(12)DITOLAK BERSAMA

118 7 0
                                    

"Kalau memang kita berjodoh, Allah pasti akan permudah, meski sesulit apapun jalannya."
—Hafiz Azzam Ardiansyah—

***

Malam ini, Hafiz sudah siap dengan pakaian rapih yang ia kenakan. Tadi siang, Ilham sudah menghubungi Riana untuk bertamu ke rumahnya malam ini. Meskipun, Ilham tidak memberi tahu langsung tentang niatan Hafiz.

Hafiz terus mengecek penampilannya. Ia takut penampilannya kurang rapih, sehingga terkesan kurang menghargai. "Bismillah. Hamba pasrah kan semuanya kepada-Mu. Hamba memohon tuntunlah hamba agar bisa ber-ikhtiar di jalan yang benar." Hafiz merapalkan doa' yang bisa menenangkan hatinya.

Setelah selesai, Hafiz segera keluar rumah dan menemui Ilham yang akan menemaninya untuk pergi ke rumah Riana.

"Sorry, gue lama." ucap Hafiz sembari memasang safe bealtnya.

"Nggak, malahan lo kurang lama di dalem!" ketus Ilham.

"Ya udah sih, maafin. Mending, lo doain gue!" ujar Hafiz sembari tertawa kecil.

"Hm, gue doain, temen gue yang satu ini, diterima buat jadi imam dari Riana Adzana Zulaikha." ujar Ilham.

"Ya udah, yuk berangkat!" Ilham pun melajukan mobilnya menuju ke arah rumah Riana.

***

"Jadi, maksud kamu datang ke rumah saya ini apa?" tanya Ray. Ayah dari Riana dan Rizwan.

Hafiz menghela nafas. "Bismillah. Saya mempunyai niat baik mengkhitbah puteri bapak." jeda. "Apa Mbak Riana bersedia untuk menerima ajakan khitbah dari saya?" tanya Hafiz dengan penuh keyakinan. Ia berbicara secara langsung di depan Ray, Rizwan, Riana, Asma, Ilham, dan Anita.

Riana yang mendengar pertanyaan Hafiz lantas terdiam. Bagaimana bisa, pria yang ia kenal beberapa hari lalu sekarang langsung meminta ta'aruf dengan nya."Dokter, serius?" tanya Riana.

"Apa dengan cara saya menemui ayah kamu secara langsung, bisa disebut dengan candaan?" tegas Hafiz.

Ray menatap Riana dan Hafiz bergantian. "Kamu yakin dengan anak saya? Bagaimana, kalau justru terlalu banyak kekurangan anak saya di mata kamu?" tanya Ray dengan serius.

Ilham yang mendengar pertanyaan tersebut sedikit ketar-ketir. Tanpa disangka, Hafiz justru menjawab semua pertanyaan tersebut dengan lancar.

"In syaa Allah, ketika saya memilih untuk mengkhitbah puteri bapak, ketika Allah berkehendak kami berjodoh, itu artinya setiap kekurangan saya akan melengkapi kekurangannya," Jeda. "Bagaimana, Mbak?"

"Kerjaan kamu apa?" tanya Rizwan dengan nada ketus.

"Saya Dokter spesialis anak. Tapi, alhamdulilah saya juga sering dipercaya untuk jadi Dokter umum." ucap Hafiz.

"Saya nggak setuju kalau kamu mau mengkhitbah adik saya!" tegas Rizwan.

Ilham yang mendengar itu langsung mendongak. Rizwan menolak tegas ajakan Hafiz untuk berta'aruf dengan Riana. Padahal, Riana pribadi belum menjawab!

"Kak...,"

"Ri, percaya sama kakak! Dia nggak bakalan bisa jagain kamu!" ujar Rizwan.

Ray menatap Rizwan. "Rizwan! Kamu apa-apaan? Adik kamu aja belum jawab!"

"Intinya, saya nggak setuju kamu melakukan khitbah sama adik saya!" Rizwan lantas bangkit dan meninggalkan ruang keluarga dengan raut wajah yang kesal.

"Mas!"

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang