(13)PERMAINAN TAKDIR

104 7 0
                                    

"Ternyata permainan takdir lebih sulit ditebak dibanding cinta."
-Hafiz Azzam Ardiansyah-

***

Matahari telah kembali ke sebelah timur. Ia kembali menyinari alam nya dengan cahaya yang menyilaukan. Sinar nya menambah semangat baru untuk para pejuang kehidupan.

Di dapur keluarga, Aifa tengah menyiapkan sebuah masakan spesial untuk Naufal dan ibu mertua nya. Meskipun, Naufal memiliki dua orang pembantu untuk menangani urusan rumah. Bagi Aifa, melayani suami dengan cara memasak adalah salah satu kewajiban nya.

"Hmm...., aroma nya udah harum. Semoga, Mas Naufal suka!" gumam Aifa sembari memindahkan masakan tersebut ke dalam mangkuk.

Lantas, Aifa bergegas membawa masakan tersebut menuju meja makan. Melihat istri nya yang tengah repot menyiapkan makanan, Naufal menghampirinya.

"Sayang nya aku rajin banget!" ucap Naufal sembari memeluk Aifa dari belakang.

"Mas. Kebiasaan banget sih, peluk aku dari belakang!" ujar Aifa.

Naufal memutar tubuh Aifa untuk menghadap ke arah nya.

"Mau peluk dari belakang, mau peluk dari depan, bebas dong! Kalau kata anak sekarang, yang udah halal mah bebas!" ujar Naufal melancarkan gurauan nya.

"Bisa aja, kamu."

"Ouh iya, Mas. Aku mau nanya sesuatu sama kamu." lanjut Aifa. Namun, kali ini raut wajah Aifa terlihat sedih.

"Kalau aku, udah bener-bener dinyatakan nggak bisa kasih kamu keturunan, in syaa Allah aku ikhlas kalau....," Aifa menggantungkan ucapan nya.

"Kalau kamu menikah lagi,"

Naufal tersentak. Apa sebenarnya yang ada di pikiran Aifa? Naufal memegang bahu Aifa.

"Fa, kita janji buat berjuang sama-sama, kan? Tapi, kenapa sekarang kamu malah nyerah?" ujar Naufal dengan nada sedikit tinggi.

"Mas, aku cuma nggak pengen kamu menderita karena aku nggak bisa kasih kamu anak!" ucap Aifa dengan air mata nya yang sudah mengalir deras.

Naufal melepas pegangan nya. "KITA UDAH BAHASA INI BERKALI-KALI, AIFA! Kamu itu istri aku. Cuma kamu, bukan yang lain."

"MAS AKU....,"

"CUKUP! AKU CAPEK SAMA KAMU!"

Naufal meninggalkan Aifa dengan tangisan nya yang pecah. Naufal lelah dengan semua omong kosong Aifa. Tapi, Aifa hanya mencoba menjadi istri yang baik. Ia tidak mau kalau Naufal harus menderita.

Livya terlihat tengah menuruni tangga menuju meja makan. "Kenapa kalian? Kamu ngajakin anak saya berantem lagi?" tanya Livya dengan ketus.

"Nggak ada apa-apa, Ma." jawab Aifa.

"Semenjak kamu jadi menantu saya, semuanya jadi apa-apa! Istri nggak tau diri banget, sih?! Sana! Minta maaf sama Naufal!" bentak Livya.

Aifa diam. Ia menghapus air matanya kasar. "Aku ke kamar dulu, Ma."

"Kebiasaan, deh! Dibilangin orang tua langsung masuk kamar." gerutu Livya.

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang