(18) TARI DAN KABAR BURUK

111 7 0
                                    

"Aku akan baik-baik aja, kalau kamu cuma bisa bahagia dengan cara ini."
~Hafiz Azzam Ardiansyah~

***


"Maaf," Dokter Miranda tertunduk. Hal tersebut membuat Ilham semakin kebingungan.

"Maaf, kenapa Dok?" tanya Ilham.

"Ham, tenang." Hafiz mengusap pundak Ilham pelan.

"Begini Dok, akibat benturan keras di kepala Suster Tari dan belum lagi Suster Tari kehilangan banyak darah. Suster Tari dinyatakan—"

Ilham menggeleng pelan. Pikiran buruk itu kian menguasai isi kepala nya.

"Koma," lanjut nya.

"Innalilahi," lirih Hafiz.

Ilham masih tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Apa yang terjadi pada Tari?

Ilham menggeleng pelan bersamaan dengan air mata nya yang mengalir perlahan. "Nggak—nggak mungkin, Dok!" Ilham menerobos masuk ke ruangan Tari.

"Ilham!"

Ia sudah menulikan telinga nya bahkan dari panggilan Hafiz. Yang terpenting, sekarang adalah keadaan Tari.

Ilham menatap nanar wajah pucat Tari yang penuh dengan lebam. Belum lagi masker oksigen yang terpasang di wajah Tari. Miris. Sepertinya laki-laki yang menyiksa Tari itu jelmaan iblis. Bukan manusia.

Tangan Ilham terangkat. Ia hampir saja menyentuh rambut panjang milik Tari. Namun, ia menyadari. Semakin ia menyentuh Tari ia justru akan menjerumuskan Tari pada jurang neraka.

Ilham menunduk. "Maaf, Tar. Maaf, karena saya nggak tau tentang perasaan kamu sama saya. Saya memang bodoh!" lirih Ilham sembari memukul-mukul kepalanya pelan. Ia menangis sejadi-jadinya. Kenapa saat ia mulai benar-benar jatuh cinta, semuanya justru terasa lebih rumit.

Hafiz masuk ke ruangan Tari. Ia juga terpukul melihat bagaimana Ilham sangat terpukul. "Ham, udah!" Ilham menoleh ke arah Hafiz. Ia lantas mengusap air mata nya kasar.

Ia membisikkan sesuatu ke telinga Tari. "Bertahan, Tar! Saya tunggu kamu," lirih Ilham. Sungguh, ia tidak bisa melihat Tari terbaring seperti ini.

Hafiz merangkul pundak Ilham pelan. "Yang Tari butuh sekarang adalah do'a. Lo sholat duluan. Biar gue yang jaga Tari dulu," Ilham mengangguk.

Hafiz menatap nanar punggung Ilham yang mulai menjauh. Jujur, ia jauh lebih hancur ketika melihat Ilham seperti ini. Ilham adalah sahabat dan sepupu terbaiknya. Ilham adalah orang pertama yang menerima kehadirannya saat orang lain membiarkan nya terlantar di jalanan.

Mata nya beralih pada Tari. Hafiz melihat harapan besar dari mata Ilham saat melihat Tari. Hafiz menatap Tari. "Kamu adalah kebahagiaan Ilham. Boleh saya minta kamu bertahan? Setidak nya hanya untuk Ilham,"

Setelah itu, Hafiz lantas bergegas keluar dari ruangan Tari. Ia menekan nomor Riana. Sayang nya, Riana tidak mengangkat telepon nya. Tak menyerah sampai disitu, ia mengirim pesan pada Riana bahwa sahabat nya tengah terbaring di rumah sakit.

Anda
Assalamualaikum, mbak. Saya mau memberi kabar kalau Suster Tari sedang terbaring di rumah sakit. Kalau mbak nggk sibuk, tolong kesini ya mbk.

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang