"Karena sesungguhnya, segala pertolongan itu datangnya dari Allah. Kita, hanyalah perantara-Nya."
—Hafiz Azzam Ardiansyah —صبحانالله، والحمدلله، ولااله الاألله، والله
اكبر، ولاهول ولاقوة الا باله الا علي العظيم.....
Seorang Dokter muda dengan jas putih kebanggaannya tengah menggenggam erat sebuah tasbih digital di tangan kanannya. Ia tampak sesekali memejamkan matanya. Bibir pink alaminya berkomat-kamit memuji nama Allah. Benar, mengingat Allah begitu menenangkan. Mengingat sang Pencipta yang tanpa sadar sering kita lupakan, padahal ia tak pernah melupakan kita.
Bruk...
Dengan tiba-tiba, seorang wanita dengan pakaian suster terlihat terburu-buru dan menaruh setumpuk berkas di meja pria tersebut.
Dokter muda itu menolehkan kepalanya karena sedikit tersentak dengan perlakuan Suster tersebut. "Bukannya ketuk dulu malah langsung masuk aja!" tukasnya. Di jas kiri pria itu terdapat name tag bertuliskan 'Dr. Hafiz Azzam Ardiansyah '.
"Lupa, Dok!"ucap Suster tersebut.
Wanita berpakaian Suster itu sedikit cengengesan. Dia adalah Suster Tari. Salah satu Suster yang cukup akrab dengan Dokter Hafiz. Suster Tari lantas menaruh beberapa berkas yang dibutuhkan oleh Hafiz.
"Dok, saya mau tanya sesuatu deh sama, Dokter."
"Kenapa Dokter sering ngelamun terus sih, kalau ada pasien yang Dokter tangani dan beliau meninggal?" tanya Tari.
Hafiz menghela nafas panjang."Saya tanya balik sama kamu. Kesuksesan dan kebahagiaan seorang guru adalah ketika?"
"Muridnya sukses dan jadi orang bermanfaat. Bener kan?" jawab Tari.
"Itu kamu tau. Kamu udah jawab sendiri pertanyaan kamu! Seorang Dokter, akan merasa sukses dan berhasil ketika pasien yang ia tangani selamat," ucap Hafiz.
"Meskipun Dokter tau, hidup dan mati seseorang itu rahasia Tuhan?"
"Itu benar, Sus. Kita hanya perantara-Nya menyelamatkan nyawa seseorang. Tapi—itu yang jadi motivasi kita untuk berusaha sebisa kita," ucap Hafiz dengan raut wajah seriusnya.
Suster Tari tersenyum. Ia lantas memberikan beberapa berkas lanjutan pada Hafiz. Namun, tiba-tiba saja—
Brakk
Terdengar suara keras akibat pintu yang dibanting. Terlihat seorang wanita berhijab pashmina khaki dengan abaya warna senada itu membuka pintu dengan kasar. Dan terlihat dari sorot matanya, wanita itu kentara sedang menahan amarahnya.
"Riana?" Tari melongo melihat Riana yang datang-datang langsung marah-marah.
"Apa?" ketus Riana. Dia melihat Hafiz yang tengah berdiri, dari atas sampai bawah. "Oh, Anda yang bernama Dokter Hafiz? Anda ini benar-benar seorang Dokter atau bukan, sih? Pasien Anda seorang bayi, lagi kesusahan bernafas. Membutuhkan pertolongan Anda, dan Anda malah enak-enaknya ngobrol sama temen saya ini?!" bentak Riana tanpa memperdulikan bahwa dia sedang ada di Rumah Sakit.
"Ri--"
"Lo juga, Tar!" Riana memotong omongan Tari. "Ngapain sih, orang lagi kerja malah lo ajakin ngobrol?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawful Love
SpiritualSpiritual-Romance [DIMOHON MEMFOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN PENULIS] Hafiz Azzam Ardiansyah, Dokter muda yang memiliki pesona memikat para kaum hawa. Bahkan, termasuk suster di Rumah Sakitnya bekerja menjadi list fans Dokter muda yang tidak mau berse...