Happy Reading and Enjoy~Tempat itu gelap, Nathalie hanya berlari karena merasa kesal. Bagaimana bisa Arthur mengatakan ingin menyerahkan dirinya pada Tom, sementara ia memilih ikut karena tidak ingin sendiri dan berpisah dari Arthur. Ia tidak tahu ingin pergi ke mana. Langkahnya berhenti pada satu ruangan yang terbuka luas, ia mengintip secara takut-takut.
Bruk!
Tubuhnya terjatuh saat ada seseorang yang menabraknya dari belakang. Kedua lututnya yang putih mencium lantai dengan keras. Nathalie meringis saat merasakan nyeri yang luar biasa. Ia berusaha untuk berdiri, tetapi tubuhnya kembali di tabrak dari belakang. Membuatnya terjatuh lagi. Bibirnya langsung mengerucut.
Ia mendongak untuk menatap siapa yang telah menabraknya. Dua orang lelaki sedang bertengkar tepat di hadapannya. Mereka saling menatap dan memegang kerah pakaian masing-masing. Satu memakai topi menodongkan pistol ke arah seseorang yang tidak memakai topi. Pakaian mereka sama-sama hitam. Nathalie tidak bisa mendengar perkataan mereka berdua, ia juga bingung antara ingin menghampiri atau membiarkan mereka bertengkar.
Sebaiknya ia tetap berdiam diri, lagi pula ia takut untuk menghampiri mereka. Selain dari lututnya yang terasa nyeri, Nathalie takut pistol itu mengarah padanya. Sepertinya mereka sama-sama tidak menyadari keberadaan Nathalie, padahal mereka menabrak dirinya. Bibirnya mengerucut lucu, antara ingin menangis dan merasa tersinggung karena keberadaannya tidak di sadari.
Tunggu, apa-apaan itu?
Sejak kapan Nathalie marah pada orang lain yang tidak menyadari keberadaannya? Bukankah ia paling senang jika keberadaannya tidak di sadari? Bukanlah ia paling nyaman jika berada di tempat yang sunyi dan gelap. Jauh dari keramaian. Bahkan, ia memilih ikut dengan Arthur karena tidak ingin ditinggal sendiri.
Senyum hadir dari bibirnya yang bewarna peach, hanya sedetik. Kedua matanya langsung terbelalak ketika melihat seseorang yang memakai topi melompat ke luar jendela di susul lelaki yang tidak memakai topi, seketika Nathalie langsung berdiri. Ia sedikit ragu untuk menghampiri, tetapi ia mulai melangkahkan kakinya dan melihat ke luar jendela.
"Akh! Sial dia tidak bisa di kejar lagi. To-tolong aku, nona. Aku sedikit ukh kesusahan untuk mengangkat tubuhku naik."
Nathalie mengerutkan dahinya, ia bingung harus berbuat apa. Bagaimana menolongnya, apakah ia harus memanggil Arthur terlebih dahulu atau ...
"No-nona, tolong aku."
"S-sebentar aku ak-akan me-memanggil Ar ..."
"Tidak perlu memanggil siapa pun, nona. Cukup ulurkan tanganmu dan bantu aku dengan tenagamu." Ucapan Nathalie langsung di potong.
Dengan ragu Nathalie mengulurkan tangannya dan orang itu langsung menyambutnya. Kedua matanya terbelalak ketika merasakan tekanan dari tangannya. Ia malah ingin terjun ke luar jendela bersama lelaki ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
Slave Bird
Любовные романы"Aku memberimu kebebasan untuk mencintaiku, karena itulah tugasmu sebagai budak. Tapi ingat, jangan mengharapkan yang sebaliknya. Karena aku akan memberikanmu apapun itu, selain cinta." Nathalie berharap ia bisa melakukan hal itu, tapi nyatanya tida...