(31) MULAI TERBIASA

133 6 0
                                    

"Kamu tidak perlu sempurna untuk menjadi istri saya. Karena saya juga memiliki banyak kekurangan. Bukan nya kita menikah untuk saling melengkapi kekurangan kita? Lantas, kenapa kita mengharapkan yang sempurna, padahal kita tau bahwa manusia pasti memiliki kekurangan?"
Hafiz Azzam Ardiansyah

***

Sudah terhitung tiga hari Riana dan Hafiz resmi menjadi pasangan suami istri. Mereka terlihat masih saling berusaha untuk beradaptasi satu sama lain. Terutama Riana. Ia masih sangat canggung dengan Hafiz.

Malam ini, malam ke empat mereka menjadi suami istri. "Ri, udah selesai?" Hafiz bertanya pada Riana yang masih sibuk di dalam kamar mandi.

"Sebentar, Mas." jawab Riana dari dalam.

Hafiz menghela nafas pasrah. Lama sekali istrinya ini. Padahal tadi izin nya hanya sebentar. Hafiz ingin sedikit berbincang pada Riana sebelum tidur. Tapi, sepertinya tidak bisa.

Hafiz berjalan gontai menuju ranjang mereka. Sampai, suara Riana menghentikan langkahnya.

"Mas, aku udah selesai!" ucap Riana.

Hafiz terdiam. Dengan ragu ia membalikkan badan menghadap ke arah Riana. Perlahan, ia dapat melihat Riana berdiri di hadapannya tanpa mengenakan hijab. Rambut panjang wanita itu terlihat indah saat terurai. Tampilan Riana yang begitu natural tanpa make up, dengan warna piyama tidur yang soft. Istrinya begitu cantik!

"Ri, kamu—"

"Maaf, kalau kamu kecewa." ucap Riana pelan. Ia masih tertunduk malu.

Hafiz mendekat ke arah Riana secara perlahan. Ia mengelus pipi Riana pelan. Dan...,

Grep

Hafiz memeluk Riana dengan erat. "Kamu nggak bikin aku kecewa sayang. Kamu, cantik. Cantik, banget!" Hafiz menekankan kata cantik pada Riana.

Untuk beberapa saat, Riana dan Hafiz menikmati pelukan itu. "Mas, jujur aku takut bikin kamu kecewa. Aku takut, keadaan aku nggak sesuai dengan ekspektasi kamu." ucap Riana dengan jujur.

Hafiz menggeleng pelan. "Ri, memang kamu pikir aku berekspektasi setinggi apa? Meminta bidadari?" Hafiz tertawa kecil. "Emangnya aku udah seganteng pangeran gitu mangkanya minta bidadari? Kan, nggak sayang!" timpal nya lagi.

Riana menggeleng cepat, membuat kening Hafiz berkerut. "Kata siapa kamu nggak ganteng? Kamu itu ganteng banget, Mas! Emangnya kamu pikir aku nggak tau apa, kalau Dokter Anak yang katanya ganteng banget, yang suka diceritain sama suster-suster di tempat kamu kerja itu, kamu Mas?"

"Tetep, buat aku kamu cantik. Intinya, aku nggak berekspektasi kamu sempurna, Ri. Karena aku juga bukan manusia sempurna," jelas Hafiz.

Riana menarik tangan Hafiz untuk duduk di atas kasur mereka. Ia membiarkan Hafiz membingkai wajah nya, dan menggesekkan hidung nya. "MasyaAllah," Hafiz terus saya berucap demikian saat melihat wajah Riana.

"Ri, atas dasar apa kamu merasa nggak sempurna? Sedangkan Allah menciptakan kamu selayaknya manusia yang sempurna. Anggota tubuh kamu lengkap, kamu punya mata, telinga, tangan dan kaki yang normal." ucap Hafiz sembari memegang tangan Riana.

"Ya, aku takut aja kalo kamu mikir aku akan secantik perempuan di luar sana yang pernah kamu lihat."

Hafiz menghela nafas pelan. "Karena ini?" Hafiz menunjuk bekas jerawat dan bruntusan di wajah Riana. Menurut Hafiz, itu tidak sama sekali mengurangi kecantikan Riana. Kenapa istrinya ini harus minder? "Buat aku, ini adalah hal yang Allah kasih untuk menjaga kamu."

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang