(15) AWAL KEHANCURAN

117 7 2
                                    

"Kalau Allah mudah memaafkan, kenapa kita justru mudah menghakimi?"
Hafiz Azzam Ardiansyah—

***

"Waalaikumsalam," Bu Ina menjawab salam dari Hafiz dengan wajah terkejut. Anak ini masih hidup? Ini kejutan luar biasa bagi Bu Ina. Anak yang ia siksa mati-matian dulu agar tidak membongkar rahasianya malah tersenyum ramah padanya.

"Bu, apa kabar?" tanya Hafiz dengan ramah. Tatapan nya begitu teduh, tanpa menyiratkan dendam sedikitpun.

Bu Ina masih diam. Sedangkan Asma masih bingung. Ia tidak mengira bahwa seseorang yang akan ia jadikan asisten rumah tangganya ini justru mengenal Hafiz.

"Kalian, saling kenal?" tanya Asma heran.

Hafiz tersenyum. "Alhamdulillah, Kak. Bu Ina ini adalah ibu angkat saya waktu di Panti Asuhan." ucap Hafiz dengan lancar tanpa rasa malu.

"Kamu, masih hidup?" tanya Bu Ina berhati-hati.

"Seperti yang Ibu liat, Allah masih mengizinkan saya bernafas." jawab Hafiz.

"Oh iya, rencana nya Kakak mau jadiin Bu Ina ART karena Bu Ina bilang kalau dia lagi butuh kerjaan." jelas Asma.

Hafiz mengangguk paham. "Saya bersyukur kalau Mbak Asma mau kasih kerjaan buat Ibu." Ucapan Hafiz dibalas tatapan tidak suka milik Bu Ina.

Hafiz melihat jam di tangan nya. Ini sudah sore, ia harus segera menemui Riana. "Rencananya saya mau bicara dengan Riana. Mbak sama Bu Ina mending bareng saya aja!"

"Emang nya gak repotin kamu?"

"Sama sekali nggak, ayok!" ajak nya.

Ia lantas menghidupkan mesin mobil ketika Bu Ina dan Asma sudah duduk di kursi belakang.

"Kenapa Hafiz nggak bongkar soal kejahatan aku di depan Asma? Kenapa dia malah diem aja?" batin Ina.

"Bismillah. Ayo, Fiz! Lo pasti bisa! Kalau Allah mudah memaafkan, kenapa kita justru mudah menghakimi?" batin

****

"Assalamualaikum," Riana masuk ke dalam rumah. Lebih tepatnya ia langsung memasuki ruang tamu, yang ternyata Hafiz sudah menunggu nya. Dapat ia lihat Hafiz terus menunduk.

"Waalaikumussalam," jeda.

Riana sudah sedikit tenang. Ia lantas mengikuti Hafiz untuk duduk di sofa. "Ada apa?" Riana terus mencoba tenang dengan kedatangan Hafiz.

"Saya mau menjelaskan semuanya. Demi Allah Ri, saya nggak tau cincin itu milik siapa! Dan saya juga nggak mungkin bohongin kamu," ucap Hafiz mencoba menjelaskan semuanya.

Riana menghela nafas pasrah. "Aku juga minta maaf sama kamu. Aku udah berprasangka buruk sama kamu."

"Alhamdulillah. Semua nya udah selesai,"

"Aku juga mau bilang, kalo aku terima ta'aruf sama kamu."

"Kamu serius? Tapi Kakak kamu?" tanya Hafiz dengan mimik wajah terkejut.

Lawful LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang