(6) HANCUR

166 9 0
                                    

"Apa kamu lupa? Aku udah perjuangin semuanya, tapi kamu yang malah hancurin semua itu!"
—Riana Adzana Zulaikha—

***

"Riana," batin Naufal menegang. Kenapa Riana bisa ada di rumah sakit ini? Dia sakit? Atau kenapa?

Terlihat dari kejauhan Riana tengah membetulkan tali tasnya yang sepertinya agak sedikit rusak.

Refleks, Naufal melepaskan pelukan Aifa. Aifa menatap Naufal, yang tatapannya justru mengarah lurus ke belakang Aifa. "Kenapa?" tanya Aifa.

Naufal menelan ludah. Kenapa saat melihat Riana, ia seolah lupa dengan Aifa? Seolah-olah bahagia yang dulu ingin ia ciptakan dengan Aifa, justru beralih ke Riana. "Mas?"

"Iya, Rian---" lidah Naufal kelu. Bisa-bisa nya ia salah sebut nama Aifa dengan nama Riana. "Maksud aku—Aifa. Kenapa?"

"Rian? Rian siapa? Apa itu mantan terindahnya Mas Naufal dulu? Rian, apa nama perempuan itu berawalan Rian?" batin Aifa bertanya-tanya.

"Rian siapa, Mas?" tanya Aifa serius.

"Bukan, bukan siapa-siapa, kok! Lagian, aku cuma salah sebut doang!" elak Naufal.

Aifa menatap Naufal intens. "Aku tau, kamu lagi bohong! Dan aku tau, kamu sekarang justru lagi mikirin perempuan itu, kan?"

Dahi Naufal berkerut. "Perempuan, perempuan siapa?"

Aifa terisak. "Udah lah Mas! Aku tau, aku bukan perempuan yang kamu cintai, tapi seenggaknya tolong hargain aku! Kamu lagi sama aku, aku lagi terpukul, dan kamu sebut nama dia! Menurut kamu hati aku gimana?!" lirihnya.

Naufal melepas pelukannya dari Aifa. "Kamu kenapa jadi sensitif gini, sih? Fa, aku nggak pernah ketemu sama perempuan itu lagi!" Naufal menghela nafas. "Aku berusaha lho, untuk cinta sama kamu! Tapi, kenapa kamu malah giniin aku?!"

Air mata Aifa mengalir deras di pipinya. Cukup sudah, hari ini ia mendengar bentakan Naufal. "Terserah."

"Aifa! Aifa!"

Aifa mengabaikan panggilan Naufal. Ia seolah tuli dengan teriakan suaminya itu. Aifa terus berjalan di koridor rumah sakit meninggalkan Naufal yang tengah frustasi.

"Arggh!"

"Riana, gue harus kejar Riana." gumam nya.

Naufal mengikuti langkah Riana. Riana ternyata pergi ke taman belakang rumah sakit. Ia duduk di kursi taman, sembari memperbaiki tali tasnya yang belum kembali seperti semula.

"Ck, susah banget, sih?!" gerutu Riana. Tali tas ini benar-benar menjengkelkan!

"Sini, biar aku yang benerin!" Sebuah uluran tangan sekarang berada di depan Riana.

Riana mendongak. Ini adalah uluran tangan yang sama dengan uluran tangan yang ia terima saat ia terjatuh di lapangan 5 tahun lalu.

Flashback on
"Aww!" Riana meringis . Ia terjatuh karena tersandung batu. "Ini siapa coba yang naro batu disini? Nggak tau apa, bisa bikin orang celaka kayak gini?!" gerutunya.

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang