(21) TEKANAN

78 6 0
                                    

"Kenapa setiap kita ingin berubah menjadi lebih baik, masa lalu kita selalu saja diungkit?"
—Hafiz Azzam Ardiansyah—

***

"Bener, kan? Lo Hafiz?" tanya pria itu lagi.

Sedangkan, Hafiz belum menjawab apapun. Ia masih nampak sangat terkejut. Berbeda dengan Riana dan Ilham yang menatap nya kebingungan.

"Ya ampun, masa iya lo lupa sama gue? Gue Roni. Temen lo waktu—"

"Iya, gue inget!" ucap Hafiz memotong ucapan pria bernama Roni itu.

"Ini—" Roni menatap Riana dari atas sampai bawah. "Temen atau pacar, lo?"

Hafiz masih diam. Bibirnya benar-benar mendadak kelu saat bertemu Roni.

"Oh, kayaknya gue kurang sopan nanya kayak gitu. Next time, kita pasti ketemu lagi Fiz. See you all!" pria bernama Roni itu melambaikan tangan nya pada Hafiz, Ilham, dan Riana. Setelah itu, ia melengos pergi meninggalkan mereka.

"Temen, lo?" tanya Ilham dengan penasaran.

"Iya," sahut Hafiz.

"Kok bisa sih, lo berteman sama dia? Urakan banget," ujar Ilham berkomentar.

"Ekhem..., kalau gitu saya pamit pulang ya! Assalamualaikum," ucap Riana.

"Waalaikumussalam warahmatullaahi wabarakatuh." sahut Hafiz dan Ilham.

Melihat punggung Riana yang semakin jauh, Ilham kembali mempertanyakan Roni pada Hafiz.

"Gue masih nggak nyangka, kalau lo berteman sama orang kayak gitu." ucap Ilham.

"Ham, udah nggak usah bahas Roni." ucap Hafiz sedikit kesal.

"Ya, kenapa?" tanya Ilham penuh selidik. "Lo nggak nyembunyiin apapun kan dari gue?"

"Gue permisi ke ruangan dulu, Ham." pamit Hafiz tanpa menjawab pertanyaan Ilham terlebih dahulu.

"Dia bohongin gue," gumam Ilham.

****

Hafiz memasuki ruangan nya dengan gusar. Ia masih teringat akan pertemuan nya dengan Roni setelah 3 tahun berlalu. Semua bayangan kelam seolah kembali menghantuinya.

"Ya Allah," lirih Hafiz. Kepalanya benar-benar terasa pening. Ia memijat pangkal hidung nya. "Ya Allah, jangan biarkan hamba terjebak lagi dengan semuanya."

Hafiz menatap sekeliling nya. Sampai, matanya tertuju pada satu benda. Al-Qur'an. Benda yang selalu ia simpan di ruangan nya. Hafiz hendak mengambil Al-Qur'an itu perlahan. Ia mengambil Al-Qur'an itu dengan penuh perasaan. Hafiz sampai tak sadar, kalau air mata nya berjatuhan secara perlahan. Berhijrah itu tidak mudah untuk Hafiz.

Ia lantas membaca surat Ar-Rahman dengan suara bergetar. Hafiz meyakini bahwa dengan membaca Al-Qur'an hatinya akan sedikit lebih tenang.

****

Awan hitam kini telah menutupi langit Kota Jakarta. Ribuan bahkan jutaan bintang pun tak ingin kalah. Mereka tak ingin kalah dengan bulan yang bisa menghiasi langit malam. Sungguh indah bukan?

Sayang nya, langit yang indah tersebut tak dapat dinikmati oleh Hafiz. Sedari tadi ia bolak-balik ke kamar mandi hanya untuk memenuhi rasa mual di perut nya.

"Hoek....,uhuk-uhuk!" Hafiz lagi-lagi dipaksa mengeluarkan isi perutnya. Namun, yang keluar hanya cairan berwarna kekuningan. Mulut nya terasa pahit.

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang