"Aku kira saat itu kamu yang akan menjadi akhirnya kebahagiaan. Bukan awalnya dari luka yang aku rasakan."
—Riana Adzana Zulaikha—***
***
"Ri, ini kopi spesial buat sahabat ku, udah jadi. Silahkan, diminum!" suguh Aifa. Segelas kopi latte itu kini tersuguh di depan mata Riana. Menyuguhkan aroma yang begitu menenangkan.
Riana tersenyum. Ia lantas meneguk sedikit kopi tersebut. "Oh iya, Fa. Kamu tau nggak pemilik mobil white Lamborghini itu, siapa?" tanya Riana sembari melihat ke arah mobil tersebut.
"Itu, mobil suami aku. Cuma, karena aku lagi ada urusan di Cafe, aku pinjam mobil suami aku buat kesini," jawab Aifa sembari tersenyum manis.
"Suami kamu?" Otak Riana tiba-tiba mengulang memori tentang mobil itu. Ia teringat seseorang. Seseorang yang pernah meninggalkannya. Mobil itu, seolah sama persis dengan mobil seseorang yang pernah mengisi hatinya dulu.
"Ri, kenapa?" tanya Aifa saat melihat Riana melamun.
"Nggak—cuma mobilnya mirip sama mobil temen aku dulu." jelas Riana. Aifa mengangguk kecil.
"Fa, kamu tau nggak? Dokter yang direkomendasikan Tari buat aku?" Jeda. Aifa mengangguk. "Dia, super nyebelin banget!" Riana menekankan dua kata terakhirnya.
"Masa sih, Tari rekomendasi-in Dokter yang nggak baik?" tanya Aifa heran.
"Ya mana aku tau!" jawab Riana acuh. "Pokoknya, aku bakal cari Dokter lain, buat bahan penulisan jurnal aku! Nggak mau kalau harus sama si Dokter Hafiz itu." lanjutnya.
Karena melihat Riana yang masih terlihat marah, Aifa sedikit menenangkannya dengan sebuah nasehat. "Ya udah, nggak usah marah-marah terus kayak gitu. Nggak baik, lho! Ingat hadist Rasulullah; Orang yang kuat itu bukanlah karena jago gulat, tetapi orang kuat adalah orang yang dapat menahan dirinya dikala sedang marah, Hadis Nabi Muhammad SAW ini dijelaskan oleh Abu Hurairah R.A."Jeda. "Lagian, kamu pasti capek juga kan marah-marah sendirian kayak gitu?"
"Iya, sih." Riana tersenyum manis pada Aifa. "Makasih, Fa. Kalau bukan karena kamu mungkin aku masih marah-marah nggak jelas!"
"Sama-sama. Diminum lagi kopinya!" ujar Aifa.
Drrttt.... Drrttt....
Getar ponsel Aifa berbunyi. Artinya, ada seseorang yang menelponnya. Ia lantas melihat siapa orangnya, dan menyunggingkan senyum setelahnya.
"Siapa?" tanya Riana.
"Imamnya aku." jawab Aifa dengan pipi yang merona.
Riana hanya membulatkan bibirnya. Yang udah nikah kan beda. Tapi, Riana belum kepikiran menikah saat ini. Ditinggal nikah dulu, nyatanya membuat ia sulit mempercayai hubungan dengan seseorang lagi. Apalagi, dulu ia bisa melihat betapa bucin pacarnya, tapi berujung meninggalkannya.
"Assalamualaikum. Halo, Mas?"
"Waalaikumussalam. Ai, kamu udah makan siang belum?"
"Belum, Mas. Emangnya kenapa? Mas sendiri emang udah makan siang?"
"Ini, tadi aku ada rencana buat lunch sama Hikmal, sekalian aku mau bawain kamu. Kamu mau pesen apa?"
"Beneran nggak ngerepotin? Kan harusnya aku yang bawain kamu makanan?" ucap Aifa merasa tidak enak hati.
"Sayang, nggak papa lah! Kamu juga kan pasti sibuk. Aku pesenin makanan kesukaan kamu aja, oke?"
"Ya udah deh kalau nggak ngerepotin. Makasih ya, Mas!"
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawful Love
SpiritualSpiritual-Romance [DIMOHON MEMFOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN PENULIS] Hafiz Azzam Ardiansyah, Dokter muda yang memiliki pesona memikat para kaum hawa. Bahkan, termasuk suster di Rumah Sakitnya bekerja menjadi list fans Dokter muda yang tidak mau berse...