(25) PERMINTAAN AIFA

82 5 0
                                    

"Pada akhirnya, biar Tuhan yang menentukan alurnya."
—Hafiz Azzam Ardiansyah—

***

3 bulan berlalu semenjak peristiwa terburuk di hidup Aifa, Riana, dan Naufal terjadi. Semenjak peristiwa itu, hubungan Aifa dan Naufal sedikit meregang. Sekedar canda tawa atas dasar basa basi pun tak lagi dilayangkan oleh mereka berdua.

Aifa membuka pintu kamarnya pelan. Perlahan demi perlahan lelehan bening itu meluncur. Melihat pernikahan nya yang hancur membuat ia tak kuasa. Siapa yang sanggup dengan pekhianatan sahabat dan suami sendiri?

Aifa mengelus foto pernikahan nya dengan lembut. Ia terlalu fokus dengan pikiran nya sampai ia tidak sadar Naufal masuk ke kamarnya.

"Maaf, Fa." ucap Naufal dengan pelan. Ia meminjam sebelah tangan Aifa. "Fa, aku janji sama kamu untuk melupakan Riana sepenuhnya."  Jeda. "Maaf, kalau selama ini aku jahat atas kamu. Tolong, bantu aku untuk benar-benar mencintai kamu seutuhnya."

Aifa mengusap air mata nya pelan. "Mas, aku mencintai kamu lebih dari apapun. Lebih dari diri aku sendiri. Aku mohon sama kamu, jangan kasih aku harapan! Jangan kasih aku harapan seolah kamu ingin mempertahankan rumah tangga kita, padahal hati kamu selalu tertaut sama Riana!" Aifa terisak hebat. Bahu nya bergetar kencang.

"Fa, aku akan mempertahankan rumah tangga kita sampai kapan pun. Nggak akan ada perceraian diantara kita. Kamu paham?" tegas Naufal dengan mata berkaca-kaca.

"Pak, Bu tolong Nyonya besar!"

Pembicaraan Naufal dan Riana terpotong kala sang ART—Bi Eni berlari tergopoh-gopoh ke kamar mereka.

"Mama kenapa, Bi?" tanya Naufal heran.

"Penyakit darah tinggi Nyonya kambuh Pak. Nyonya jatuh di kamar mandi."

Mata Aifa dan Naufal terbelalak. Sontak Naufal tergesa-gesa menuju kamar mandi rumah nya. Sampai disana ia melihat ibunya—Livya tergeletak tak berdaya di dalam sana.

"Mah, bangun Mah!" ucap Naufal sembari mengguncangkan tubuh Livya.

Aifa yang melihat suaminya panik lantas menelpon ambulans. "Mas, sekarang kita bawa Mamah ke rumah sakit, ya? Aku udah telpon ambulans."

"Makasih, sayang!" Naufal langsung menggendong Livya keluar rumah dengan perasaan panik.

Ambulans itu lantas meluncur dengan Aifa dan Naufal yang ikut di dalam nya. Aifa mengusap pelan bahu Naufal untuk menenangkan suaminya. Ia tau betapa Naufal menyayangi Livya.

***

Hafiz dan Riana tengah makan di kantin rumah sakit. Tidak berdua, karena ada Ilham yang menemani mereka. Ilham melirik Hafiz yang sedari tadi tak membuka pembicaraan dengan Riana.

"Fiz, tanyain apa gitu ke Riana." bisik Ilham sembari menyenggol lengan Hafiz.

Hafiz gelagapan sendiri. Ia lantas berdehem pelan, "Ri, sebelumnya aku minta maaf kalau cincin yang aku pakai beberapa hari lalu untuk melamar kamu kurang cocok sama keinginan kamu."

Riana melirik ke arah cincin di jari manis nya. Cincin emas yang menjadi pengikat tanda semakin serius nya hubungan mereka. Cincin ini indah. Semua unsur nya mampu memikat Riana. Ditambah lagi, cincin itu dikenakan di jari manis putih milik Riana.

"Ini udah paling cocok, kok. Aku juga suka sama model nya. Harusnya, aku yang minta maaf sama kamu karena nggak bisa pilih cincin buat khitbah kita sama-sama." ucap Riana.

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang