(8)TERJEBAK

144 8 0
                                    

"Menolong menjadi kewajiban bagi seseorang yang mampu menolong saudaranya yang lain."
—Hafiz Azzam Ardiansyah—

***

Hafiz tengah berganti pakaian di dalam toilet pria. Ia tak memakai toilet khusus Dokter, tapi justru di toilet umum pria. Sebenarnya, tidak ada alasan lain di dalamnya. Kebetulan, Hafiz memang ingin saja. Terlintas dipikirannya tentang peristiwa di gubuk kecil beberapa jam yang lalu. Apakah ini semua kebetulan? Kenapa yang Allah hadirkan Riana saat ia dimasa sulit?

Sepertinya, akan terlalu membingungkan jika ia memikirkan perihal peristiwa itu. Ia yakin, Allah akan menolongnya dalam kebingungan dan kesulitan sekecil apapun, terlepas perantaranya melalui Riana atau bukan.

Hafiz keluar dari dalam toilet pria. Ia lantas bergegas menuju ruang inkubator, dimana bayi laki-laki mungil yang beberapa jam lalu ia tolong berada. Terlihat dari luar jendela, bayi mungil tersebut menggeliat. Sangat menggemaskan.

"Masyaallah, kamu lucu banget, Nak!" gumam Hafiz dengan senyumannya yang terus mengembang.

Tiba-tiba, bayi mungil itu menangis. Hafiz bergegas membuka pintu ruangan tersebut, dan menuju si bayi. Ia menggendong bayi tersebut ke pangkuannya, sembari menenangkan nya. Bayi mungil tersebut masih terlihat menangis.

"Sttt..,iya sayang. Kenapa? Ini Om Dokter, anak ganteng!" ucap Hafiz sembari mendusel-dusel hidung nya pada hidung si bayi. "Anak sholeh, ya? Anak pinter, anak baik?!"

Lama kelamaan berbicara dengan Hafiz membuat bayi tersebut lelah sendiri

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Lama kelamaan berbicara dengan Hafiz membuat bayi tersebut lelah sendiri. Ia mulai menutup mata nya perlahan dan tertidur lelap di dekapan Hafiz.

"Alhamdulillah, tidur juga." gumam Hafiz sembari perlahan membawa bayi tersebut ke ranjang kecil bayi.

Ia mengelus kepala si bayi. "Om Dokter doain kamu jadi anak yang sholeh, pinter, dan bermanfaat."

Hafiz bergegas untuk kembali ke ruangan pasien nya yang lain. Hafiz melihat Tari yang sedikit kesulitan membawa beberapa tabung oksigen.

"Sus, biar saya bantu bawa tabung oksigennya?" tawar Hafiz.

"Nggak usah, Dok." jawab Tari sedikit tidak enak.

Hafiz menghela nafas. "Masih nggak enak sama saya? Nggak papa kok, Sus. Sini, saya bawa satu tabung, Suster juga bawa satu tabung." Tari hanya bisa pasrah. Karena pada akhirnya, ia dan Hafiz membawa masing-masing satu tabung oksigen. "Nah, kalo gini kan lebih ringan! Oh iya, ini mau dianter kemana Sus?"

"Dianter ke basement bawah, Dok." jawab Tari.

Hafiz tersenyum. "Ya udah, saya anterin sekarang. Suster ati-ati bawanya!"

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang