"Wanita itu berlian. Tidak bisa dilihat, bahkan disentuh oleh yang tidak berhak untuknya."
—Hafiz Azzam Ardiansyah—***
Hafiz dan Ilham kini tengah berada di sebuah Butik untuk fitting baju pengantin nya dengan Riana. Mereka terlebih dahulu duduk dan mengobrol tentang beberapa acara yang akan diadakan saat pernikahan tadi. Belum lagi, Hafiz sudah memulai latihan ijab qabul dari jauh-jauh hari.
"Nggak nyangka gue. Sepupu gue udah mau nikah aja!" ucap Ilham sembari menepuk pundak Hafiz.
Hafiz tersenyum simpul. Ia bahagia sekaligus khawatir. Ia bahagia karena sebentar lagi ia dan Riana akan menjadi pasangan halal. Tapi, ia juga khawatir. Bagaimana kalau nanti ia tidak bisa menuntun Riana? Bagaimana kalau ia gagal menjadi imam yang baik?
Melihat raut wajah Hafiz yang sedikit aneh. Ia menggeser duduknya agar sedikit lebih dekat. "Kenapa lo, bro?"
"Gue gugup aja,"
"Apa yang perlu bikin lo gugup? Lo aja tadi latihan ijab qabul udah lancar begitu!"
"Gue takut nggak bisa jadi imam yang baik buat Riana."
Ilham menghela nafas pelan. "Lo kan sering bilang sama gue. Usaha itu tugas manusia, hasilnya kasih ke Allah. Lo cukup berusaha jadi imam yang baik buat Riana. Ikhtiar, bro! Lo banyak baca buku atau tanya-tanya sama seseorang yang udah ahli. Gimana caranya jadi suami yang baik. Selebihnya, lo berdo'a dan pasrahkan hasilnya sama Allah." kata Ilham panjang lebar.
Hafiz tersenyum simpul. "Bener juga, sih."
Ilham menatap ke arah lain. Riana dan keluarganya datang. Turut pula si kecil Zein yang berada dalam gendongan sang Bunda. "Tuh! Calon lo udah dateng!" tunjuk Ilham.
Hafiz meyakinkan niat nya. Ia lantas bangkit dan hendak menghampiri Riana. Senyum tulus mengembang di wajahnya saat menyambut calon mertua dan kakak iparnya.
"Assalamualaikum Om, Tante, Kak." Hafiz menyalami mereka satu persatu.
"Gimana kabarnya, Dok?" tanya Ray dengan nada sangat ramah.
"Alhamdulillah, baik Om. Tapi, saya minta maaf sekali. Bunda dan Ayah nggak bisa dateng." ucap Hafiz menjelaskan.
"Lho, kenapa? Kan ini acara besar. Acara pernikahan anaknya, masa nggak bisa dateng?!" tanya Rizwan sedikit heran.
"Gini Kak, Om Hardi sama Tante Dzani nggak bisa datang karena ada pekerjaan yang memang nggak bisa dibatalkan. Mereka juga akan datang kesini secepatnya, meskipun nggak saat akad Riana dan Hafiz." jawab Ilham dengan lugas.
Rizwan mengangguk-angguk pelan. Alasannya masih logis. Tidak masalah. Asalkan nantinya tidak ada kendala pernikahan Hafiz dan Riana.
"Ya udah nggak papa, Dok. Yang penting restunya. Dan semoga pernikahan kalian lancar!" timpal Citra—Mama dari Riana.
"Amiin." ucap mereka bersamaan.
"Gimana? Udah bisa langsung fitting baju nya, kan?" tanya Ray.
"Bisa Om. Sebentar," Hafiz berbicara dengan seorang perempuan yang sepertinya karyawan di WO tersebut. Selesai berbincang-bincang, ia dan keluarga Riana langsung diarahkan menuju ruang ganti.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawful Love
SpiritualSpiritual-Romance [DIMOHON MEMFOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN PENULIS] Hafiz Azzam Ardiansyah, Dokter muda yang memiliki pesona memikat para kaum hawa. Bahkan, termasuk suster di Rumah Sakitnya bekerja menjadi list fans Dokter muda yang tidak mau berse...