(11)TENTANG KITA

122 6 0
                                    

"Ternyata selama ini hati aku benar. Meninggalkan kamu juga menjadi luka paling dalam untuk ku."
—Riana Adzana Zulaikha—

***

"Apa lo pikir semudah itu me-mualafkan seseorang?" tanya Hafiz. Pertanyaan yang semula membuat Ilham tertunduk kini kembali mendongak.

"Lo bener. Nggak semudah itu, tapi dengan mudahnya gue malah tetap berharap sama dia." Hafiz menghela nafas pasrah. Ia lantas mulai memberikan semangat pada Ilham.

"Tenang aja. Yang perlu lo lakuin sekarang itu minta petunjuk lewat sholat istikharah lo, tiap malam." Setelah itu, Hafiz mengeluarkan sebuah kertas berbentuk CV. Kertas yang membuat Ilham membelalakkan matanya.

"Lo serius?" Ilham sontak menegang. Tapi, satu sisi ia langsung senang. "Gue dukung seratus persen! Nanti malem, lo harus rapih serapih mungkin!"

"Iya-iya udah! Jangan berisik! Nanti ada yang denger Ilham!" tegur Hafiz.

"Pokoknya, gue bakal minta kontak dia ke Tari. Terus gue kasih ke lo, biar lo bisa kontakan sama dia langsung. Oke?" Sebelum Hafiz menjawab, Ilham sudah lebih dulu memotong. "Oke. Pokoknya oke." Sekarang, yang bisa ia lakukan hanya menggaruk tengkuknya sendiri. Begini kalo punya sepupu heboh!

***

Riana menyetir mobilnya dengan santai. Namun, tiba-tiba ia merasa mobilnya tidak enak. Lama-kelamaan, mobil tersebut justru mati mesin.

"Yah, ini kok malah mogok, sih?" Riana terus berusaha menyalakan mobil lewat stop contact tapi tetap, mobilnya tidak mau menyala. Riana yang kesal akhirnya keluar dari mobil.

Ia membuka bagian mesin mobil nya. "Ini, gue buka-buka doang tapi nggak ngerti gimana mau nyala?" Ia lantas mengecek ponsel nya. "Lowbate!" Ia bingung sendiri. "Ini gue mau minta tolong siapa lagi? Mana jalannya sepi! Lagian kenapa mogoknya nggak depan rumah aja, sih?!" Riana malah kesal dan menggerutu sendiri.

Titt....

Suara klakson dari mobil jazz putih terdengar menggema. Itu mobil Naufal. Sepertinya, Naufal melihat Riana yang sedang kesulitan.

Naufal keluar dari dalam mobil dengan gagah. Postur tubuhnya yang tinggi serta rahang tegas nya, membuat ia terlihat berkali-kali lebih tampan.

"Kenapa mobilnya, Ri?" tanya Naufal lembut.

Riana bersidekap dada. "Keliatannya?" ketus Riana.

"Keliatannya mobil kamu mogok. Dan, aku tebak handphone kamu lowbate makanya kamu gak tau mau minta tolong siapa. Bener, kan?" tebak Naufal. Ia masih terdengar ramah.

Riana diam. Membuat Naufal menghela nafas pasrah. "Oke, aku bantu."

Naufal mulai membuka jas kantor nya. Ia lantas mulai mengotak-atik mesin mobil yang rusak. Sampai, ia lupa. Tangan kotornya menyentuh kening putihnya.

Riana menahan tawa. "Fal, dahi kamu." tunjuk Riana. Naufal yang polos, hampir mengelap kembali keringatnya dengan tangan. "Tunggu dulu! Ini aku ada saputangan, kamu pake aja!"

Naufal yang mendapati itu diam-diam tersenyum. "Makasih." Ia mulai mengelap keningnya. "Mobil kamu udah bener, Ri. Coba kamu nyalain!"

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang