Happy reading and enjoy~
Masa kecil mereka beharga baginya. Ia anak bungsu dari keluarga yang terpandang. Memiliki kakak serta ayah yang possesive membuatnya tidak mengenal banyak lelaki. Lelaki yang selama ini mendekatinya hanya menginginkan harta ayahnya saja.
Neve berpikir hal yang sama terjadi pada Arthur. Ara saja menikah dengan sahabatnya, ia dan Arthur juga bersahabat sejak kecil, tapi apa katanya tadi? Teman masa kecil, jangankan untuk menjadi kekasih, lelaki itu bahkan tidak menganggapnya sebagai sahabat.
Jika memang Arthur menyukai wanita cantik dan berasal dari keluarga yang berpengaruh Neve sedikit bisa memahaminya. Itu pun ia harus melihat terlebih dahulu kemampuannya dengan kemampuan wanita yang disukai Arthur, jika memang lebih hebat darinya, mau tidak mau ia akan merelakan Arthur.
Tapi parahnya Arthur malah menyukai dan membela wanita yang sangat biasa saja, dengan cara bicara yang tergagap-gagap. Wanita cacat yang sama sekali tidak pantas untuk berdiri di samping Arthur. Mengapa lelaki ini memilih wanita bodoh untuk mendampinginya, memangnya apa kurangnya dari Neve?
Amarahnya seketika membuncah. Pasti wanita itu telah meracuni pikiran Arthur. Ia sudah banyak bertemu dengan wanita seperti itu, yang mencapai tujuan mereka dengan cara kotor. Ia harus membuat Arthur menyadarinya.
Benar, untuk apa Neve takut pada Arthur. Mau bagaimanapun, yang memiliki peluang untuk menjadi pendamping Arthur untuk selamanya adalah dirinya.
"Kau menjadi aneh, apa karena wanita itu?"
Arthur berdecak. "Nathalie namanya, bukan wanita itu."
Lelaki itu mendekat, hingga Neve beringsut mundur sampai punggungnya menyentuh dinding.
"Persetan dengan pertemanan orangtua kita yang sudah terjalin lama, Nev. Mulai saat ini jangan pernah muncul lagi di hadapanku. Jika kau berani menyentuh Nathalie, kau dan seluruh keluargamu akan menerima akibatnya."
Ucapan Arhur tidak main-main. Meski keluarga Neve mempunyai pengaruh yang besar di italia, tetapi jika Dobson benar-benar ingin memusuhi, mereka cukup kewalahan. Dan ancaman ini begitu nyata, hingga rasanya Neve ingin menangis.
Kapan terakhir kali dirinya diancam? Ia bahkan tidak mengingatnya. Ia ke sini untuk bertemu dengan Arthur, tapi lelaki itu malah seperti ini. Neve menunduk untuk menutupi air matanya yang akan menetes.
"Aku menegaskan hubungan kita di sini, Nev. Mulai saat ini dan seterusnya kau tidak perlu mengirimiku surat ataupun mencari tahu tentangku. Aku tidak pernah membaca surat-suratmu. Tentu saja aku terkesan denganmu, tapi itu tidak membuatku menyukaimu. Aku tidak tahu darimana bisa kau berpikir bahwa aku menganggap hubungan kita spesial."
Beginilah seharusnya ia betindak. Arthur tidak akan memberikan harapan semu pada siapapun yang menyalahgunakan arti kebaikan yang dilakukannya. Pada Nathalie juga begitu. Ia menegaskan hubungan mereka berdua saat berada di villa keluarganya dulu, dan sekarang juga pada Neve.
Arthur tidak memiliki perasaan yang sama, ia tidak ingin wanita yang berharap padanya malah menutup mata untuk lelaki yang berusaha dan berjuang mendapatkan mereka. Lebih baik mereka menerima lelaki yang benar-benar menyayangi mereka daripada harus menunggu cinta dari dirinya yang dipastikan tidak akan tumbuh.
Arthur menunduk, lelaki itu memegang tangan Neve dan meremasnya pelan. "Aku menghargaimu, Nev, tapi hanya sebagai teman. Aku senang kau berada di sini bersamaku. Tadinya aku ingin membuat pesta kedatanganmu di apartemenku, aku membeli bahan-bahan pagi itu. Aku mengatakan pada Nathalie agar memperlakukanmu dengan baik. Dan apa kau tau, Nev, kau tidak bisa menipuku. Aku tahu bahwa kaulah yang menjebak Nathalie untuk menumpahkan susu ke arahmu."
