"Memutuskan berhijrah adalah awal dari perjalanan meraih cinta yang sebenarnya."
~Hafiz Azzam Ardiansyah~***
Riana kini tengah memandang kondisi Tari melalui kaca di pintu ruang ICU. Sungguh menyakitkan, ketika melihat kedua sahabatnya sama-sama terbaring lemah. Dan ia tidak bisa berbuat apa-apa. Riana merasa menjadi orang yang tidak berguna.
Matanya sedari tadi mengeluarkan cairan bening dengan deras. Ia mulai terisak pelan. "Maaf, Tar." gumam nya pelan.
"Do'a kan dia," ucap Hafiz yang sedari tadi melihat Riana menangis.
Riana menoleh. Ia mengusap air matanya pelan. Ia menghela nafas panjang. Mencoba tegar, tapi ia kembali gagal. Air matanya benar-benar tidak bisa dikendalikan. Riana benci terlihat lemah dihadapan laki-laki!
"Kalau kamu mau nangis nggak pa-pa. Menangis adalah salah satu cara wanita melampiaskan emosi nya, kan?" jeda. "Tapi, akan lebih baik kalau tangisan itu disertakan dalam permohonan kepada Allah!" lanjut Hafiz sembari tersenyum. Ia lantas kembali menunduk.
Riana mengangguk kecil. Ia kembali menghela nafas. "Kamu bicara seolah kamu udah banyak masalah dalam hidup kamu,"
Hafiz mendongak menatap Riana. Tebakan wanita itu tidak sepenuhnya salah kan? Hafiz memiliki banyak masalah. Masalah yang timbul, bahkan mungkin saat dia pertama kali melihat dunia ini. Tidak tahu siapa orang tua aslinya, dibuang di tempat sampah, dan harus menghadapi kenyataan dengan masa remaja yang sempat membuatnya menyerah. Miris bukan? Tapi, memang tidak semua orang perlu tahu kisah nya.
Hafiz memalingkan pandangannya. Namun, Riana masih bisa melihat perubahan raut wajah Hafiz. Mata Hafiz terlihat sendu saat Riana bicara begitu. "Maaf, apa saya menyakiti kamu dengan bicara seperti itu?" tanya Riana dengan hati-hati.
"O–oh, nggak kok." sahut Hafiz dengan wajah yang kembali menyunggingkan senyum.
"Sekali lagi, aku minta maaf. Aku bisa tau dari raut wajah kamu, kalau kamu sedikit nggak nyaman dengan pertanyaan aku tadi." ucap Riana.
Hafiz menggelengkan kepalanya, "Nggak papa. Aku tau kamu juga nggak bermaksud menyinggung,"
"Maaf, kalau aku boleh tau, sekarang hubungan kamu sama Naufal gimana?" tanya Hafiz dengan hati-hati.
Riana terdiam sejenak. Ia berpikir jawaban yang harus ia kemukakan pada Hafiz.
"Maaf, Ri!" Hafiz menyela sebelum Riana menjawab pertanyaan awal nya. "Itu kan urusan pribadi kamu. Nggak seharusnya aku nanya kayak gitu, sekali lagi aku minta maaf!"
"Nggak, nggak gitu, Fiz! Aku sama Naufal cuma teman. Itupun terikat karena Aifa sahabat aku! Sisanya kita bener-bener nggak ada apa-apa. Apalagi, aku udah kamu khitbah meskipun Kak Rizwan belum setuju." jelas Riana.
Hafiz mengangguk kecil. Ada perasaan sedikit lega saat Riana mengatakan bahwa ia sudah tidak ada hubungan apa-apa dengan Naufal.
Hafiz menyunggingkan senyum saat melihat ke arah lain. Perutnya benar-benar seperti dipenuhi dengan kupu-kupu terbang. Pasti sekarang telinga nya sudah memerah saking bahagianya.
"Dok, itu telinga kamu kenapa merah gitu?" tanya Riana heran.
Skakmat!
Hafiz benar-benar malu pada Riana. Kelihatan sekali bahwa ia tengah salting saat ini. Siapapun tolong Hafiz!
"Em..., Saya izin balik ke ruangan. Assalamualaikum," ucap Hafiz gelagapan. Akhirnya, ia mengakhiri pembicaraan dengan kembali ke ruang kerjanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawful Love
SpiritualSpiritual-Romance [DIMOHON MEMFOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN PENULIS] Hafiz Azzam Ardiansyah, Dokter muda yang memiliki pesona memikat para kaum hawa. Bahkan, termasuk suster di Rumah Sakitnya bekerja menjadi list fans Dokter muda yang tidak mau berse...