37

145 5 0
                                    

Pana merasa kepalanya akan pecah. Ucapan Gavrill yang mengatakan akan menikah dengan Ghaiska setelah lulus nanti benar-benar menganggu pikirannya. Dia sudah tahu sejak awal jika mereka akan menikah, Pana sungguh tidak peduli. Dia benar-benar tidak peduli pada awalnya.

Tapi kenapa sekarang semua itu berubah?

Kenapa dia tidak suka mendengar fakta ini?

"Mungkin karena sekarang gue tahu sifat Gavrill yang brengsek." Pana bergumam pelan. "Dulu gue kasihan sama lo Gav. Lo tunangan sama cewek yang lo ga cintai. Dia ganggu lo setiap hari bahkan posesif berlebihan."

Itu sebabnya dia mendukung saja Gavrill menjalin hubungan diam-diam dengan Erita. Berpikir Ghaiska yang salah karena memaksakan diri. Menjerat orang yang tidak mencintainya dengan status tunangan.

Pana mengira Ghaiska akan memutuskan pertunangannya dengan Gavrill setelah mengetahui hubungannya dengan Erita terbongkar. Tapi siapa yang mengira cewek itu justru masih bertahan? Berharap suatu saat hari nanti temannya itu berbalik jatuh cinta pada dirinya?

"Mau satu atau dua selama mereka mau sama gue, gue nggak masalah. Gue kaya, pinter, ganteng, cuma punya dua istri nggak bakal bikin gue susah."

Ucapan Gavrill terngiang-ngiang di otaknya.

Jika itu dulu, dia tidak peduli sama sekali. Bukan urusannya mencampuri urusan seseorang.

Tapi sekarang...

"Bego." Pana menggertakan giginya kesal. Dia mengepalkan tangannya. Sebelum meninju cermin yang berada di hadapannya dengan kuat. Darah merembes dari buku jarinya yang tertusuk pecahan kaca. Pana terkekeh sinis. Mengabaikan rasa nyeri dan darah yang mulai menetes membasahi lantai. Pana keluar dari kamar mandi. Dia meraih kunci motor di atas meja lalu keluar rumah.

"Ghaiska, lo bener-bener cewek bego yang gue kenal seumur hidup."

***

Hatchi!

Seka mengusap hidungnya yang terasa gatal. Dia menunduk menatap layar ponselnya yang menyala. Satu pesan baru saja masuk.

Pana

Gue ke rumah lo, ada yang mau gue omongin.

Seka menghela napas berat. Satu minggu lebih dia absen, banyak sekali pesan masuk terutama dari Pana. Seka tidak mengerti apa yang harus dia lakukan sekarang. Dia sudah mencoba banyak hal, berbicara pada Tara dan Diandra jika dia ingin pindah sekolah. Tapi hal aneh mulai terjadi, setiap kali dia ingin berbicara ... mendadak suaranya menghilang. Seolah ada seseorang yang mencekik lehernya, menghalangi dia agar tidak bisa berbicara. Sesekali Seka merasa bingung apa yang sedang dia lakukan. Pikirannya selalu di penuhi sosok Gavrill belakangan ini.

Sikap lembutnya kemarin... membuat Seka sesaat merasa hilang akal.

Ada perasaan bahagia, senang, dalam dirinya.

Dia tidak mengerti apa yang terjadi pada dirinya?

Ghaiska, kalo ini perasaan lo tolong hilangin. Gue udah berusaha jauhin Gavrill. Nunjukin ke mereka semua kalo lo udah gak cinta sama dia lagi. Jangan rusak usaha gue oke? Gue masih mau hidup.

Seka berkata dalam hati. Dia jelas ketakutan. Kematian Ghaiska dalam novel mengerikan. Dia tidak mau mengalaminya. Walau sejak awal dia berkata tidak masalah, tapi pada dasarnya tidak ada orang yang ingin mati. Seka masih ingin hidup. Kembali ke dunia asalnya, bertemu dengan kedua orangtuanya.

Gue juga kangen sama Levi. Seka bergumam dalam hati. Walau dia tahu Levi hanya merasa kasihan padanya, perlakuan Levi terlihat tulus saat bersamanya. Sekarang dia memikirkannya. Harusnya... gue nggak bersikap kayak gitu sama dia. Kalo gue bisa kembali ke dunia asal, gue bakal minta maaf sama Levi. Jujur ke dia kalo gue suka sama dia.

SekalanthaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang