"Menurut saya, keikhlasan itu kunci utama kesuksesan. Kalau kita nggak ikhlas menjalankan pekerjaan kita, pasti akan tersiksa dengan sendirinya."
—Hafiz Azzam Ardiansyah—***
"Maa syaa Allah," batin Riana. Sedari tadi, ia memerhatikan Hafiz bersama dengan seorang anak kecil pasien nya. Jujur, ia cukup terhenyak melihat perlakuan Hafiz pada anak kecil itu.
"Kayak nya, gue salah sangka deh sama Dokter Hafiz itu? Pantesan Tari mati-matian belain Dokter itu." batin nya lagi.
Tanpa pikir panjang, Riana bergegas menghampiri Hafiz. Ia merasa bersalah atas tuduhan nya dua hari lalu.
"Assalamualaikum warahmatullahi wabarakatuh."
"Waalaikumussalam warahmatullahi wabarakatuh. Mbak Riana? Ada apa, Mbak?" tanya Hafiz.
"Saya mau bicara sama, Dokter Hafiz. Ini serius, bisa kita bicara sebentar?"
Hafiz mengangguk. "Boleh. Sebentar saya antar Raka dulu ke ruangan--"
"Permisi, Dok." Tari yang datang tiba-tiba langsung memotong ucapan Hafiz barusan. "Biar saya aja yang anter Raka ke ruangan nya. Raka, nggak papa kan sama Suster Tari?" Raka yang mendengar Tari ramah langsung mengangguk. "Ya udah, Dok, Ri, saya bawa Raka dulu! Permisi."
Melihat Tari dan Raka yang mulai hilang dari pandangan, Hafiz memulai topik. "Mbak Riana, silahkan duduk!"
"Oh, makasih."
"Ada apa, Mbak?" tanya Hafiz to the point.
"Huft, saya mau minta maaf atas perlakuan saya sama Dokter dua hari yang lalu. Saya udah berbuat nggak sopan sama Dokter. Dan, saya bisa berbicara seperti ini karena tadi saya melihat bagaimana Dokter memperlakukan pasien kecil tadi." tutur Riana.
"Saya udah maafin kok, Mba. Ucapan Mbak saat itu nggak sepenuh nya salah. Mungkin, saya harus lebih meningkatkan kompetensi saya sebagai seorang Dokter, kan?!" ujar Hafiz.
"Tapi, saya jadi bener-bener nggak enak!"
"Nggak papa, Mbak. Lupain aja!" Jeda. "Jadi, Mbak kesini cuma mau bicara soal itu aja?"
"Ng-nggak! Saya...," Riana menghela nafas sebentar. "Saya mau ajak Dokter kerjasama sama saya. Kira-kira Dokter bisa nggak, ya? Soal nya saya mau membagikan kisah inspiratif, dan nggak tau kenapa saya memilih kisah inspiratif dari seorang Dokter. Gimana?" tanya Riana.
Hafiz tersenyum. "Mbak, saya ini bukan inspirator. Bahkan, saya ini cuma Dokter yang kompetensi nya masih jauh diatas para Dokter lain nya!"
"Nggak gitu, Dok! Mendengar cerita-cerita dari Tari, saya yakin Dokter ini orang yang sangat kompeten dalam menjalankan pekerjaan yang sedang Dokter Hafiz tekuni pada saat ini!" sanggah Riana.
Hafiz mengangguk-angguk. Ia tersenyum. "Baik, silahkan! Semoga ini bisa membantu karier Mbak Riana sebagai seorang Jurnalis."
Riana ikut tersenyum. Rasanya ia sangat senang karena akhirnya mendapatkan partner untuk diajak kerjasama.
"Terimakasih banyak, Dok! Ini sangat membantu saya." Jeda. "Kalau, saya mulai wawancara nya hari ini, bisa?" tanya Riana sedikit berhati-hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
Lawful Love
SpiritualSpiritual-Romance [DIMOHON MEMFOLLOW TERLEBIH DAHULU AKUN PENULIS] Hafiz Azzam Ardiansyah, Dokter muda yang memiliki pesona memikat para kaum hawa. Bahkan, termasuk suster di Rumah Sakitnya bekerja menjadi list fans Dokter muda yang tidak mau berse...