Empat puluh tujuh

7.4K 596 41
                                    

Happy reading and enjoy~

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Happy reading and enjoy~

Nathalie terbangun karena bel rumahnya yang berbunyi dengan bertubi-tubi. Ia melihat jam dinding yang menunjukkan pukul empat dini hari. Siapa yang datang pagi-pagi begini. Apa jangan-jangan anak bibi Margaret ingin melahirkan? Sebelumnya hal ini pernah terjadi, kali ini siapa yang ingin melahirkan.

Atau ini perayaan untuk acara lamaran Willy? Willy saja tidak melamarnya karena banyaknya para tetangga yang hadir. Syukurlah, karena Nathalie memang belum siap pada lamaran itu.

Nathalie melangkah dengan malas, sembari mengusap-ngusap kedua matanya yang masih mengantuk. Ia melihat terlebih dahulu siapa yang datang, dahinya berkerut saat melihat lelaki berkemeja coklat berdiri di pintu rumahnya dengan penampilan yang berantakan.

Di luar hujan, pasti lelaki itu kehujanan. Apa masalahnya sangat mendesak? Atau jangan-jangan itu Willy. Jantungnya langsung berdetak. Karena lelaki itu menunduk, Nathalie tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas. Ia pun membuka pintunya dan seketika tubuhnya menegang saat lelaki di hadapannya mendongak.

Kedua mata mereka bertemu. Yang satu dengan keterkejutan nyata, yang satu lagi dengan tatapan sendu. Nathalie menelan ludahnya gugup sebelum membisikkan nama lelaki yang selama dua tahun ini dirindukannya.

"A-arthur?"

Ia sendiri tidak yakin dengan matanya. Mungkin karena masih mengantuk. Nathalie mengusap dan memejamkan matanya, saat ia ingin membukanya, ia sudah berada di dalam pelukan Arthur. Tubuh lelaki itu bergetar, tampaknya Arthur kedinginan. Akhir-akhir ini cuacanya memang lebih dingin.

Nathalie tidak membalas pelukannya, ia berusaha mendorong tubuh Arthur. Baju Arthur yang basah mengenai seluruh bajunya.

"Aku akan membawakanmu baju bersih, tunggu di sini sebentar."

Saat ia melangkah, Arthur mencegahnya. Lelaki itu kembali memeluknya dari belakang. Denyutan perih menghampiri hatinya, Nathalie ingin menangis saat ini. Arthur saja tidak membalas pesannya, lalu kenapa lelaki itu bisa berada di sini.

"Ka-kau bisa sakit." Tenggorokannya tercekat, ia yakin air matanya akan menetes sebentar lagi.

Sejak tadi Arthur tidak berbicara, lelaki itu hanya memeluknya. Apa jangan-jangan ini bukan Arthur. Ia berusaha melepaskan pelukan Arthur.

"Arthur, aku juga basah karenamu. Lepaskan dulu."

Seolah tersadar, lelaki itu langsung melepaskan pelukannya dan Nathalie berjalan menjauh. Ini terlalu mustahil, setelah dipikirkan berapa kali pun tetap saja mustahil. Mengapa Arthur bisa berada di rumahnya. Itu bukan hal yang penting, ia harus mencari baju bersih terlebih dahulu.

Bagaimana ini? Ia tidak punya baju lelaki. Apa pinjam dengan Willy, tidak mungkin. Di luar hujan, ini juga masih terlalu pagi untuk bertamu. Bajunya terlalu kecil untuk Arthur. Nathalie terdiam cukup lama, matanya menyusuri kamarnya untuk mencari apa yang bisa dikenakan oleh Arthur. Saat bola matanya menyusuri ranjang, ia melihat selimutnya.

Slave BirdTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang