Happy Reading and Enjoy~Setelah mendapat ceramah panjang seputar didikannya pada Nathalie, akhirnya kembarannya pulang juga. Gadis yang menjadi penyebab kupingnya panas malah sibuk bersembunyi di balik tubuhnya. Takut, karena Ara berbicara dengan nada tinggi sembari menyebut-nyebut namanya.
Arthur menghadap Nathalie yang masih tertunduk. Mungkin gadis itu tidak tau apa salahnya. Ia pulang karena ingin mengambil berkas yang tertinggal, bisa saja ia menyuruh bawahannya untuk mengambil, tapi hasrat ingin melihat Nathalie sulit dihindari. Alhasil ia pulang dan mendapat pertunjukan yang cukup istimewa.
''Kau sudah makan?''
Arthur berjalan ke dapur sembari menggenggam tangan Nathalie. Ia berjalan selangkah lebih cepat dari gadis itu, dan Arthur juga tidak tau apakah Nathalie menggeleng atau mengangguk. Maka dari itu ia kembali bertanya, ''Kau sudah makan?''
''Be-belum.''
Dengan cekatan Arthur menyiapkan piring beserta sarapan untuk Nathalie. Ia juga menyediakan susu dan sereal.
''Aku tidak akan pulang hari ini."
Arthur mengerutkan dahinya. Dulu ketika ia pergi beberapa hari, Nathalie tinggal di ruangan bawah tanah milik Allard. Tidak mungkin ia meletakkan gadis itu di sana, sementara ia hanya pergi selama satu hari.
Gadis itu tidak pandai memasak, juga tidak bisa memesan makanan secara online. Ara akan murka jika ia meminta tolong pada kembarannya itu. Apalagi akhir-akhir ini Ara sibuk mengerjakan butiknya yang baru saja buka.
Ia menghela napas pelan. Niatnya hanya ingin mengambil berkas, tapi malah tertahan lama karena memikirkan makan siang Nathalie. Arthur hanya tidak tahu bahwa Nathalie sudah terbiasa kelaparan. Bahkan dulu sewaktu gadis itu masih berada di tempat terkutuk itu, hanya diberi makan nasi busuk, itupun satu hari sekali.
"Nanti siang ada orang yang datang, kau harus membuka pintunya dan menerima apa yang dia kasih. Itu makan siangmu. Jangan takut padanya, atau ...."
Arthur berpikir keras. Ia akan menyuruh salah satu bawahannya untuk megantar makanan. Tapi sebaiknya makanan itu diletakkan di depan pintu apartemennya. Yah, lebih baik begitu.
"Baiklah, nanti ketika ada yang mengetuk pintu apartemen, keluarlah dan ambil bingkisan yang ada di depan pintu. Kau mengerti?"
Arthur berpaling, menatap Nathelie yang saat ini makan dengan pipi mengembung. Ia terkekeh pelan. "Makannya pelan-pelan saja," katanya sembari meraih tisu untuk mengusap sisa-sisa makanan yang berada di bibir gadis itu.
"Tidurlah terlebih dahulu, jangan menunggguku. Mungkin aku akan pulang sedikit terlambat hari ini."
Nathalie mengangguk keras-keras, hingga beberapa helai rambutnya jatuh ke wajah. Arthur mendekat, menarik kursi yang berada di sebelah gadis itu agar lebih merapat. Ia memperhatikan Nathalie makan. Sekarang gadis itu sudah bisa makan mengenakan sendok, bahkan sudah lancar.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Bird
Romance"Aku memberimu kebebasan untuk mencintaiku, karena itulah tugasmu sebagai budak. Tapi ingat, jangan mengharapkan yang sebaliknya. Karena aku akan memberikanmu apapun itu, selain cinta." Nathalie berharap ia bisa melakukan hal itu, tapi nyatanya tida...