukai adalah tunangannya sahabatnya sendiri.

Lalu mereka berpacaran diam-diam. Awalnya hubungan mereka baik-baik saja. Sebelum Ghaiska memergoki Gavriil dan Erita yang sedang bermesraan di taman belakang sekolah. Ghaiska melabrak mereka berdua. Memasang ekspresi kecewa dan terluka. Tidak menyangka sahabatnya yang dia percaya menusuknya dari belakang. Dia menjambak rambut Erita kuat lalu menampar pipinya keras. Sebelum pergi Ghaiska menyempatkan menonjok perut Gavriil kuat membuat cowok itu kesakitan.

Gavriil mulai menjauh dari tunangannya. Tidak ragu bersikap kasar pada Ghaiska dan lebih memilih menghabiskan waktu dengan Erita. Sejak saat itu persahabatan Ghaiska dan Erita merenggang. Setiap melihat Erita, Ghaiska tidak segan-segan akan mencaci maki serta memukul anggota tubuh Erita. Perlakuan Ghaiska semakin kejam ketika Erita tidak melakukan perlawanan bahkan mengadu pada Gavriil.

Sebenarnya ... Seka bingung. Dia tahu walau Gavriil bertunangan dengan Ghaiska atas unsur paksaan dari cewek itu sendiri, tapi kenapa Erita yang menjadi tokoh protagonisnya?

Kenapa bukan Ghaiska yang menjadi tokoh protagonisnya? Bukan kah sudah jelas jika Erita yang merebut Gavriil darinya?

Novel membagongkan. Cibir Seka dalam hati.

Tidak sampai situ saja, Gavriil membatalkan pertunangan mereka berdua dengan alasan sudah muak dengan sifat Ghaiska. Membuat Ghaiska murka pada Erita. Apalagi saat Gavriil terang-terangan lebih memilih Erita di depan keluarga besarnya. Ghaiska tidak terima. Dia menculik Erita lalu menusuknya tanpa ampun dan membiarkan jasadnya di rumah kosong. Gavriil mengetahuinya. Seminggu kemudian, Ghaiska diculik dan disiksa setiap harinya hingga mati. Lalu dibuang ke hutan.

Tamat.

Seka ingin tertawa saja mengingat ending  cerita ini. Ujung-ujungnya sang tokoh utama menjadi jomblo pada akhirnya.

Ngomong-ngomong yang mengunci Ghaiska dikamar mandi adalah Gavriil. Gavriil marah begitu tahu Erita dikunci didalam gudang selama sehari oleh Ghaiska.

"Hm." Gavriil bergumam pelan. Dia melirik Seka sekilas. Lalu menatap Erita lembut. "Ayo, balik ke kelas."

"Aku mau pergi ke UKS buat obatin luka, Ghaiska. Kamu masuk duluan aja." Erita kembali merangkul Seka.

"Biarin dia ke UKS sendirian."

"Gak bisa." Erita menggeleng. "Aku mau anterin temen aku ke UKS."

"Erita." Gavriil menggeram. Menunjukkan bahwa dia tidak suka dibantah. Apalagi hanya karena benalu semacam Seka.

"Aku bisa pergi sendiri." Seka masih waras. Jangan sampai Gavriil marah dan membunuhnya saat ini juga. Dia melepaskan tangan Erita yang merangkul bahunya. Membuat Erita menoleh.

"Iska?"

"Kamu denger sendiri kan, Ta? Dia bisa pergi sendiri."

"Aku mau anterin." jawabnya keras kepala.

"Oke." Gavriil menghela napas. Dia menatap Seka tajam. Seka mengalihkan pandangan. Diam-diam dia meringkuk ketakutan di punggung Erita. Dalam hati Seka komat kamit merutuki Gavriil.

Cewek lu yang batu melolotnya sama gue. Anjing emang!

***

"Lukanya gak terlalu parah. Olesin salep ini setiap hari untuk menghilangkan luka kamu." dokter muda itu menyerahkan salep pada Seka. Seka menerimanya. Dia menyentuh dahinya yang sedikit benjol lumayan keras.

Sakit.

"Dahi kamu benjol." komentar Erita ketika dokter muda itu keluar. Seka berkedip. Kepalanya secara otomatis menoleh ke arah Gavriil yang sedang menyender pada pintu UKS, menyorotnya datar. Seka segera menunduk. Kedua kakinya bergoyang-goyang seperti anak kecil.

Gimana gak lebam coba? Baru berdiri di depan pintu kamar mandi aja langsung didorong sampe kena bak kolam. Sukur-sukur gue gak kena gegar otak. Emang pacar sinting lo itu gak punya hati. Apa susahnya nunggu gue masuk dulu baru dikunci? Gara-gara dia yang gak sabaran, kepala gue jadi korban.

"Er, sebentar lagi istirahat selesai. Kita harus pergi sekarang." ucap Gavriil setelah sejak tadi diam.

"Tap-,"

"Aku gak pa pa." Seka menyela. Bibirnya mengukir senyum tipis membuat Erita tertegun. "Kalian bisa masuk kelas."

"Kamu denger sendiri kan, Er?" Gavriil mengulurkan tangan. "Tunggu apalagi?"

Erita mengangguk. Ragu-ragu dia menggenggam tangan Gavriil. Seka memerhatikannya. Tapi dia hanya diam. Jika itu Ghaiska yang asli, dia pasti akan menendang dan memukul Erita sambil menatapnya bengis. Tidak peduli orang-orang memerhatikannya.

"Nanti pulang sekolah aku sama Gavriil kesini lagi."  Erita melambaikan tangan bersiap pergi.

"Erita." panggil Seka. Erita menoleh balas menatapnya. Seka membasahi bibir bawahnya sekilas. "Makasih."

Erita tertegun. Tidak menyangka Ghaiska akan mengucapkan terimakasih padanya. Perkataan Ghaiska terdengar tulus membuat Erita tersenyum lebar.  Matanya berbinar senang. "Sama-sama. Aku bakalan izinin kalau kamu lagi sakit. Bye~"

Lalu mereka berlalu pergi.

Seka merebahkan tubuhnya diatas kasur. Matanya menatap langit-langit dengan pandangan kosong. Ini benar-benar rumit. Seka menghela napas berat mengingat kematiannya sudah didepan mata. Bagaimana dengan tubuh aslinya? Dia sudah mati atau masih hidup?

Seka ragu bisa kembali kehidupan aslinya. Apalagi Seka tipe orang yang anti sosial. Dia dijauhi dan dibully. Seringkali pulang dengan keadaan lebam di daerah tubuhnya. Seka hanya tersenyum ketika orang tuanya bertanya kenapa dia terluka.

"Tadi aku jatuh di jalan, makanya luka semua hehe."

Keluarganya miskin. Seka tidak mau menyusahkan orang tuanya. Berurusan dengan orang kaya seperti mereka akan membebankan kedua orang tuanya. Jadi ... sebanyak apapun mereka melukainya, Seka tidak pernah mengadu. Seka hanya diam menunggu mereka bosan membulinya lalu pulang ke rumah.

Seka terkekeh miris. Hidupnya sudah sial. Sekarang dia dipaksa berjuang hidup di dunia tipu-tipu. Berbicara saja Seka sering terbata-bata. Apalagi berhadapan dengan tokoh lainnya yang membenci dirinya.

"Nyusahin." Seka bergumam pelan. "Novel ini bener-bener nyusahin."

***

SekalanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang