Ayo Vote & komen dulu...
Biar saya cepet up. Kalian senang saya pun senang. Ehehe.
Happy reading:D
***
"Pan, Erita gak bales chat gue."
"Pan, Erita gak mau ketemu sama gue lagi."
"Kemarin pas-pasan juga gak nyapa gue."
"Pan, Erita bener-bener marah sama gue."
"Pa-,"
"PAN. PAN. PAN. BERISIK BANGSAT!" Pana menendang bokong Cullen kesal. Membuat siempunya terjungkal.
"Sialan lo. Sini lo anjing!" Cullen menarik kerah seragam Pana kasar. Tidak terima atas perlakuan Pana tadi. Dia memukul rahang Pana keras.
Bugh!
Pana meringis. Dia mengusap sudut bibirnya yang berdarah. "Berengsek lo, Len. Gak kira-kira lo bibir gue sampe berdarah gini."
"Salah lo sendiri." sahut Cullen cuek. Sudah tau dia itu emosian tapi Pana selalu mencari masalah dengannya. Cullen mengedarkan pandangan melihat sekeliling kelas yang masih sepi dia berdecak. Tidak ada murid lain selain mereka berdua. "Ck. Pada males emang mereka semua. Udah siang gak ada yang berangkat."
"Kita yang kepagian berangkatnya njing." Pana memaki. Dia duduk di kursi berhadapan dengan Cullen. Matanya melirik jam tangannya yang menunjukkan pukul enam lebih dua menit. Masih ada waktu lima puluh delapan menit lagi kelas baru dimulai.
Lagipula ini semua salah Cullen. Jika cowok itu tidak datang kerumahnya jam lima pagi dan memaksanya datang ke sekolah secara paksa, dia pasti masih tertidur pulas dikamarnya. Yang membuatnya kesal setengah mati, ini hanya karena masalah Cullen yang dicueki oleh Erita. Dia dibangunkan hanya karena Cullen yang bingung harus melakukan apa.
Sialan.
"Lo juga ngapain sih ke rumah gue segala?! Kalo mau berangkat, ya sana berangkat sendiri gak usah ngajak-ngajak gue sat." ucap Pana emosi. Cowok itu melipat tangan dimeja bersiap-siap tidur karena masih mengantuk.
"Gue ngajak lo bukan buat ngomel." Cullen menendang kursi Pana membuat siempunya terlonjak kaget. "Pan, gue harus apa biar Erita gak marah sama gue lagi?"
Pana melirik sinis Cullen yang uring-uringan. "Halah pacar bukan, sodara bukan, cuma di cuekin segitu aja gayanya kayak di cuekin pacar, cih."
"Anjing lo!"
"Gak usah nendang-nendang setan!"
"Lo bikin emosi!"
"Halah tai!"
"Sekali lagi lo ngeselin gue pukul lo ya, Pan!"
"Preett ..."
"Bangsat!"
Cullen menggebrak meja keras. Dia berdiri dengan wajah memerah menahan marah. "LO MAU GUE PUKUL HAH?!"
"LO PIKIR GUE BERANI HAH?!" Pana ikut berdiri. Berteriak keras di depan muka Cullen.
Cullen mengusap wajahnya kasar. Menghadapi Pana memang harus ekstra sabar. Kalo tidak ya seperti ini. Ketularan sinting. "Ngeselin lo."
Pana mengedikan bahu acuh. Dia kembali duduk lalu menempelkan kepalanya di meja. Matanya mulai terpejam. Ngantuk sekali.
"Pan." panggil Cullen. Pana membuka mata. Dia menguap malas. "Gue nanya serius. Gue harus apa biar dimaafin Erita?"
"Mati."
***
Seka mengayuh cepat sepedanya yang baru dibelikan Tara. Kemarin Seka meminta sepeda pada Tara untuk kendaraan ke sekolah. Tara sempat tidak memperbolehkan, dirumahnya berbagai jenis motor dan mobil terparkir di garasi rumahnya. Seka bisa memilih salah satu kendaraan yang dia mau. Tapi kenapa anaknya itu justru menginginkan sepeda? Mereka juga mempunyai sopir pribadi. Kalo Seka mau dia bisa diantar jemput ke sekolah menggunakan mobil.

KAMU SEDANG MEMBACA
Sekalantha
Genç KurguSeka Alantha tidak mengira setelah jatuh dari tangga dia bertansmigrasi ke dalam novel yang dia baca. Menjadi tokoh antagonis yang dibenci semua orang. Ghaiska Lavana. Cewek galak, agresif, dan kasar. Akan mati ditangan tunangannya dan kakak kandun...