Neve langsung mendongak, matanya yang memanas kini telah basah, menatap Arthur dengan pandangan yang tak percaya. Arthur tersenyum miring.
"Kau pasti bertanya-tanya kenapa aku bisa tahu, kan? Bukan Nathalie yang mengatakannya. Wanita itu terlalu bersih untuk berbohong, dia berbicara jujur dan mengatakan bahwa dialah yang menumpahkannya, tapi aku kenal dan percaya padanya. Kau, teman yang sudah lama bersamaku sejak kecil, mendapat sedikit sekali kepercayaan dariku, Nev."
"Kau akan menyesal, Art."
"Itu tidak akan pernah terjadi. Aku percaya pada kemampuanku dalam menilai."
Arthur memang menjauhkan Nathalie dari Neve, ia juga menghapus jejak Nathalie. Neve bukan orang yang baik, wanita itu selalu menganggap bahwa dirinyalah satu-satunya wanita yang harus disukai di dunia ini. Ia ingin Nathalie merasakan hidup dalam kedamaian. Wanita itu sudah melalui banyak hal, ia tidak akan membiarkan iblis kecil ini mengganggu Nathalie.
"Pilihan berada di tanganmu, Nev. Jika kau masih ingin menjalin pertemanan denganku, bersikap baiklah pada apa pun dan siapapun yang dekat denganku. Lalu jangan berpikir bahwa kita bisa bersama, karena aku sama sekali tidak menyukaimu. Keputusan ku tidak akan berubah meskipun kau bersujud di bawah kakiku."
Kedua tangan Neve mengepal. Perkataan Arthur penuh penghinaan pada dirinya. Memangnya siapa lelaki itu bisa menginjak harga dirinya seperti ini.
"Apa kau pikir kau satu-satunya lelaki di dunia ini. Aku Riccarda Teodora Neve, wanita cantik yang dikejar banyak lelaki. Bisa-bisanya kau merendahkanku seperti ini." Napasnya memburu.
"Kalau begitu, pilihlah laki-laki yang mengejarmu itu."
"Tentu saja! Aku salah menilaimu, Arthur."
Arthur tersenyum simpul. "Beginilah aku sejak dulu, Nev. Kau saja yang baru membuka matamu."
Neve mendorong Arthur, wanita itu berjalan sembari menghentakkan kakinya.
"Jangan mengikutiku! Beritahu saja alamat tempat tinggal yang kau pilihkan itu. Aku tidak akan mengganggumu lagi."
Sebelum benar-benar pergi, wanita itu mengibaskan rambutnya dengan gaya yang sombong. Arthur yang melihatnya hanya mengangkat kedua bahunya ringan. Neve hanya merajuk dan merasa harga dirinya terluka. Tidak mungkin wanita sepertinya yang mengirimi surat selama bertahun-tahun melepaskan cintanya begitu saja. Arthur tidak tahu, apakah itu yang dinamakan cinta atau obsesi.
Apa pun itu terserah, asal Neve tidak menyentuh Nathalie, itu sudah cukup baginya. Arthur melihat handphonenya dan memasang wajah kesal. Sudah tiga hari sejak Nathalie tinggal di sana, tapi gadis itu sama sekali tidak menghubunginya. Ia ingin sekali menghubungi Nathalie, tapi mengurungkan niatnya. Biar saja Nathalie yang lebih dulu menghubunginya.
Membuatnya kesal saja. Arthur membenci fakta bahwa ia menunggu-nunggu kabar dari gadis itu, sementara Nathalie yang tampaknya tidak bisa hidup tanpa dirinya merasa baik-baik saja. Menarik napas panjang, Arthur melangkah pergi. Sebaiknya ia mulai bekerja. Mari menunggu sampai Nathalie yang menghubunginya.
Nyatanya, setelah itu pun Nathalie sama sekali tidak menghubunginya. Seolah-olah gadis itu melupakan bahwa Arthur berperan penting pada kehidupan damainya. Dan Arthur juga masih memegang teguh pendapatnya, ia juga tidak menghubungi Nathalie. Membuat jarak diantara mereka perlahan-lahan mulai menjauh. Dari yang tidak saling kenal, berubah menjadi ketergantungan, lalu kembali menjadi tidak mengenal.
Bersambung ...
Gais, hari ini aku ultahhh 🎉
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Bird
Romance"Aku memberimu kebebasan untuk mencintaiku, karena itulah tugasmu sebagai budak. Tapi ingat, jangan mengharapkan yang sebaliknya. Karena aku akan memberikanmu apapun itu, selain cinta." Nathalie berharap ia bisa melakukan hal itu, tapi nyatanya tida...