"Disebut cinta kalau kita tak merebut nya dari Tuhan nya. Kecuali atas keinginan nya sendiri."
—Hafiz Azzam Ardiansyah—***
Ilham menghampiri Tari yang sudah terkulai lemas di brankar. Tubuh Tari, penuh dengan lebam. Keadaan Tari mengenaskan. Ada banyak luka gores. Dan, parah nya lagi ada luka bekas sebilah pisau yang tertancap di perut nya. Apa ini? Apa yang terjadi pada Tari? Dan siapa yang tega melakukannya?
"Tari, kamu kenapa?" lirih Ilham pelan. Ia hendak mengusap rambut Tari. Namun, Hafiz mencegah nya.
Hafiz menatap Ilham sembari menggeleng pelan. "Kita tanganin, Tari. Kalau lo mau sentuh dia, pakai sarung tangan lo." Hafiz melirik ke arah suster yang tadi tengah mendorong brankar Tari. "Sus, bawa Suster Tari masuk!"
Hafiz dan Ilham kini tengah menunggu Dokter yang tengah memeriksa Tari. Sudah 30 menit tapi, Dokter tersebut tak kunjung keluar dan memberi kabar. Kecemasan terlihat jelas dari wajah Ilham. Sebenarnya bukan hanya Ilham, Hafiz pun merasakan kekhawatiran yang sama. Akan tetapi, ia mencoba untuk tetap tenang.
Sedangkan, Ilham sudah terlihat kacau. Melihat keadaan Tari yang terluka membuat hati Ilham hancur seketika. Ingin melindungi, tapi ia siapa?
Hafiz menepuk pundak Ilham. "Sabar," Ujungnya hanya itu yang bisa Hafiz lakukan pada Ilham.
Nyatanya, sekarang Ilham sudah tidak tahan. Air mata nya menerobos mengalir di pipi nya. "Gue—gue sakit liat dia gini, Fiz! Gue nggak bisa jaga dia! Gue, takut Fiz!" ucap nya terisak.
Hafiz mengerti perasaan Ilham. Jujur, ia juga sangat sedih. Tari adalah sosok yang baik dan ramah. Sosok yang hampir tidak pernah melibatkan masalah pribadi nya ke dalam pekerjaan. Tapi, sekarang? Siapa dan apa masalah nya?
"Fiz, kalau Tari...?" Ilham tidak bisa melanjutkan ucapan nya. Banyak pikiran negatif yang tercetus di otaknya. Ia hampir menerobos masuk ke dalam kalau Hafiz tidak lantas mencegah nya.
"Jangan, Ham! Tahan diri, lo!" Hafiz memeluk Ilham dengan erat. Ia tahu sahabat nya sedang hancur. "Gue tau, lo khawatir sama Tari! Gue juga! Kita berdo'a ya?! Lo harus tenang. Husnudzon sama Allah." lanjut nya.
Tak lama, ada dua orang perempuan paruh baya yang berjalan ke arah mereka. Hafiz yang melihat itu sedikit heran.
"Maaf, ini ruangan nya Tari bukan?" tanya seorang Ibu yang mengenakan hijab.
Hafiz melepas pelukan Ilham. "Iya bu, ada apa ya?"
"Kami berdua menemukan ini di rumah Tari." Ibu tersebut memberikan dua pucuk surat yang entah untuk siapa.
Ilham masih terdiam. "Tunggu! Berarti, kalian berdua tau apa yang terjadi sama Tari?" tanya Ilham dengan tatapan tajam nya.
Kedua Ibu tersebut saling menatap. Sampai seorang Ibu yang menguncir kuda rambut nya menjawab. "Gini, Mas. Tari itu bisa kayak begini karena dia disiksa sama Pak Danar."
Danar? Siapa pria itu?
"Pak Danar itu bapak angkat nya Tari. Dia orang nya temperamental. Tadi, Tari sempat dibanting, dicekik, dan pisau itu...,"
"Itu karena Tari tidak bersedia memberikan tubuh nya untuk Pak Danar." lanjut Ibu tersebut dengan hati-hati.
Ilham mengepalkan tangan nya. "Terus, kalian berdua diem aja? Kalian saksi kan?" bentak Ilham. Rahang nya mengeras. Terlihat jelas bahwa amarah nya tentang memuncak.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawful Love
SpiritualSpiritual-Romance [DIMOHON MEMFOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN PENULIS] Hafiz Azzam Ardiansyah, Dokter muda yang memiliki pesona memikat para kaum hawa. Bahkan, termasuk suster di Rumah Sakitnya bekerja menjadi list fans Dokter muda yang tidak mau berse...