(36) PENGAKUAN

94 6 0
                                    

"Setelah ini, aku izinkan kamu memilih untuk bertahan atau pergi. Tapi, sebelum itu aku akan mendoakan kamu agar bertahan disisiku."
—Hafiz Azzam Ardiansyah—

***

"Mas, lalu selanjutnya apa?" tanya Riana semakin penasaran. "Apa yang membuat kamu ngerasa aku akan ninggalin kamu setelah tau ini?"

Hafiz menghela nafas berat. "Setelah ini, aku izinkan kamu memilih untuk bertahan atau pergi. Tapi, sebelum itu aku berdoa, agar Allah tetap mengizinkan kamu disisiku." Air mata Hafiz kembali menetes.

"Apa, Mas?"

Hafiz menghapus air matanya kasar. "Ri, saat aku diusir, aku ketemu Ilham. Saat itu, dia manggil aku dan tiba-tiba nyuruh aku jadi anak angkat Tante dan Om nya. Padahal keadaan aku waktu itu, jelas menunjukkan bahwa aku udah seperti gelandangan!"

"Aku memilih untuk ikut dengan Ilham saat itu. Padahal kita jelas-jelas nggak saling kenal! Aku kira, aku akan mendapatkan semuanya. Iya, aku mendapat kan semuanya, Ri!" Jeda. "Tapi, aku semakin jauh dari Allah." lanjutnya dengan lirih.

"Kamu tau, menginjak masa kuliah. Aku, bukan Hafiz yang lugu lagi. Aku bukan Hafiz yang sama saat di panti. Aku malah jadi Hafiz yang liar!" Hafiz terisak pelan.

"Aku hampir setiap hari pergi ke club malam saat Mama dan Papa sibuk kerja. Aku beralasan kuliah malam demi menikmati setiap tetes minuman yang bisa membuat aku mabuk, Ri!" Hafiz semakin terisak sembari mencium tangan Riana.

Riana mengusap pelan punggung Hafiz. Ia juga merasakan ketakutan dan sesak yang Hafiz rasakan. "Sampai, malam itu....,"

Flashback On

"Huu, gue sekarang jadi orang kaya! Nggak disiksa!" Hafiz berbicara tak jelas karena mabuk. Mabuk nya memang masih ringan, jadi setidaknya pria itu tau dimana ia dibawa.

"Lo bawa gue kemana?" tanya Hafiz pada seorang wanita yang sejak tadi memapahnya.

Wanita itu mengelus rambut Hafiz. Ia lantas memegang dagu Hafiz dan hendak mencium nya. Beruntung, Hafiz sempat menepis nya.

"Akh!"

"Heh! Gue emang lagi mabok, ya?! Tapi, gue nggak pernah mau ngerusak cewek! Jadi, nggak perlu lo godain gue!!!" bentak Hafiz.

"Lo nggak seharusnya nolak gue, Fiz!" balas wanita itu membentak.

Hafiz memojokkan perempuan itu ke tembok. "Lo, cabut sekarang juga dari sini!" geram Hafiz. Namun, tiba-tiba badan nya terasa lemas. Ia terduduk dilantai dalam keadaan setengah sadar.

"Cabut dari sini, La." gumam Hafiz.

"Ayok, gue bantu naik ke kasur, ya?" Wanita itu mengangkat perlahan tubuh Hafiz ke atas kasur. Mereka memang tengah di apartemen Hafiz. Ia tersenyum licik. Perlahan tapi pasti, kancing baju Hafiz terbuka. Dan...., setelahnya ia tak sadar.

Pagi pun tiba. Hafiz mengucek pelan matanya sendiri. Ia syok dengan keadaan nya yang telanjang dada. Ia mengingat-ingat peristiwa semalam. Ia masih bisa sadar dan melihat apa yang terjadi.

Sampai, seorang wanita muncul dalam keadaan basah. "Lo...,"

"Fiz, semalem kita....,"

"Nggak mungkin! Gue masih setengah sadar! Gue nggak mungkin ngelakuin itu semua sama, lo!" bentak Hafiz.

"Fiz, itu yang terjadi! Lo nggak bisa ngelak!"

"Nggak!" Hafiz terus menggelengkan kepalanya. Ia menjambak keras rambutnya sendiri.

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang